Rabu, Oktober 2, 2024
24.4 C
Palangkaraya

Tiga Sekolah Swasta Tutup

PALANGKA RAYA-Memasuki tahun ajaran baru 2022-2023, terdapat tiga sekolah swasta di Provinsi Kalteng yang resmi ditutup. Pemicu penutupan disinyalir karena minim jumlah peserta didik dan kalah bersaing dengan sekolah negeri (data lengkap lihat tabel).  

Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Kalteng Achmad Syaifudi mengatakan sejauh ini tidak ada sekolah SMAN yang tutup. Namun kejadian sekolah tutup justru dialami oleh beberapa sekolah SMA swasta. Penutupan itu, kata Achmad Syaifudi ini disinyalir karena pendanaan dan jumlah siswa yang berkurang setiap tahun, selain itu sekolah swasta tersebut tidak mampu bersaing dengan sekolah negeri.

“Kebanyakan sekolah swasta ini tidak bisa bersaing dengan sekolah negeri, sehingga setiap tahun jumlah siswanya berkurang. Memang sekolah swasta ini hidupnya dari siswa kan, kalau yayasan tidak sehat misalnya, lalu kemudian sekolah swasta ini kebanyakan memungut biaya yang kalau mahal, maka orang tidak mau masuk situ, ditambah lagi misal gurunya tidak profesional,” tuturnya.

Baca Juga :  Puan Maharani Peduli Tangani Pandemi, Sumbang Oxygen Concentrator dan Tabung Oksigen untuk Kalteng

Syaifudi menyebutkan, di Kalimantan Tengah secara keseluruhan terdapat 243 SMA. Dari 243 SMA tersebut terdapat tiga sekolah yang nonaktif terhitung sejak tahun 2019, yaitu SMAS Kristen Buntok, lalu diikuti dengan SMAS PGRI Pangkalan Bun, dan SMAS PGRI Mantangai Kabupaten Kapuas.

“Kemudian ada sekolah yang membuka lagi di Kotim, ada SMAS IT Arafah, kemudian ada SMAS IT Bustomi Sampit,” ucapnya.

“Jadi posisi angka 243, jumlah SMA se-Kalteng tadi, tidak berkurang karena tetap ada penambahan sekolah-sekolah baru. Ada yang tutup, ada yang buka lagi,” tambahnya.

Sementara itu Kepala Bidang Pembinaan SMA Disdik Provinsi Kalteng Safrudin mengatakan sekolah tutup dapat terjadi juga karena letak sekolah yang berdekatan.

Baca Juga :  Mantan Dirut PDAM Kapuas Divonis 6 Tahun Penjar

“Setelah pelimpahan kewenangan dari kabupaten ke provinsi itu ada beberapa sekolah yang letaknya memang berdekatan. Di satu kecamatan bisa ada tiga sekolah. Kalau di provinsi tidak apa-apa karena tetap ada siswa. Tapi kalau di kecamatan tadi itu kan memungkinkan untuk siswanya berebut. Akhirnya ada yang ngga dapat siswa. Lalu yang itu kemudian demerger, dijadikan satu sekolah,” ucapnya.

Safrudin mengatakan, terjadi penurunan kualitas oleh beberapa sekolah swasta sehingga tertinggal kualitasnya jika dibandingkan dengan sekolah negeri.

“Terus ada lagi sekolah, khususnya sekolah swasta yang tidak bisa mengejar kualitas sekolah negeri. Kalau dulu sekolah swasta memang menarik karena yang dijual kualitas, kalau sekarang kalah bersaing dengan sekolah negeri karena semuanya ditampung,” tutur Safrudin. (*dan/ala/ko)

PALANGKA RAYA-Memasuki tahun ajaran baru 2022-2023, terdapat tiga sekolah swasta di Provinsi Kalteng yang resmi ditutup. Pemicu penutupan disinyalir karena minim jumlah peserta didik dan kalah bersaing dengan sekolah negeri (data lengkap lihat tabel).  

Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Kalteng Achmad Syaifudi mengatakan sejauh ini tidak ada sekolah SMAN yang tutup. Namun kejadian sekolah tutup justru dialami oleh beberapa sekolah SMA swasta. Penutupan itu, kata Achmad Syaifudi ini disinyalir karena pendanaan dan jumlah siswa yang berkurang setiap tahun, selain itu sekolah swasta tersebut tidak mampu bersaing dengan sekolah negeri.

“Kebanyakan sekolah swasta ini tidak bisa bersaing dengan sekolah negeri, sehingga setiap tahun jumlah siswanya berkurang. Memang sekolah swasta ini hidupnya dari siswa kan, kalau yayasan tidak sehat misalnya, lalu kemudian sekolah swasta ini kebanyakan memungut biaya yang kalau mahal, maka orang tidak mau masuk situ, ditambah lagi misal gurunya tidak profesional,” tuturnya.

Baca Juga :  Puan Maharani Peduli Tangani Pandemi, Sumbang Oxygen Concentrator dan Tabung Oksigen untuk Kalteng

Syaifudi menyebutkan, di Kalimantan Tengah secara keseluruhan terdapat 243 SMA. Dari 243 SMA tersebut terdapat tiga sekolah yang nonaktif terhitung sejak tahun 2019, yaitu SMAS Kristen Buntok, lalu diikuti dengan SMAS PGRI Pangkalan Bun, dan SMAS PGRI Mantangai Kabupaten Kapuas.

“Kemudian ada sekolah yang membuka lagi di Kotim, ada SMAS IT Arafah, kemudian ada SMAS IT Bustomi Sampit,” ucapnya.

“Jadi posisi angka 243, jumlah SMA se-Kalteng tadi, tidak berkurang karena tetap ada penambahan sekolah-sekolah baru. Ada yang tutup, ada yang buka lagi,” tambahnya.

Sementara itu Kepala Bidang Pembinaan SMA Disdik Provinsi Kalteng Safrudin mengatakan sekolah tutup dapat terjadi juga karena letak sekolah yang berdekatan.

Baca Juga :  Mantan Dirut PDAM Kapuas Divonis 6 Tahun Penjar

“Setelah pelimpahan kewenangan dari kabupaten ke provinsi itu ada beberapa sekolah yang letaknya memang berdekatan. Di satu kecamatan bisa ada tiga sekolah. Kalau di provinsi tidak apa-apa karena tetap ada siswa. Tapi kalau di kecamatan tadi itu kan memungkinkan untuk siswanya berebut. Akhirnya ada yang ngga dapat siswa. Lalu yang itu kemudian demerger, dijadikan satu sekolah,” ucapnya.

Safrudin mengatakan, terjadi penurunan kualitas oleh beberapa sekolah swasta sehingga tertinggal kualitasnya jika dibandingkan dengan sekolah negeri.

“Terus ada lagi sekolah, khususnya sekolah swasta yang tidak bisa mengejar kualitas sekolah negeri. Kalau dulu sekolah swasta memang menarik karena yang dijual kualitas, kalau sekarang kalah bersaing dengan sekolah negeri karena semuanya ditampung,” tutur Safrudin. (*dan/ala/ko)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/