Jumat, September 20, 2024
22.4 C
Palangkaraya

10 Nama Masuk Bursa Kandidat Pilwakot

PALANGKA RAYA-Pesta demokrasi untuk pemilihan kepala daerah (pilkada) memang baru digelar tahun 2024 mendatang. Hajatan politik lima tahunan ini akan digelar serentak setelah pemilihan legislatif (pileg) dan pemilihan presiden (pilpres). Meski pelaksanaannya masih lama, tapi sudah banyak muncul nama yang digadang-gadang sebagai kandidat yang akan maju bertarung pada pemilihan wali kota (pilwakot) Palangka Raya periode 2024-2029. Tidak tertutup kemungkinan muncul nama-nama lain hingga mendekati waktu pemilihan.

Sejauh ini telah muncul sepuluh (10) nama yang disebut-sebut punya potensi maju pada Pilwakot 2024 mendatang. Lima figur laki-laki dan lima perempuan. Ada nama petahana Wali Kota Fairid Naparin, Ketua DPRD Kota Sigit K Yunianto, Sekreataris DPD Demokrat Kalteng Junaidi, Ketua Harian DAD Kalteng yang juga mantan Rektor UPR Andrie Elia, serta Anggota DPRD Kota Sigit Wido.

Dari figur perempuan muncul nama Wakil Wali Kota Umi Mastikah, Ketua DPW Partai NasDem Kalteng Faridawaty Darland Atjeh, Ketua DPD PDIP Kota Palangka Raya Nenie A Lambung, Ketua DPD NasDem Kota Tuty Dau, serta Ketua Dekranasda Kalteng Yulistra Ivo Azhari.

Kesepuluh figur tersebut, menurut pengamat politik Kalteng Dr Jhon Retei Alfri Sandi, semuanya memiliki peluang sama. Dikatakannya, Kota Palangka Raya sangat strategis karena sebagai ibu kota provinsi. Diperlukan sosok kepala daerah yang bisa memahami dan mengakomodasi semua kelompok kepentingan.

Karena merupakan pusat pemerintahan dan pendidikan, maka tingkat pengetahuan dan kesadaran masyarakat Palangka Raya sangatlah tinggi. Dengan kondisi masyarakat yang demikian, maka diperlukan kepala daerah yang benar-benar mumpuni di bidang akademik.

“Sebagai ibu kota yang memiliki tingkat kesadaran masyarakat yang tinggi, figur pemimpin yang diperlukan adalah yang memiliki kemampuan akademis, baik itu pengetahuan maupun pengalaman, sehingga nantinya dalam pengambilan kebijakan bisa lebih realistis,” ucap Jhon Retei kepada Kalteng Pos, baru-baru ini.

Kota Palangka Raya juga merupakan barometer semua kabupaten yang ada di Kalteng. Karena itu, menurut Jhon Retei yang juga merupakan Wakil Dekan Fisip UPR, diperlukan sosok yang mampu membawa lompatan pencapaian yang tinggi. Bukan figur yang nantinya akan membawa Palangka Raya berjalan di tempat. Yang diperlukan Palangka Raya adalah sosok pemimpin yang memiliki nilai tambah.

Baca Juga :  Hilangnya Sumber Nafkah, Luntang-lantung Mencari Rumah

Ditanya soal peluang kesepuluh nama itu, Jhon menuturkan, latar belakang pendidikan, pengetahuan, profesi, dan kiprah yang pernah dijalan akan sangat menentukan besar kecil peluang. Latar belakang itu akan menggiring pada langkah-langkah apa yang akan diambil saat memimpin nanti.

“Seperti Pak Fairid sebagai petahana, masyarakat bisa menilai bagaimana capaiannya selama memimpin, sedangkan untuk Pak Sigit bisa dilihat bagaimana perannya sebagai Ketua DPRD Kota Palangka Raya, begitu juga dengan nama-nama lain,” ucap Jhon.

Jhon menilai pemilihan di ibu kota Provinsi Kalteng ini hampir sama dengan pemilihan pada daerah lain di Kalteng. Namun lebih ada rasionalitas pemilihnya, karena tingkat pendidikan yang tinggi sangat memengaruhi masyarakat saat menentukan pilihan.

“Tentu pemilihannya hampir sama dengan daerah lain, walau ada sedikit berbeda, karena partai kemenangan tiap daerah berbeda, yang membedakan juga datang dari rasionalitas pemilih,” ucap Jhon.

Yang jadi persoalan, lanjutnya, apakah di tingkat elite politik ada rasionalitas atau semata-mata memilih karena perintah partai, bukan pilihan rasional.

Mungkinkan kunci kemenangan di Palangka Raya juga ditentukan pada sebebrapa kuat figur merangkul kaum milenial? Sayangnya Jhon tidak memberikan jawaban karena ia belum punya data terkait tingkat pemilih pemula.

Sementara itu, Ketua KPU Kota Palangka Raya Ngismatul Choiriyah, saat ini data pemilih masih didominasi pemilih berusia 40 tahun ke bawah. Secara rinci, pemilih usia di bawah TMS atau 16 tahun ada 10 pemilih, usia 17 tahun 3.644 pemilih, 18-20 tahun 12.238 pemilih, 21-30 tahun 47.560 pemilih, 31-40 tahun 46.623 pemilih, 41-50 tahun 40.465 pemilih, 51-60 tahun 26.891 pemilih, 61-70 tahun 13.463 pemilih, 71-80 tahun 3.828 pemilih, dan 80 tahun 1.074 pemilih. Secara keseluruhan terdapat 195.796 pemilih, dengan rincian 110.075 pemilih di bawah 40 tahun dan 85.721 pemilih di atas 40 tahun. “Pemilih di bawah 40 tahun lebih banyak daripada usia 40 tahun ke atas,” sebutnya.

Terpisah, Faridawaty Darland Atjeh memberi tanggapan soal namanya yang masuk pada bursa calon wali kota, dan sebelumnya masuk dalam nama-nama figure perempuan calon pemimpin Kalteng. Ia menyatakan siap untuk maju jika diminta dan didukung masyarakat. Namun ia juga ingin fokus membawa NasDem Kalteng memenangi pemilu 2024 nanti, dengan target 12 kursi.

Baca Juga :  Komitmen Bersama Mendukung Gerakan Nasional Sadar Tertib Arsip

“Saya piker banyak saja nama yang lebih pantas, tapi kalau memang saya diminta untuk memimpin, saya siap, tapi yang terpenting saat ini kami ingin fokus pada pemilihan legislatif untuk memenangkan partai dengan target 12 kursi,” ucapnya.

Sementara itu, Ketua DPRD Kota Palangka Raya Sigit Yunianto tak ingin menanggapi terlalu jauh perihal namanya yang masuk dalam bursa pemilihan wali kota. Ia ingin fokus membawa PDIP memenangi pemilihan legislatif 2024 mendatang.

“Khusus kami di PDIP, tidak dibolehkan berbicara tentang pilpres dan pilkada, yang terpenting kami turun ke jalan membantu pembangunan yang dilakukan oleh pemerintahan sekarang,” tuturnya.

Ditanya tanggapannya jika masyarakat menginginkannya maju sebagai wali kota, Sigit hanya mengatakan bahwa ia hanya ingin fokus memenangkan PDIP pada pemilu serentak nanti.

“Saya berterima kasih, ternyata nama saya masuk dalam radar calon wali kota, tapi saya tidak mau berpanjang lebar, yang terpenting bagi saya selaku kader PDIP adalah memperjuangkan partai supaya bisa menang pemilu 2024 nanti,” sebutnya.

Dihubungi terpisah, Wakil Ketua Umum DAD Kalteng Andrie Elia juga angkat bicara terkait namanya yang masuk dalam bursa bakal calon pemimpin di ibu kota provinsi ini. Walaupun masih sebatas bakal calon, ia mengaku bersyukur atas hal itu. Artinya ada di antara masyarakat yang menginginkannya maju dalam pemilihan wali kota nanti.

“Nama saya ada, saya cukup merasa bersyukur dan berterima kasih kepada masyarakat, artinya ada yang percaya terhadap saya,” ucap mantan rektor UPR tersebut.

Sebagai tokoh masyarakat yang berkecimpung di dunia pendidikan, Andrie Elie mengatakan siap untuk maju jika mendapat dukungan dari masyarakat maupun partai politik.

“Kalau saya memang dibutuhkan dan ada partai yang mengusung, mau tidak mau, suka tidak suka, saya siap untuk maju, karena itu merupakan kepercayaan rakyat dan saya hargai itu dengan berjuang apabila memang nanti saya maju menjadi calon wali kota,” tegasnya. (irj/ce/ala)

PALANGKA RAYA-Pesta demokrasi untuk pemilihan kepala daerah (pilkada) memang baru digelar tahun 2024 mendatang. Hajatan politik lima tahunan ini akan digelar serentak setelah pemilihan legislatif (pileg) dan pemilihan presiden (pilpres). Meski pelaksanaannya masih lama, tapi sudah banyak muncul nama yang digadang-gadang sebagai kandidat yang akan maju bertarung pada pemilihan wali kota (pilwakot) Palangka Raya periode 2024-2029. Tidak tertutup kemungkinan muncul nama-nama lain hingga mendekati waktu pemilihan.

Sejauh ini telah muncul sepuluh (10) nama yang disebut-sebut punya potensi maju pada Pilwakot 2024 mendatang. Lima figur laki-laki dan lima perempuan. Ada nama petahana Wali Kota Fairid Naparin, Ketua DPRD Kota Sigit K Yunianto, Sekreataris DPD Demokrat Kalteng Junaidi, Ketua Harian DAD Kalteng yang juga mantan Rektor UPR Andrie Elia, serta Anggota DPRD Kota Sigit Wido.

Dari figur perempuan muncul nama Wakil Wali Kota Umi Mastikah, Ketua DPW Partai NasDem Kalteng Faridawaty Darland Atjeh, Ketua DPD PDIP Kota Palangka Raya Nenie A Lambung, Ketua DPD NasDem Kota Tuty Dau, serta Ketua Dekranasda Kalteng Yulistra Ivo Azhari.

Kesepuluh figur tersebut, menurut pengamat politik Kalteng Dr Jhon Retei Alfri Sandi, semuanya memiliki peluang sama. Dikatakannya, Kota Palangka Raya sangat strategis karena sebagai ibu kota provinsi. Diperlukan sosok kepala daerah yang bisa memahami dan mengakomodasi semua kelompok kepentingan.

Karena merupakan pusat pemerintahan dan pendidikan, maka tingkat pengetahuan dan kesadaran masyarakat Palangka Raya sangatlah tinggi. Dengan kondisi masyarakat yang demikian, maka diperlukan kepala daerah yang benar-benar mumpuni di bidang akademik.

“Sebagai ibu kota yang memiliki tingkat kesadaran masyarakat yang tinggi, figur pemimpin yang diperlukan adalah yang memiliki kemampuan akademis, baik itu pengetahuan maupun pengalaman, sehingga nantinya dalam pengambilan kebijakan bisa lebih realistis,” ucap Jhon Retei kepada Kalteng Pos, baru-baru ini.

Kota Palangka Raya juga merupakan barometer semua kabupaten yang ada di Kalteng. Karena itu, menurut Jhon Retei yang juga merupakan Wakil Dekan Fisip UPR, diperlukan sosok yang mampu membawa lompatan pencapaian yang tinggi. Bukan figur yang nantinya akan membawa Palangka Raya berjalan di tempat. Yang diperlukan Palangka Raya adalah sosok pemimpin yang memiliki nilai tambah.

Baca Juga :  Hilangnya Sumber Nafkah, Luntang-lantung Mencari Rumah

Ditanya soal peluang kesepuluh nama itu, Jhon menuturkan, latar belakang pendidikan, pengetahuan, profesi, dan kiprah yang pernah dijalan akan sangat menentukan besar kecil peluang. Latar belakang itu akan menggiring pada langkah-langkah apa yang akan diambil saat memimpin nanti.

“Seperti Pak Fairid sebagai petahana, masyarakat bisa menilai bagaimana capaiannya selama memimpin, sedangkan untuk Pak Sigit bisa dilihat bagaimana perannya sebagai Ketua DPRD Kota Palangka Raya, begitu juga dengan nama-nama lain,” ucap Jhon.

Jhon menilai pemilihan di ibu kota Provinsi Kalteng ini hampir sama dengan pemilihan pada daerah lain di Kalteng. Namun lebih ada rasionalitas pemilihnya, karena tingkat pendidikan yang tinggi sangat memengaruhi masyarakat saat menentukan pilihan.

“Tentu pemilihannya hampir sama dengan daerah lain, walau ada sedikit berbeda, karena partai kemenangan tiap daerah berbeda, yang membedakan juga datang dari rasionalitas pemilih,” ucap Jhon.

Yang jadi persoalan, lanjutnya, apakah di tingkat elite politik ada rasionalitas atau semata-mata memilih karena perintah partai, bukan pilihan rasional.

Mungkinkan kunci kemenangan di Palangka Raya juga ditentukan pada sebebrapa kuat figur merangkul kaum milenial? Sayangnya Jhon tidak memberikan jawaban karena ia belum punya data terkait tingkat pemilih pemula.

Sementara itu, Ketua KPU Kota Palangka Raya Ngismatul Choiriyah, saat ini data pemilih masih didominasi pemilih berusia 40 tahun ke bawah. Secara rinci, pemilih usia di bawah TMS atau 16 tahun ada 10 pemilih, usia 17 tahun 3.644 pemilih, 18-20 tahun 12.238 pemilih, 21-30 tahun 47.560 pemilih, 31-40 tahun 46.623 pemilih, 41-50 tahun 40.465 pemilih, 51-60 tahun 26.891 pemilih, 61-70 tahun 13.463 pemilih, 71-80 tahun 3.828 pemilih, dan 80 tahun 1.074 pemilih. Secara keseluruhan terdapat 195.796 pemilih, dengan rincian 110.075 pemilih di bawah 40 tahun dan 85.721 pemilih di atas 40 tahun. “Pemilih di bawah 40 tahun lebih banyak daripada usia 40 tahun ke atas,” sebutnya.

Terpisah, Faridawaty Darland Atjeh memberi tanggapan soal namanya yang masuk pada bursa calon wali kota, dan sebelumnya masuk dalam nama-nama figure perempuan calon pemimpin Kalteng. Ia menyatakan siap untuk maju jika diminta dan didukung masyarakat. Namun ia juga ingin fokus membawa NasDem Kalteng memenangi pemilu 2024 nanti, dengan target 12 kursi.

Baca Juga :  Komitmen Bersama Mendukung Gerakan Nasional Sadar Tertib Arsip

“Saya piker banyak saja nama yang lebih pantas, tapi kalau memang saya diminta untuk memimpin, saya siap, tapi yang terpenting saat ini kami ingin fokus pada pemilihan legislatif untuk memenangkan partai dengan target 12 kursi,” ucapnya.

Sementara itu, Ketua DPRD Kota Palangka Raya Sigit Yunianto tak ingin menanggapi terlalu jauh perihal namanya yang masuk dalam bursa pemilihan wali kota. Ia ingin fokus membawa PDIP memenangi pemilihan legislatif 2024 mendatang.

“Khusus kami di PDIP, tidak dibolehkan berbicara tentang pilpres dan pilkada, yang terpenting kami turun ke jalan membantu pembangunan yang dilakukan oleh pemerintahan sekarang,” tuturnya.

Ditanya tanggapannya jika masyarakat menginginkannya maju sebagai wali kota, Sigit hanya mengatakan bahwa ia hanya ingin fokus memenangkan PDIP pada pemilu serentak nanti.

“Saya berterima kasih, ternyata nama saya masuk dalam radar calon wali kota, tapi saya tidak mau berpanjang lebar, yang terpenting bagi saya selaku kader PDIP adalah memperjuangkan partai supaya bisa menang pemilu 2024 nanti,” sebutnya.

Dihubungi terpisah, Wakil Ketua Umum DAD Kalteng Andrie Elia juga angkat bicara terkait namanya yang masuk dalam bursa bakal calon pemimpin di ibu kota provinsi ini. Walaupun masih sebatas bakal calon, ia mengaku bersyukur atas hal itu. Artinya ada di antara masyarakat yang menginginkannya maju dalam pemilihan wali kota nanti.

“Nama saya ada, saya cukup merasa bersyukur dan berterima kasih kepada masyarakat, artinya ada yang percaya terhadap saya,” ucap mantan rektor UPR tersebut.

Sebagai tokoh masyarakat yang berkecimpung di dunia pendidikan, Andrie Elie mengatakan siap untuk maju jika mendapat dukungan dari masyarakat maupun partai politik.

“Kalau saya memang dibutuhkan dan ada partai yang mengusung, mau tidak mau, suka tidak suka, saya siap untuk maju, karena itu merupakan kepercayaan rakyat dan saya hargai itu dengan berjuang apabila memang nanti saya maju menjadi calon wali kota,” tegasnya. (irj/ce/ala)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/