BIBIT-bibit muda dalam dunia pendidikan dan sains Kalimantan Tengah (Kalteng) mulai bermunculan. Prestasi-demi prestasi ditorehkan. Baik di kancah nasional maupun internasional. Dalam ajang kompetisi International Science and Invention Fair (ISIF) 2024, pelajar SMP IT Al-Ghazali bernama Jihan Khansa Adzkiya Helga dan Alvero Syah Dema Mustofa berhasil meraih medali perak.
Dengan proyek inovatif berjudul Utilization of Karamunting Fruits as An Alternative Organic Fabric Dyes, Jihan Khansa Adzkiya Helga dan Alvero Syah Dema Mustofa bersaing dengan ratusan peserta dari 973 tim asal 24 negara hingga meraih medali perak.
ISIF menjadi salah satu ajang bergengsi sebagai kegiatan terbesar di Asia yang diselenggarakan Indonesian Young Scientist Association (IYSA) dan bekerja sama dengan berbagai asosiasi peneliti internasional. Peserta ajang ini mulai dari sekolah dasar hingga universitas.
Ajang ini dilaksanakan 5-10 November di Balai Diklat Industri, Denpasar, dan Bali. Prestasi yang mereka raih tak lepas dari dukungan orang tua, guru pembimbing, dan sekolah. Tahun ini menjadi langkah baru bagi SMP IT Al-Ghazali meraih medali perak dalam ajang ISIF.
Helga dan Dema, sapaan akrab mereka, mengaku diberitahu orang tua untuk mengikuti perlombaan ini. “Orang tua kami berdua berteman, makanya kami bisa sama-sama ikut lomba ini,” ujar Helga, remaja kelahiran Solo. Mereka menjadi satu tim bersama siswa dari SMPN 3 Palangka Raya, David Jesse Manuah Patianom dan Aprila Christina Amiany.
Pihak sekolah mendukung penuh perlombaan yang diikuti oleh Helga dan Dema. “Keinginan dan antusiasme mereka mengikuti perlombaan ini menjadi kebanggaan bagi sekolah kami berkat prestasi yang sangat membanggakan,” tambah Kepala Sekolah SMP IT Al-Ghazali, Umar Iskandar.
Pelajar putri yang duduk di bangku kelas VIII ini melakukan penelitian sekaligus menulis makalah ilmiah dari bulan September hingga Oktober. Penelitian dimulai dengan mencari buah karamunting, lalu memprosesnya pada kain sutra hingga berhasil, lalu menyusun makalah bersama teman-temannya di tim.
“Kami memanfaatkan buah lokal untuk menjadi pewarna kain, yang sebelumnya belum pernah dilakukan,” ujarnya.
Buah ini biasanya hanya dijadikan mainan oleh anak-anak, tetapi karena warnanya yang menarik, kedua pelajar ini pun tertarik meneliti lebih jauh potensi tersembunyi dari tumbuhan liar ini.
“Waktu proses pengeringan kain harus mendapatkan cahaya matahari yang bagus, karena kain rawan berjamur atau berubah warna jadi kuning,” jelas buah hati pasangan Dewangga Y Firmanto dan Desty Paramita itu.
Sambil melakukan penelitian, mereka juga menulis makalah ilmiah. Mereka mengaku tidak terlalu kesulitan meneliti dan menulis makalah karena sudah melakukan riset dan memahami proses penelitian.
Meskipun demikian, ini merupakan pengalaman pertama kedua pelajar tersebut dalam melakukan penelitian.
Keduanya menjelaskan, penelitian ini bertujuan menunjukkan ke publik bahwa buah karamunting memiliki manfaat lain, selain sebagai pewarna makanan.
Ajang perlombaan ini berbentuk festival, sehingga tiap tim memamerkan hasil penelitian masing-masing. Tim ini mempersiapkan dekorasi berupa poster, buah karamunting, kain sutra hasil penelitian, suvenir, dan catatan kecil untuk masukan dari sesama peserta lomba.
“Karena kami memahami inti dari makalah kami, kami dapat mempresentasikan dan menjawab semua pertanyaan juri,” ungkap Helga seraya mengaku sempat gugup saat presentasi di hadapan juri asal India dan Malaysia.
Meski presentasi menggunakan bahasa Inggris, lanjut Helga, hal ini tidak menjadi kendala bagi mereka untuk meraih medali perak. “Saya memang aktif berkomunikasi dalam bahasa Inggris karena sewaktu TK saya bersekolah di internasional school, jadi sudah terbiasa,” ungkap perempuan kelahiran 2011 ini.
Pelajar SMP IT Al Ghazali ini mengaku tidak menyangka akan membawa pulang medali perak, karena ia sendiri merasa kurang maksimal saat presentasi makalah. “Ternyata waktu pengumuman dapat medali perak, nama kami disebut duluan,” timpal Dema, anak pasangan dari Herwanto Yatim Mustofa dan Titin Faudah.
Kedua pelajar yang hobi bola basket ini menyebut, mengikuti ajang perlombaan ini bertujuan meraih prestasi agar dapat masuk ke sekolah menengah atas (SMA) yang mereka inginkan. Menurut keduanya, ajang ini dapat menjadi langkah menuju cita-cita yang mereka impikan.
Helga bercita-cita ingin menjadi pengusaha, sementara Dema ingin menjadi pramugara atau pilot. Karena itu, mereka sudah merencanakan untuk melanjutkan pendidikan di sekolah yang mereka inginkan. Mereka berharap lebih banyak orang yang tahu manfaat buah karamunting.
Pihak SMP IT Al-Ghazali mengungkapkan rasa bangga atas keberhasilan anak didiknya dalam ajang internasional ini. “Kami berharap ke depannya anak-anak SMP IT Al-Ghazali dapat mengikuti jejak yang telah diukir Helga dan Dema,” pungkas Umar. (ce/ram)