Minggu, Juni 23, 2024
24 C
Palangkaraya

Alhamdulillah, Penjual Pisang Keliling Asal Pangkalan Bun Naik Haji

MADINAH-Impian menunaikan rukun Islam kelima sudah tumbuh sejak lama di benak pasangan suami istri (pasutri) Ahmad Subianto (82) dan Sumbiyah (74). Keduanya berjuang keras mengais rezeki dengan berjualan buah pisang keliling di Kota Pangkalan Bun, Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar). Sedikit demi sedikit keduanya menabung untuk biaya naik haji. Akhirnya impian itu terwujud pada musim haji 2024.

“Saya jualan pisang sejak tahun 1986-an. Waktu itu masih muda, jadi masih kuat keliling Kota Pangkalan Bun menggunakan sepeda ontel untuk berjualan pisang. Kalau sekarang sudah tidak mampu lagi,” ucap pria kelahiran Purbalingga, 1 Juli 1942.

Diceritakan Ahmad, awalnya ia bersama sang istri menggarap lahan pemberian pemerintah dari program transmigrasi. Kemudian hasil kebun dan ladang mereka jual ke pasar di Kota Pangkalan Bun.

“Awalnya tidak hanya jualan pisang, tapi juga sayur-sayuran. Namun karena kebanyakan pelanggan minta pisang, akhirnya saya fokus jualan pisang,” tuturnya.

Hasil berjualan pisang keliling Kota Pangkalan Bun itu memang tidak seberapa. Namun ia bersama sang istri rutin menyisihkan sedikit demi sedikit uang untuk ditabung. Dengan harapan suatu saat tabungan itu bisa digunakan untuk mendaftar ibadah haji bersama sang istri.

Namun keinginan berhaji diurungkan setelah anak bungsunya menyelesaikan pendidikan SMA. Ia berprinsip pendidikan anak jauh lebih penting ketimbang impiannya untuk berhaji. Karena itu, sekitar tahun 1999 ia memutuskan menggunakan tabungannya untuk membiayai anak bungsunya melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi di Palangka Raya.

Baca Juga :  Isak Tangis Mewarnai Keberangkataan Jemaah Haji Palangka Raya

“Waktu itu sekitar tahun 1999 jumlah uang tabungan sudah lumayan, tapi karena si bungsu mau saat kami tawari untuk kuliah, ya kami tunda dulu daftar haji, uang tabungan itu kami gunakan untuk membiayai kuliah si bungsu,” ucapnya.

Keputusan menguliahkan anak baungsunya didukung penuh sang istri maupun anak yang pertama dan kedua. Karena itu, ia bersama anak-anak yang lain bergotong royong membiayai pendidikan anak bungsunya ke jenjang perguruan tinggi.

“Saya punya prinsip pendidikan anak itu lebih penting. Makanya setelah lulus SMA kami minta si bungsu untuk kuliah, alhamdulillah dia mau,” ucapnya.

Sembari membiayai kuliah anak bungsu, Subiyanto bersama istri tetap menyisihkan sedikit demi sedikit rezeki untuk ditabung demi bisa mewujudkan impian menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci.

Tahun 2004, anak bungsunya menyelesaikan pendidikan tinggi, lalu bekerja pada salah satu perusahaan swasta di Palangka Raya. Lalu tahun 2008, anaknya lulus seleksi calon pegawai negeri sipil di salah satu instansi pemerintah. Ada dua dari empat anaknya yang telah menyandang status sebagai abdi negara.

“Alhamdulillah sekitar awal tahun 2018, saya bersama istri akhirnya bisa menunaikan ibadah umrah. Anak pertama yang bantu membiayai. Sepulang umrah, anak bungsu saya juga mendaftarkan saya dan istri untuk ibadah haji,” ucapnya.

Baca Juga :  Jelang Peresmian Single System, BSI Berkunjung ke Kalteng Pos

Setelah menunggu sekitar enam tahun, akhirnya Ahmad Subiyanto masuk dalam daftar prioritas jemaah haji lanjut usia (lansia) yang berhak melakukan pelunasan tahap pertama. Kemudian pada pelunasan tahap kedua, sang istri masuk dalam daftar jemaah yang berhak melunasi Bipih tahun 2024.

“Alhamdulillah, kami sangat berterima kasih kepada pemerintah terutama Kementerian Agama yang telah memprioritaskan jemaah lansia, sehingga kami bisa berangkat menunaikan ibadah haji tahun ini,” ucapnya.

Ahmad yang tergabung dalam kloter BDJ 05 mengaku sangat puas dengan layanan pemerintah daerah maupun Kementerian Agama melalui PPIH embarkasi haji Banjarmasin yang betul-betul memperhatikan jemaah haji lansia, sejak keberangkatan dari kabupaten hingga pelayanan di embarkasi haji.

“Kami dilayani dengan sangat baik di embarkasi, kami disuguhi makanan yang ramah lansia. Pengurusan dokumen juga diprioritaskan. Begitu pun saat di Madinah. Kami disediakan makanan yang ramah lansia. Sekali lagi terima kasih. Semoga ibadah haji tahun ini lancar dan sukses,” ucap Ahmad seraya meminta doa dari masyarakat Kalteng agar ia dan istrinya selalu diberi kesehatan, kemudahan, dan kelancaran menunikan ibadah haji, sehingga bisa kembali ke Tanah Air nanti dengan predikat haji yang mabrur. (hms/ce/ala)

MADINAH-Impian menunaikan rukun Islam kelima sudah tumbuh sejak lama di benak pasangan suami istri (pasutri) Ahmad Subianto (82) dan Sumbiyah (74). Keduanya berjuang keras mengais rezeki dengan berjualan buah pisang keliling di Kota Pangkalan Bun, Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar). Sedikit demi sedikit keduanya menabung untuk biaya naik haji. Akhirnya impian itu terwujud pada musim haji 2024.

“Saya jualan pisang sejak tahun 1986-an. Waktu itu masih muda, jadi masih kuat keliling Kota Pangkalan Bun menggunakan sepeda ontel untuk berjualan pisang. Kalau sekarang sudah tidak mampu lagi,” ucap pria kelahiran Purbalingga, 1 Juli 1942.

Diceritakan Ahmad, awalnya ia bersama sang istri menggarap lahan pemberian pemerintah dari program transmigrasi. Kemudian hasil kebun dan ladang mereka jual ke pasar di Kota Pangkalan Bun.

“Awalnya tidak hanya jualan pisang, tapi juga sayur-sayuran. Namun karena kebanyakan pelanggan minta pisang, akhirnya saya fokus jualan pisang,” tuturnya.

Hasil berjualan pisang keliling Kota Pangkalan Bun itu memang tidak seberapa. Namun ia bersama sang istri rutin menyisihkan sedikit demi sedikit uang untuk ditabung. Dengan harapan suatu saat tabungan itu bisa digunakan untuk mendaftar ibadah haji bersama sang istri.

Namun keinginan berhaji diurungkan setelah anak bungsunya menyelesaikan pendidikan SMA. Ia berprinsip pendidikan anak jauh lebih penting ketimbang impiannya untuk berhaji. Karena itu, sekitar tahun 1999 ia memutuskan menggunakan tabungannya untuk membiayai anak bungsunya melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi di Palangka Raya.

Baca Juga :  Isak Tangis Mewarnai Keberangkataan Jemaah Haji Palangka Raya

“Waktu itu sekitar tahun 1999 jumlah uang tabungan sudah lumayan, tapi karena si bungsu mau saat kami tawari untuk kuliah, ya kami tunda dulu daftar haji, uang tabungan itu kami gunakan untuk membiayai kuliah si bungsu,” ucapnya.

Keputusan menguliahkan anak baungsunya didukung penuh sang istri maupun anak yang pertama dan kedua. Karena itu, ia bersama anak-anak yang lain bergotong royong membiayai pendidikan anak bungsunya ke jenjang perguruan tinggi.

“Saya punya prinsip pendidikan anak itu lebih penting. Makanya setelah lulus SMA kami minta si bungsu untuk kuliah, alhamdulillah dia mau,” ucapnya.

Sembari membiayai kuliah anak bungsu, Subiyanto bersama istri tetap menyisihkan sedikit demi sedikit rezeki untuk ditabung demi bisa mewujudkan impian menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci.

Tahun 2004, anak bungsunya menyelesaikan pendidikan tinggi, lalu bekerja pada salah satu perusahaan swasta di Palangka Raya. Lalu tahun 2008, anaknya lulus seleksi calon pegawai negeri sipil di salah satu instansi pemerintah. Ada dua dari empat anaknya yang telah menyandang status sebagai abdi negara.

“Alhamdulillah sekitar awal tahun 2018, saya bersama istri akhirnya bisa menunaikan ibadah umrah. Anak pertama yang bantu membiayai. Sepulang umrah, anak bungsu saya juga mendaftarkan saya dan istri untuk ibadah haji,” ucapnya.

Baca Juga :  Jelang Peresmian Single System, BSI Berkunjung ke Kalteng Pos

Setelah menunggu sekitar enam tahun, akhirnya Ahmad Subiyanto masuk dalam daftar prioritas jemaah haji lanjut usia (lansia) yang berhak melakukan pelunasan tahap pertama. Kemudian pada pelunasan tahap kedua, sang istri masuk dalam daftar jemaah yang berhak melunasi Bipih tahun 2024.

“Alhamdulillah, kami sangat berterima kasih kepada pemerintah terutama Kementerian Agama yang telah memprioritaskan jemaah lansia, sehingga kami bisa berangkat menunaikan ibadah haji tahun ini,” ucapnya.

Ahmad yang tergabung dalam kloter BDJ 05 mengaku sangat puas dengan layanan pemerintah daerah maupun Kementerian Agama melalui PPIH embarkasi haji Banjarmasin yang betul-betul memperhatikan jemaah haji lansia, sejak keberangkatan dari kabupaten hingga pelayanan di embarkasi haji.

“Kami dilayani dengan sangat baik di embarkasi, kami disuguhi makanan yang ramah lansia. Pengurusan dokumen juga diprioritaskan. Begitu pun saat di Madinah. Kami disediakan makanan yang ramah lansia. Sekali lagi terima kasih. Semoga ibadah haji tahun ini lancar dan sukses,” ucap Ahmad seraya meminta doa dari masyarakat Kalteng agar ia dan istrinya selalu diberi kesehatan, kemudahan, dan kelancaran menunikan ibadah haji, sehingga bisa kembali ke Tanah Air nanti dengan predikat haji yang mabrur. (hms/ce/ala)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/