Senin, Juli 8, 2024
24.5 C
Palangkaraya

Penyandang Disabilitas yang Enggan Menyerah dengan Keadaan (8/selesai)

Sempat Diejek, Damuri Buktikan Bisa Bermanfaat untuk Orang Lain

Memiliki keterbatasan secara fisik, tak membuat Muhammad Damuri mau berpangku tangan dengan orang lain. Pernah diejek karena fisiknya, membuatnya membuktikan diri bisa tetap mandiri dan bermanfaat bagi orang lain.

IRPAN JURAYZ, Palangka Raya

KEDUA kaki Damuri tidak berkembang sepenuhnya sejak usia dua tahun. Saat itu, dia didiagnosis mengidap polio. Penyakit ini membuatnya menghadapi kesulitan dalam berjalan hingga saat ini. Pria yang bekerja sebagai tukang service alat elektronik ini tidak mengetahui penyebab pasti mengapa ia terkena polio pada usia yang sangat muda, padahal sebelumnya ia dapat berjalan normal seperti anak-anak seusianya.

“Kondisi ini muncul setelah mengalami sakit demam panas pada waktu itu. Saya tidak tahu dengan pasti penyebabnya, tetapi berdasarkan analisis kesehatan, saya memiliki kelainan pada pinggang yang menyebabkan masalah pada kaki saya,” ujarnya saat Kalteng Pos berkunjung ke rumahnya, belum lama ini.

Dikutip dari laman alodokter.com, polio atau poliomyelitis adalah penyakit saraf yang dapat menyebabkan kelumpuhan permanen. Penyakit ini disebabkan oleh infeksi virus yang sangat mudah menular, tetapi dapat dicegah melalui vaksinasi polio. Polio dapat dialami oleh siapa saja, tetapi biasanya menyerang anak-anak di bawah usia lima tahun (balita), terutama yang belum divaksinasi polio.

Pria kelahiran 1990 di Cirebon ini mengungkapkan, keterbatasan fisiknya bukan hal yang harus terus diratapi dan menyerah dengan hidup. Dia mengaku saat kecil pernah merasa malu dengan kondisinya karena sering diejek dan menjadi perhatian orang-orang di kampungnya.

Dia mengaku pernah ditawari untuk menjalani operasi saat berusia 18 tahun. Namun, ia merasa takut karena adanya kemungkinan efek samping. Akhirnya, ia menerima kondisinya dan menjalani pekerjaannya dengan semangat. Ejekan-ejekan orang lain tak terlalu dipikirkannya lagi. Ia ingin membuktikan bahwa meski ada kekurangan, bukan berarti tak bisa bekerja mandiri dan tak bisa memberi manfaat untuk orang lain. Untuk itulah dia punya semangat mengikuti pelatihan skill service elektronik tahun 2003 yang diselenggarakan oleh Pemerintah Cirebon.

Baca Juga :  BSI Kumpulkan Lebih dari 5.000 Sampah Botol Plastik di Jogja Marathon 2023

“Pada saat itu, pemerintah menawarkan dua pilihan pelatihan, dan saya memilih pelatihan elektro karena saya memiliki minat. Sejak saat itu, saya dan beberapa orang lainnya tinggal di pusat pelatihan di Cirebon. Sejak saat itu juga saya semangat menjalani kehidupan,” ucap Damuri sambil menyeruput kopi hitamnya.

Namun, setelah mengikuti pelatihan tersebut, Damuri tidak langsung membuka jasa. Ia hanya mencoba memperbaiki televisi tetangga di sekitar rumahnya. Seiring berjalannya waktu, permintaan untuk memperbaiki alat elektronik seperti televisi, mesin, dan dispenser mulai datang kepadanya di Cirebon. Ia menjalankan pekerjaan tersebut sambil berdagang. Meski sudah bisa memperbaiki berbagai alat elektronik, dirinya merasa keterampilannya masih kurang.

Pria yang mengaku putus sekolah saat duduk di tingkat SMP ini memutuskan untuk mengikuti pelatihan keterampilan kembali tahun 2008, di Solo. Di sana dia banyak bertemu dengan penyandang disabilitas lainnya dari seluruh Indonesia yang memiliki berbagai kemampuan.

“Saat di Solo ini, saya banyak teman yang mahir dengan keahliannya maisg-masing. Saya makin semangat dalam menjalani hidup ini,” terangnya.

Setelah setahun di karantina, Damuri semakin mahir dalam memperbaiki barang elektronik. Bahkan dia dipertemukan dengan cinta sejatinya Husnul Khatimah di sana, seorang wanita asal Palangka Raya, yang sekarang menjadi istrinya.

Pada tahun 2012, Damuri memutuskan untuk tinggal di Palangka Raya bersama sang istri setelah menikah. “Saat itu, saya tidak langsung membuka jasa. Saya dan istri berdagang sembako di pasar Kahayan,” papar Damuri.

Alasannya untuk tidak langsung membuka jasa adalah karena Damuri perlu beradaptasi dengan lingkungan baru. Sambil berdagang, ia juga mencari kenalan yang bergerak dalam bidang jasa perbaikan elektronik. Ia juga mencari tempat yang menjual alat dan suku cadang untuk perbaikan.

Baca Juga :  Jangan Mudah Percaya Informasi Tak Jelas

“Pada tahun 2016, saya mulai menjalankan usaha jasa perbaikan barang elektronik dan memulai promosi melalui media sosial,” tegasnya.

Dari pekerjaan ini, setiap kali Damuri memperbaiki barang, ia mendapatkan upah sebesar Rp 50 ribu sampai Rp500 ribu per perbaikan. Harga tersebut bergantung pada jenis kerusakan dan tingkat kesulitan.

Sebagai seorang ayah dengan seorang putri, Damuri mengakui bahwa ia bisa menghasilkan pendapatan sebesar Rp 2-3 juta setiap bulan dari pekerjaannya. Jumlah ini tergantung pada tingkat permintaan.

“Saya bersyukur skill saya ini bisa berguna untuk mencari rezeki untuk menafkahi keluarga dan membantu orang lain dengan memperbaiki alat elektronik mereka yang rusak,” tuturnya.

Damuri mengaku bahwa ia masih terbatas dalam hal alat perbaikan. Ketika memperbaiki kulkas dan AC, ia membutuhkan modal yang besar dan banyak alat yang belum dimilikinya. “Saat ini, saya sering memperbaiki televisi, dispenser, dan kipas. Kadang-kadang, saat sedang sepi, saya membeli televisi bekas yang rusak untuk diperbaiki dan dijual kembali. Kendala yang sering saya hadapi adalah ketika memperbaiki kulkas dan AC, di mana saya memerlukan alat tambahan dan suku cadang yang cukup mahal,” jelas Damuri.

Namun, dengan kondisi yang ada, ia tetap berusaha membantu dalam memperbaiki kerusakan yang dialami oleh orang lain. Meskipun terbatas, ia tetap memiliki semangat dalam menjalankan pekerjaannya. Kondisi yang dialami oleh Damuri tidak menghalangi gerakannya. Ia masih bisa mengendarai sepeda motor saat mendapatkan panggilan untuk memperbaiki barang elektronik. “Saya masih bisa menggunakan sepeda motor, tetapi saya mengalami kesulitan berdiri lama dan berjalan jauh. Ketika sholat, saya harus duduk karena tidak bisa berdiri,” tegasnya.

Damuri memiliki keinginan untuk membangun rumah sendiri, mengingat ia sekarang sudah memiliki seorang putri dan tinggal bersama orang tua istrinya. (*)

Memiliki keterbatasan secara fisik, tak membuat Muhammad Damuri mau berpangku tangan dengan orang lain. Pernah diejek karena fisiknya, membuatnya membuktikan diri bisa tetap mandiri dan bermanfaat bagi orang lain.

IRPAN JURAYZ, Palangka Raya

KEDUA kaki Damuri tidak berkembang sepenuhnya sejak usia dua tahun. Saat itu, dia didiagnosis mengidap polio. Penyakit ini membuatnya menghadapi kesulitan dalam berjalan hingga saat ini. Pria yang bekerja sebagai tukang service alat elektronik ini tidak mengetahui penyebab pasti mengapa ia terkena polio pada usia yang sangat muda, padahal sebelumnya ia dapat berjalan normal seperti anak-anak seusianya.

“Kondisi ini muncul setelah mengalami sakit demam panas pada waktu itu. Saya tidak tahu dengan pasti penyebabnya, tetapi berdasarkan analisis kesehatan, saya memiliki kelainan pada pinggang yang menyebabkan masalah pada kaki saya,” ujarnya saat Kalteng Pos berkunjung ke rumahnya, belum lama ini.

Dikutip dari laman alodokter.com, polio atau poliomyelitis adalah penyakit saraf yang dapat menyebabkan kelumpuhan permanen. Penyakit ini disebabkan oleh infeksi virus yang sangat mudah menular, tetapi dapat dicegah melalui vaksinasi polio. Polio dapat dialami oleh siapa saja, tetapi biasanya menyerang anak-anak di bawah usia lima tahun (balita), terutama yang belum divaksinasi polio.

Pria kelahiran 1990 di Cirebon ini mengungkapkan, keterbatasan fisiknya bukan hal yang harus terus diratapi dan menyerah dengan hidup. Dia mengaku saat kecil pernah merasa malu dengan kondisinya karena sering diejek dan menjadi perhatian orang-orang di kampungnya.

Dia mengaku pernah ditawari untuk menjalani operasi saat berusia 18 tahun. Namun, ia merasa takut karena adanya kemungkinan efek samping. Akhirnya, ia menerima kondisinya dan menjalani pekerjaannya dengan semangat. Ejekan-ejekan orang lain tak terlalu dipikirkannya lagi. Ia ingin membuktikan bahwa meski ada kekurangan, bukan berarti tak bisa bekerja mandiri dan tak bisa memberi manfaat untuk orang lain. Untuk itulah dia punya semangat mengikuti pelatihan skill service elektronik tahun 2003 yang diselenggarakan oleh Pemerintah Cirebon.

Baca Juga :  BSI Kumpulkan Lebih dari 5.000 Sampah Botol Plastik di Jogja Marathon 2023

“Pada saat itu, pemerintah menawarkan dua pilihan pelatihan, dan saya memilih pelatihan elektro karena saya memiliki minat. Sejak saat itu, saya dan beberapa orang lainnya tinggal di pusat pelatihan di Cirebon. Sejak saat itu juga saya semangat menjalani kehidupan,” ucap Damuri sambil menyeruput kopi hitamnya.

Namun, setelah mengikuti pelatihan tersebut, Damuri tidak langsung membuka jasa. Ia hanya mencoba memperbaiki televisi tetangga di sekitar rumahnya. Seiring berjalannya waktu, permintaan untuk memperbaiki alat elektronik seperti televisi, mesin, dan dispenser mulai datang kepadanya di Cirebon. Ia menjalankan pekerjaan tersebut sambil berdagang. Meski sudah bisa memperbaiki berbagai alat elektronik, dirinya merasa keterampilannya masih kurang.

Pria yang mengaku putus sekolah saat duduk di tingkat SMP ini memutuskan untuk mengikuti pelatihan keterampilan kembali tahun 2008, di Solo. Di sana dia banyak bertemu dengan penyandang disabilitas lainnya dari seluruh Indonesia yang memiliki berbagai kemampuan.

“Saat di Solo ini, saya banyak teman yang mahir dengan keahliannya maisg-masing. Saya makin semangat dalam menjalani hidup ini,” terangnya.

Setelah setahun di karantina, Damuri semakin mahir dalam memperbaiki barang elektronik. Bahkan dia dipertemukan dengan cinta sejatinya Husnul Khatimah di sana, seorang wanita asal Palangka Raya, yang sekarang menjadi istrinya.

Pada tahun 2012, Damuri memutuskan untuk tinggal di Palangka Raya bersama sang istri setelah menikah. “Saat itu, saya tidak langsung membuka jasa. Saya dan istri berdagang sembako di pasar Kahayan,” papar Damuri.

Alasannya untuk tidak langsung membuka jasa adalah karena Damuri perlu beradaptasi dengan lingkungan baru. Sambil berdagang, ia juga mencari kenalan yang bergerak dalam bidang jasa perbaikan elektronik. Ia juga mencari tempat yang menjual alat dan suku cadang untuk perbaikan.

Baca Juga :  Jangan Mudah Percaya Informasi Tak Jelas

“Pada tahun 2016, saya mulai menjalankan usaha jasa perbaikan barang elektronik dan memulai promosi melalui media sosial,” tegasnya.

Dari pekerjaan ini, setiap kali Damuri memperbaiki barang, ia mendapatkan upah sebesar Rp 50 ribu sampai Rp500 ribu per perbaikan. Harga tersebut bergantung pada jenis kerusakan dan tingkat kesulitan.

Sebagai seorang ayah dengan seorang putri, Damuri mengakui bahwa ia bisa menghasilkan pendapatan sebesar Rp 2-3 juta setiap bulan dari pekerjaannya. Jumlah ini tergantung pada tingkat permintaan.

“Saya bersyukur skill saya ini bisa berguna untuk mencari rezeki untuk menafkahi keluarga dan membantu orang lain dengan memperbaiki alat elektronik mereka yang rusak,” tuturnya.

Damuri mengaku bahwa ia masih terbatas dalam hal alat perbaikan. Ketika memperbaiki kulkas dan AC, ia membutuhkan modal yang besar dan banyak alat yang belum dimilikinya. “Saat ini, saya sering memperbaiki televisi, dispenser, dan kipas. Kadang-kadang, saat sedang sepi, saya membeli televisi bekas yang rusak untuk diperbaiki dan dijual kembali. Kendala yang sering saya hadapi adalah ketika memperbaiki kulkas dan AC, di mana saya memerlukan alat tambahan dan suku cadang yang cukup mahal,” jelas Damuri.

Namun, dengan kondisi yang ada, ia tetap berusaha membantu dalam memperbaiki kerusakan yang dialami oleh orang lain. Meskipun terbatas, ia tetap memiliki semangat dalam menjalankan pekerjaannya. Kondisi yang dialami oleh Damuri tidak menghalangi gerakannya. Ia masih bisa mengendarai sepeda motor saat mendapatkan panggilan untuk memperbaiki barang elektronik. “Saya masih bisa menggunakan sepeda motor, tetapi saya mengalami kesulitan berdiri lama dan berjalan jauh. Ketika sholat, saya harus duduk karena tidak bisa berdiri,” tegasnya.

Damuri memiliki keinginan untuk membangun rumah sendiri, mengingat ia sekarang sudah memiliki seorang putri dan tinggal bersama orang tua istrinya. (*)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/