Minggu, September 8, 2024
24.4 C
Palangkaraya

Dorong Generasi Muda Menekuni Kerajinan Seni Kriya

Sulistiyo “Menyulap” Limbah Kayu Bernilai Ekonomis

Jiwa kreativitas Sulistiyo tumbuh ketika melihat limbah kayu. Di tangannya, limbah kayu tersebut bisa disulap menjadi produk bernilai ekonomis. Karya tangannya itu dipamerkan pada Eco Fest di Gor Serbaguna, Palangka Raya, pertengahan Juli lalu.

BIMA ADITYA KUSUMA, Palangka Raya

SULISTIYO begitu hamble. Saat berkunjung ke stan (booth) miliknya pada acara Eco Fest 2024, dia menyambut saya (penulis, red) dengan ramah dan senyuman. Ia juga memperkenalkan produk kerajinan tangannya.

 Karena punya hobi, Sulistiyo memulai bisnis bidang kerajinan seni kriya. Peluangnya mengembangkan usaha itu makin besar setelah ia tahu di Palangka Raya belum banyak orang yang punya usaha di bidang seni kriya.

“Tentu ini menjadi sebuah peluang bagi saya untuk menekuni usaha kerajinan seni kriya ini,” ucapnya, Jumat (19/7/2024).

Baca Juga :  Rela Lepas Status PNS, Kini Hasilkan Omzet Ratusan Juta Rupiah

Pria berusia 49 tahun itu mengaku, selain untuk mendapatkan penghasilan, ia juga membuka usaha tersebut untuk mengedukasi para generasi muda mengenai lingkungan, bagaimana cara mengolah limbah sehingga dapat dimanfaatkan serta dikelola menjadi barang bernilai. Sulistiyo menyebut sedikit sekali kaum muda yang berminat dengan kerajinan, karena terlena dengan digitalisasi dewasa ini.

“Sangat sulit untuk menumbuhkan minat generasi muda terhadap kerajinan ini. Apalagi dengan adanya digitalisasi, mereka hanya ingin melakukan suatu hal dengan cara yang simpel dan instan. Tapi saya berharap semoga ke depannya ada anak muda yang bisa meneruskan usaha kerajinan seni kriya ini,” ujarnya.

Lebih lanjut Sulistiyo mengatakan, untuk mendapatkan bahan baku untuk produksi kerajinan seni kriya cukuplah mudah. Apalagi di sekitar rumahnya ada banyak orang yang membuka usaha produksi mebel. Dari limbah mebel itu ia bisa mendapatkan bahan baku. Produk kerajinannya pun beraneka ragam, seperti bingkai cermin, cup lampu, sedok kayu, alas gelas, plakat, spatula, dan masih banyak lagi. Harganya jual bervariasi. Mulai dari 200 ribu rupiah, 500 ribu rupiah, hingga jutaan rupiah. Tergantung tingkat kerumitan pembuatan produknya.

Baca Juga :  Pasar Ramadan Bangkitkan UMKM

“Harga produk kami bervariasi. Pemasarannya kami lakukan secara offline dan online. Produk kami sudah terjual ke berbagai kabupaten/kota yang ada di Kalimantan, bahkan sampai ke provinsi-provinsi lain,” ungkapnya.

Owner dari Tio Art Collection ini berharap ada dukungan dari pemerintah, menggandeng para generasi muda untuk dapat belajar dan ikut serta melestarikan kerajinan-kerajinan tangan ramah lingkungan. Dengan begitu, kerajinan seni kriya bisa terus eksis, bahkan lebih berkembang lagi pada masa mendatang. (*/ce/ala)

Sulistiyo “Menyulap” Limbah Kayu Bernilai Ekonomis

Jiwa kreativitas Sulistiyo tumbuh ketika melihat limbah kayu. Di tangannya, limbah kayu tersebut bisa disulap menjadi produk bernilai ekonomis. Karya tangannya itu dipamerkan pada Eco Fest di Gor Serbaguna, Palangka Raya, pertengahan Juli lalu.

BIMA ADITYA KUSUMA, Palangka Raya

SULISTIYO begitu hamble. Saat berkunjung ke stan (booth) miliknya pada acara Eco Fest 2024, dia menyambut saya (penulis, red) dengan ramah dan senyuman. Ia juga memperkenalkan produk kerajinan tangannya.

 Karena punya hobi, Sulistiyo memulai bisnis bidang kerajinan seni kriya. Peluangnya mengembangkan usaha itu makin besar setelah ia tahu di Palangka Raya belum banyak orang yang punya usaha di bidang seni kriya.

“Tentu ini menjadi sebuah peluang bagi saya untuk menekuni usaha kerajinan seni kriya ini,” ucapnya, Jumat (19/7/2024).

Baca Juga :  Rela Lepas Status PNS, Kini Hasilkan Omzet Ratusan Juta Rupiah

Pria berusia 49 tahun itu mengaku, selain untuk mendapatkan penghasilan, ia juga membuka usaha tersebut untuk mengedukasi para generasi muda mengenai lingkungan, bagaimana cara mengolah limbah sehingga dapat dimanfaatkan serta dikelola menjadi barang bernilai. Sulistiyo menyebut sedikit sekali kaum muda yang berminat dengan kerajinan, karena terlena dengan digitalisasi dewasa ini.

“Sangat sulit untuk menumbuhkan minat generasi muda terhadap kerajinan ini. Apalagi dengan adanya digitalisasi, mereka hanya ingin melakukan suatu hal dengan cara yang simpel dan instan. Tapi saya berharap semoga ke depannya ada anak muda yang bisa meneruskan usaha kerajinan seni kriya ini,” ujarnya.

Lebih lanjut Sulistiyo mengatakan, untuk mendapatkan bahan baku untuk produksi kerajinan seni kriya cukuplah mudah. Apalagi di sekitar rumahnya ada banyak orang yang membuka usaha produksi mebel. Dari limbah mebel itu ia bisa mendapatkan bahan baku. Produk kerajinannya pun beraneka ragam, seperti bingkai cermin, cup lampu, sedok kayu, alas gelas, plakat, spatula, dan masih banyak lagi. Harganya jual bervariasi. Mulai dari 200 ribu rupiah, 500 ribu rupiah, hingga jutaan rupiah. Tergantung tingkat kerumitan pembuatan produknya.

Baca Juga :  Pasar Ramadan Bangkitkan UMKM

“Harga produk kami bervariasi. Pemasarannya kami lakukan secara offline dan online. Produk kami sudah terjual ke berbagai kabupaten/kota yang ada di Kalimantan, bahkan sampai ke provinsi-provinsi lain,” ungkapnya.

Owner dari Tio Art Collection ini berharap ada dukungan dari pemerintah, menggandeng para generasi muda untuk dapat belajar dan ikut serta melestarikan kerajinan-kerajinan tangan ramah lingkungan. Dengan begitu, kerajinan seni kriya bisa terus eksis, bahkan lebih berkembang lagi pada masa mendatang. (*/ce/ala)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/