PALANGKA RAYA – Kesunyian malam di Gedung Palampang Tarung berubah menjadi penuh haru dan emosi saat empat bus besar yang membawa jemaah haji akhirnya tiba pada Jumat (28/6) pukul 03.00 WIB. Setelah menanti cukup lama, para keluarga yang sudah berkumpul sejak malam menyambut dengan penuh rasa rindu.
Begitu para jemaah turun dari bus, suasana langsung berubah dramatis. Para jemaah dengan wajah lelah namun bahagia langsung mencari anggota keluarga mereka. Detik-detik pertemuan itu penuh dengan emosi yang tertahan selama perjalanan spiritual.
Sebanyak 214 jemaah haji kloter empat tiba di Palangka Raya. Mereka bertolak dari Bandara Syamsudin Noor Banjarmasin, Kalimantan Selatan pada Kamis (27/6) pukul 16.40 Wita. Semua jemaah haji yang tiba dipastikan semua sehat wal-alfiat.
“Hanya satu jemaah yang tanazul karena sakit. Datangnya menyusul. Mudah-mudahan masuk di kloter ke-delapan. Apabila beliau pulih lebih cepat, bisa saja beliau tiba ke tanah air setelah kloter empat ini,” kata Kepala Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kota Palangka Raya, Nur Widiantoro melalui Plh Kepala Kantor Kemenag Palangka Raya, Windarti, di lokasi.
Air mata haru tak terbendung lagi. Tangis rindu pecah seketika. Pelukan erat, usapan di punggung, dan elusan lembut di pipi menjadi pemandangan yang menggetarkan hati siapa pun yang melihatnya. Setiap pelukan seolah menghapus jarak dan waktu yang memisahkan mereka.
Momen tersebut menjadi sangat berkesan dan tak terlupakan, menyatukan kembali keluarga yang terpisah untuk perjalanan yang penuh makna. Kembali ke tanah air dengan hati yang penuh suka cita, jemaah haji disambut hangat oleh orang-orang tercinta.
“Saya sangat bahagia kakak kandung saya tiba dengan selamat. Selepas ini, kami keluarga akan menggelar acara syukuran dengan membaca salawat dan doa,”kata salah satu keluarga dari jemaah haji, Iwan.
Di tempat yang sama, Retno, salah satu jemaah haji mengatakan ia berserta suami sangat bersyukur dan menikmati perjalana dalam menunaikan ibadah haji. Rasa aman dan nyaman antarsesama begitu dirasakan. Dirinya dan suami Suharto mengaku sudah menunggu hingga 12 tahun lamanya.
Pendamping ataupun petugas sangat pengertian dan peduli kepada para jemaah. Mereka sangat peduli akan kesehatan, dan sangat antusias dalam membantu, melayani, dan mengarahkan setiap jemaah.
“Saya merasakan pelayanan oke, Kemenag juga oke. Alhamdulillahnya selama ibadah haji kami dikaruniai kesehatan,”ujar perempuan berusia 62 tahun itu.
Semua rangkaian ibadah haji sangat menarik diikuti. Ibadah haji sangat erat kaitannya dengan kondisi fisik dan mental. Sehingga apabila tubuh dengan kondisi prima, semua ibadah baik wajib maupun sunnah akan dijalankan dengan seksama. “Kami sangat bersyukur dan sangat menikmati semua prosesi haji,” tuturnya.
Untuk mengobati rasa kangen kepada keluarga di Indonesia, lanjutnya, dirinya biasa menelepon, video call, ataupun memberi kabar melalui pesan. Ia beserta keluarganya juga sudah berkomitmen bersama bahwasanya ini merupakan perjalanan ibadah.
“Yang terpenting adalah doa semua pihak. Lalu saat kami ada waktu luang, bisa kami berkomunikasi dengan keluarga,” tambahnya.
Walaupun memiliki perbedaan suhu yang cukup ekstrem, antara Mekkah dan Madinah dengan Kota Palangka Raya, ia mengaku tidak ada masalah dalam menghadapi perbedaan cuaca.
“Sama saja sih panasnya, cuma kalau di sana mungkin terasa lebih panas karena medannya berbatu. Saat-saat cuaca ekstrem itu, kami mengikuti petunjuk dari petugas. Seperti halnya memperbanyak minum air putih,” tutupnya (ham/ram)