PALANGKA RAYA-Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Palangka Raya melakukan pengecekan takjil pada hari pertama pembukaan pasar Ramadan, Kamis (23/3/2023). Hasilnya, dari sekian banyak takjil yang dijual, tim pemeriksa menemukan kerupuk yang mengandung pengawet terlarang yakni boraks.
Kepala BBPOM Palangka Raya Safriansyah mengatakan saat melakukan pengecekan di pasar Ramadan pada hari pertama puasa, pihaknya menemukan satu jenis pangan kerupuk yang teridentifikasi menggunakan boraks. Makanan mengandung boraks itu dijual seorang pedagang di pasar Lembaga Kemasyarakatan Kelurahan (LKK) Langkai.
“Ada satu jenis pangan kerupuk yang dititipkan untuk dijual ke pedagang takjil, bukan dibuat sendiri oleh pedagangnya, yang mana teridentifikasi menggunakan boraks,” beber Safriansyah kepada Kalteng Pos via pesan WhatsApp, Jumat (24/3).
Jajanan kerupuk itu, lanjut Safri, cukup familiar di masyarakat. Lazim disebut dengan kerupuk gandum. Safriansyah mengatakan, untuk menindaklanjuti penemuan itu, pihaknya akan mencari tahu informasi dan menelusuri hingga ke pihak pemasok atau produsen, baik berupa penindakan maupun sosialisasi dan edukasi.
“Kami akan memberikan peringatan dan pembinaan terlebih dahulu kepada pedagang, selain itu pedagang takjil bersangkutan juga sudah diingatkan untuk tidak menerima lagi titipan penjualan kerupuk mengandung boraks itu,” tuturnya.
Seperti diketahui, Pemerintah Kota (Pemko) Palangka Raya bekerja sama dengan BBPOM Palangka Raya melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap takjil dalam rentang waktu seminggu sebelum peresmian pasar Ramadan. BBPOM dan Pemko Palangka Raya sudah melakukan pengecekan terhadap takjil yang dijual di sejumlah pasar Ramadan yang dikelola pemko, sekaligus pembinaan terhadap pedagangnya.
Temuan jajanan kerupuk teridentifikasi mengandung boraks itu merupakan satu kasus yang ditemui dari total 80 sampel yang diambil dari 8 titik lokasi pasar Ramadan. “Dari total 80 sampel yang diambil dari delapan titik pasar wadai Ramadan, hasil tesnya memenuhi standar penggunaan bahan tambahan pangan, tidak menggunakan formalin, boraks, rhodamin B, dan methanyl yellow,” bebernya.
Secara umum, Safri menyebut, para pedagang di pasar Ramadan sangat memperhatikan prinsip higienis. Mulai dari penyajian (jajanan dikemas/dipajang dengan benar) hingga terlindung dari debu dan lalat. “Kami lihat cara menjamahnya pun tidak bersentuhan langsung dengan tangan (menggunakan sendok atau sarung tangan) sehingga mencegah mikroba patogen yang bisa menyebabkan sakit/keracunan,” jelasnya.
Tak hanya itu, dari sisi penggunaan kemasan yang bersentuhan langsung dengan pangan (kemasan primer) yang digunakan untuk membungkus jajanan menggunakan wadah/kemasan yang memang dikhususkan untuk mengemas pangan (food grade). “Jadi tidak lagi menggunakan plastik kresek hasil daur ulang limbah,” imbuhnya.
Safri berpesan kepada para penjual takjil agar berhati-hati menjual pangan jajanan atau siap saji dari produsen atau sumber yang tidak dikenal. “Jika berupa pangan kemasan, yang layak jual seharusnya yang berlabel dan ada izin edarnya,” tegasnya.
Ia juga memberikan tips memilih jajanan atau kudapan Ramadan yang aman. Menurutnya, pilihlah makanan yang punya kemasan baik sehingga terhindar dari debu dan lalat.
“Lalu cek secara fisik kondisi pangannya, pilih yang tidak ada perubahan bau, rasa, maupun warna dari normalnya, karena jika sudah tidak normal, berarti sudah terjadi aktivitas bakteri pembusuk, itu akan berbahaya jika dikonsumsi,” jelasnya.
Masyarakat juga diajak untuk memilih makanan maupun minuman yang tidak berwarna terang atau ngejreng, karena umumnya mengandung pewarna tekstil yang berbahaya untuk kesehatan jika dikonsumsi. (dan/ce/ala)