Jumat, September 20, 2024
36.3 C
Palangkaraya

Rasa Lelah Terbayar dengan Pesona Alam yang Indah

SIANG itu kondisi cuaca sangat panas. Kami harus mencari tempat berteduh di bawah pohon. Saya pun sempat memindahkan tenda ke tempat aman dari sengatan sinar matahari. Berjalannya waktu hari mulai sore. Kami pun seperti sebelumnya langsung mandi, dan sebagian lagi memasak. Ketika sedang makan, tiba-tiba ada utusan rombongan Bupati Katingan Sakariyas mencari saya.

“Ada Jeri kah? dipanggil pak bupati dengan pak Rain,” kata utusan bupati mencari saya.

Mendengar panggilan seseorang tersebut, saya pun bergegas naik ke atas menuju lokasi perkemahan rombongan. Sesampai di atas terlihat Bupati Katingan Sakariyas, bersama dengan pejabat lain sedang makan malam di bawah tenda. Sambil duduk di lantai beralaskan terpal. “Ayo makan jer,” kata bupati dan Kepala Dinas PUPR Katingan Christian Rain menawarkan makanan.

“Baru habis makan pak, terima kasih,” jawabku. Lalu saya pun minta izin, dan duduk di samping orang nomor satu di Kabupaten Katingan itu. Sambil menikmati makanannya. Dia menyampaikan ucapan terima kasih atas kehadiran wartawan yang ikut serta dalam kegiatan tersebut. Begitu juga kepada pihak perusahaan HPH PT Dwima Grup yang telah membantu, dan mempersiapkan jalan menuju lokasi Riam Jerawi.

“Kita besok berangkat pukul 06.00. Saya minta semuanya harus turun ke Riam Jerawi. Tidak boleh ada yang tinggal. Kita harus sama-sama sampai menuju lokasi Riam. Biar kita tahu seperti apa kondisinya. Selama ini kita hanya melihat lewat video dan gambar. Dan malam ini untuk mengisi waktu kita buat api unggun,” ujarnya.

Selesai membicarakan banyak hal. Saya pamit, dan bergabung lagi dengan teman-teman anggota PWI Katingan di pinggir Sungai Roha. Di lokasi tenda, rupanya teman-teman sudah mulai mempersiapkan barang. Malam itu semua barang yang sudah tidak dipakai dimasukan ke mobil. Kecuali tenda tempat kami tidur, dan beberapa peralatan memasak. Ini kami lakukan untuk mengantisipasi hujan dan banjir lagi. Setelah itu kami naik ke atas dan sama-sama menyaksikan penyalaan api unggun yang dilakukan langsung oleh Bupati Katingan Sakariyas. Sambil diselingi dengan musik lagu daerah, peserta mengelilingi api unggun hingga selesai.

Baca Juga :  Pemberlakuan Satu Harga Migor Belum Merata

Usai kegiatan kami kembali turun ke bawah menuju tenda. Lalu istirahat tidur. Sambil berharap cuaca tidak hujan malam itu. Setelah sempat tidur beberapa jam. Saya dibangunkan teman. “Hujan, ayo kita pindah lagi,” ujar salah satu dari rekan sesama wartawan. Sambil bercanda dan tertawa, kami kembali mengemas barang. “Sudah dua malam kita kaya gini. Ini yang namanya benar-benar menikmati alam,” celetuk teman saya sambil tertawa lepas.

Setelah melepaskan tenda. Beberapa orang dari kelompok kami naik lagi ke atas. Lalu mencari lokasi. Setelah ketemu. Tenda saya pasang di dekat parkiran mobil rombongan. Waktu itu menunjukkan sekitar pukul 24.30 WIB. Kemudian saya pun langsung istirahat tidur.

Sekitar pukul 05.00 WIB saya bangun. Ketika keluar dari tenda. Di lokasi terlihat semuanya sudah mulai siap-siap. Beberapa menit kemudian, tenda mulai saya lepas dan dilipat. Semua barang saya simpan ke mobil.  Setelah itu kami pun turun ke sungai dan mandi. Ketika turun terlihat Bupati Katingan Sakariyas, dan yang lainnya juga sedang mandi. Pagi itu airnya sangat dingin, dan sedikit kurang bersih setelah diguyur hujan lebat malam itu. Selesai mandi naik lagi dan sarapan.

Setelah siap, sebagian rombongan termasuk Bupati berangkat duluan menuju lokasi Riam Jerawi. Dilanjutkan rombongan lain, termasuk kami. Untuk menuju lokasi mobil harus melewati dan menyeberang Sungai Roha. Tak jauh dari lokasi perkemahan. Rupanya disungai itu airnya sedikit dalam. Sehingga kami tidak berani menyeberang menggunakan mobil kijang inova yang kami ditumpangi. Akhirnya mobil kami tinggal, dan ikut menumpang mobil Bagian Protokol Setda Katingan. Jarak tempuh dari Sungai Roha ke Riam Jerawi sekitar 16 kilometer (km). Dengan waktu sekitar 1 jam. Selama perjalanan pemandangan alamnya lebih menarik lagi dari perjalanan sebelumnya. Sepanjang jalur bukitnya tinggi-tinggi, dan terlihat ada awan di sekitar pepohonan dibawahnya. Yang awalnya saya kira embun. Selain itu juga banyak terdapat anak sungai, dengan kondisi air mengalir dan bersih. Bahkan ada riam yang disebut riam Cantik. Airnya mengalir dari atas bukit melewati bebatuan besar. Layaknya air terjun. Namun sayangnya rombongan tidak berhenti ke lokasi itu.

Baca Juga :  Mengunjungi Gereja Katolik Tertua di Kalteng yang Masuk Cagar Budaya

Perjalanan naik turun gunung terus berjalan. Hingga akhirnya sampai di puncak tanjakan, dengan kondisi cukup ekstrim menuju ujung jalan. Kami pun sampai di lokasi parkiran Riam Jerawi. Puluhan kendaraan dari berbagai jenis terparkir di lokasi. Setelah turun dari mobil. Perjalanan berikutnya jalan kaki menuruni bukit menuju Riam yang terletak di bawah kaki bukit. Ketika menuruni bukit dengan ketinggian sekitar 400 meter, harus ekstra hati-hati. Kemiringannya ada sekitar 40 derat. Sepanjang jalur berdiri pohon-pohon besar.

Saya pun sempat beberapa kali berpegang dengan pohon kecil ketika melewati jurang ekstrem untuk menahan tubuh. Semakin lama perjalanan, dari atas suara air di riam itu semakin dekat dan jelas terdengar. Hal ini membuat semakin semangat. Hingga akhirnya sekitar 30 menit saya pun sampai di kaki bukit dan tak lama kemudian sampai di Riam Jerawi. Di lokasi rupanya sudah banyak rombongan. Termasuk bupati dan pejabat lainnya. Rasa lelah selama perjalanan, seakan hilang begitu saja setelah melihat keindahan alam Riam Jerawi. Udaranya sangat sejuk dan nyaman. Sambil mengamati suasana alamnya saya istirahat sejenak. Setelah itu baru berjalan menyusuri bebatuan. Saya benar-benar kagum melihat Riam Jerawi. Ini pertama kalinya saya ke lokasi itu. (*bersambung/ala)

SIANG itu kondisi cuaca sangat panas. Kami harus mencari tempat berteduh di bawah pohon. Saya pun sempat memindahkan tenda ke tempat aman dari sengatan sinar matahari. Berjalannya waktu hari mulai sore. Kami pun seperti sebelumnya langsung mandi, dan sebagian lagi memasak. Ketika sedang makan, tiba-tiba ada utusan rombongan Bupati Katingan Sakariyas mencari saya.

“Ada Jeri kah? dipanggil pak bupati dengan pak Rain,” kata utusan bupati mencari saya.

Mendengar panggilan seseorang tersebut, saya pun bergegas naik ke atas menuju lokasi perkemahan rombongan. Sesampai di atas terlihat Bupati Katingan Sakariyas, bersama dengan pejabat lain sedang makan malam di bawah tenda. Sambil duduk di lantai beralaskan terpal. “Ayo makan jer,” kata bupati dan Kepala Dinas PUPR Katingan Christian Rain menawarkan makanan.

“Baru habis makan pak, terima kasih,” jawabku. Lalu saya pun minta izin, dan duduk di samping orang nomor satu di Kabupaten Katingan itu. Sambil menikmati makanannya. Dia menyampaikan ucapan terima kasih atas kehadiran wartawan yang ikut serta dalam kegiatan tersebut. Begitu juga kepada pihak perusahaan HPH PT Dwima Grup yang telah membantu, dan mempersiapkan jalan menuju lokasi Riam Jerawi.

“Kita besok berangkat pukul 06.00. Saya minta semuanya harus turun ke Riam Jerawi. Tidak boleh ada yang tinggal. Kita harus sama-sama sampai menuju lokasi Riam. Biar kita tahu seperti apa kondisinya. Selama ini kita hanya melihat lewat video dan gambar. Dan malam ini untuk mengisi waktu kita buat api unggun,” ujarnya.

Selesai membicarakan banyak hal. Saya pamit, dan bergabung lagi dengan teman-teman anggota PWI Katingan di pinggir Sungai Roha. Di lokasi tenda, rupanya teman-teman sudah mulai mempersiapkan barang. Malam itu semua barang yang sudah tidak dipakai dimasukan ke mobil. Kecuali tenda tempat kami tidur, dan beberapa peralatan memasak. Ini kami lakukan untuk mengantisipasi hujan dan banjir lagi. Setelah itu kami naik ke atas dan sama-sama menyaksikan penyalaan api unggun yang dilakukan langsung oleh Bupati Katingan Sakariyas. Sambil diselingi dengan musik lagu daerah, peserta mengelilingi api unggun hingga selesai.

Baca Juga :  Pemberlakuan Satu Harga Migor Belum Merata

Usai kegiatan kami kembali turun ke bawah menuju tenda. Lalu istirahat tidur. Sambil berharap cuaca tidak hujan malam itu. Setelah sempat tidur beberapa jam. Saya dibangunkan teman. “Hujan, ayo kita pindah lagi,” ujar salah satu dari rekan sesama wartawan. Sambil bercanda dan tertawa, kami kembali mengemas barang. “Sudah dua malam kita kaya gini. Ini yang namanya benar-benar menikmati alam,” celetuk teman saya sambil tertawa lepas.

Setelah melepaskan tenda. Beberapa orang dari kelompok kami naik lagi ke atas. Lalu mencari lokasi. Setelah ketemu. Tenda saya pasang di dekat parkiran mobil rombongan. Waktu itu menunjukkan sekitar pukul 24.30 WIB. Kemudian saya pun langsung istirahat tidur.

Sekitar pukul 05.00 WIB saya bangun. Ketika keluar dari tenda. Di lokasi terlihat semuanya sudah mulai siap-siap. Beberapa menit kemudian, tenda mulai saya lepas dan dilipat. Semua barang saya simpan ke mobil.  Setelah itu kami pun turun ke sungai dan mandi. Ketika turun terlihat Bupati Katingan Sakariyas, dan yang lainnya juga sedang mandi. Pagi itu airnya sangat dingin, dan sedikit kurang bersih setelah diguyur hujan lebat malam itu. Selesai mandi naik lagi dan sarapan.

Setelah siap, sebagian rombongan termasuk Bupati berangkat duluan menuju lokasi Riam Jerawi. Dilanjutkan rombongan lain, termasuk kami. Untuk menuju lokasi mobil harus melewati dan menyeberang Sungai Roha. Tak jauh dari lokasi perkemahan. Rupanya disungai itu airnya sedikit dalam. Sehingga kami tidak berani menyeberang menggunakan mobil kijang inova yang kami ditumpangi. Akhirnya mobil kami tinggal, dan ikut menumpang mobil Bagian Protokol Setda Katingan. Jarak tempuh dari Sungai Roha ke Riam Jerawi sekitar 16 kilometer (km). Dengan waktu sekitar 1 jam. Selama perjalanan pemandangan alamnya lebih menarik lagi dari perjalanan sebelumnya. Sepanjang jalur bukitnya tinggi-tinggi, dan terlihat ada awan di sekitar pepohonan dibawahnya. Yang awalnya saya kira embun. Selain itu juga banyak terdapat anak sungai, dengan kondisi air mengalir dan bersih. Bahkan ada riam yang disebut riam Cantik. Airnya mengalir dari atas bukit melewati bebatuan besar. Layaknya air terjun. Namun sayangnya rombongan tidak berhenti ke lokasi itu.

Baca Juga :  Mengunjungi Gereja Katolik Tertua di Kalteng yang Masuk Cagar Budaya

Perjalanan naik turun gunung terus berjalan. Hingga akhirnya sampai di puncak tanjakan, dengan kondisi cukup ekstrim menuju ujung jalan. Kami pun sampai di lokasi parkiran Riam Jerawi. Puluhan kendaraan dari berbagai jenis terparkir di lokasi. Setelah turun dari mobil. Perjalanan berikutnya jalan kaki menuruni bukit menuju Riam yang terletak di bawah kaki bukit. Ketika menuruni bukit dengan ketinggian sekitar 400 meter, harus ekstra hati-hati. Kemiringannya ada sekitar 40 derat. Sepanjang jalur berdiri pohon-pohon besar.

Saya pun sempat beberapa kali berpegang dengan pohon kecil ketika melewati jurang ekstrem untuk menahan tubuh. Semakin lama perjalanan, dari atas suara air di riam itu semakin dekat dan jelas terdengar. Hal ini membuat semakin semangat. Hingga akhirnya sekitar 30 menit saya pun sampai di kaki bukit dan tak lama kemudian sampai di Riam Jerawi. Di lokasi rupanya sudah banyak rombongan. Termasuk bupati dan pejabat lainnya. Rasa lelah selama perjalanan, seakan hilang begitu saja setelah melihat keindahan alam Riam Jerawi. Udaranya sangat sejuk dan nyaman. Sambil mengamati suasana alamnya saya istirahat sejenak. Setelah itu baru berjalan menyusuri bebatuan. Saya benar-benar kagum melihat Riam Jerawi. Ini pertama kalinya saya ke lokasi itu. (*bersambung/ala)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/