Jumat, November 22, 2024
31.2 C
Palangkaraya

Omzetnya Mencapai Jutaan Rupiah Setiap Bulan

Budi daya jangkrik ternyata menguntungkan. Per bulan omzetnya hampir Rp10 juta. Serangga kecil yang kebanyakan berbentuk silindris ini memang sudah lama dibudidayakan untuk pakan ikan atau burung peliharaan.

PATHUR RAHMAN, Palangka Raya

UNTUK menuju rumah pembudidaya jangkrik di Jalan Kecipir, Kelurahan Panarung, Kecamatan Pahandut, Kota Palangka Raya, penulis bersama LurahPanarung Evi Kahayanti bersama perangkat harus melewat jalan yang bergelombang tak beraspal ini. Mobil Honda Brio merah yang ditumpangi lurah pun harus kendarai secara perlahan agar tak masuk lubang-lubang besar di jalan yang masih tanah terserbut. Namun hal ini tak menyurutkan niat Lurah Panarung menyambangi tempat budi daya jangkrik milik Muhammad Zaenul Arifin.

Sesampainya di sana, Evi langsung disambut oleh Muhammad Zaenul Arifin dan dipersilakan untuk melihat-lihat tempat budi daya. Pria yang disapa Arif sendiri ini mengaku telah lima tahun membudidayakan jangkrik.

“Awalnya saya budi daya jangkrik ini karena untuk pakan burung peliharaan saya, karena saya lihat agak sulit mencari jangkrik, eh akhirnya saya malah jadi pembudidaya jangkrik,” ungkap Arifin kepada Kalteng Pos.

Dikatakannya, pada awalnya telur jangkrik sendiri disuplai dari daerah Jawa. Namun karena jangkrik yang dibudidayakan terus menerus bertelur, dirinya pun menghentikan suplai telur jangkrik dari daerah Jawa. Karena selain memakan waktu yang cukup lama, hasil telur jangkrik yang dari jawa pun dirasa merugi. Karena saat pada masa penetasan telur hanya 30 persen saja telur jangkrik yang menetas dari total keseluruhan. Berbeda dengan telur jangkrik lokal, rata – rata di atas 90 persen telur nya menetas. Tidak sempurnanya penetasan telur jangkrik dari daerah Jawa ini dikarenakan hasil packing barang yang tidak sesuai dan menyebabkan telur kepanasan dan rusak. Selain itu dalam pembawaan paketnya harus berhati – hati.

Baca Juga :  PT KS Lolos Jeratan Pidana Karhutla

Arifin menjelaskan, perawatan jangkrik dibilang sangat mudah, hanya perlu membersihkan kandangnya secara rutin agar tidak terserang virus. Untuk pemberian pakan juga terbilang mudah di cari, karena jangkrik hanya makan daun pisang dan BR atau pelet ayam. Usia dari telur dari awal di keluarka hingga menetas sendiri memakan waktu selama 15 hari.

Sedangkan untuk masa panen sendiri pertiga puluh hari atau satu bulan, jangkrik sudah siap di pasarkan. Pemasaran sendiri mulai dari sekitar daerah kecamatan pahandut hingga ke luar kota seperti Kota Buntok dan Muara Teweh. Untuk harga sendiri, Arif mematok Rp100 ribu per kilogram. Salam sebulannya dia bisa memanen mulai dari 40 Kilogram hingga 80 kilogram. Rata – rata panen per bulannya kurang lebihnya sekitar 50 kilogramnya.

Baca Juga :  Airlangga: Kebijakan PPKM Skala Mikro Terbukti Efektif

“Alhamdulillah untuk penghasilan sendiri mulai dari Rp 4 juta sampai Rp 8 juta. Untuk rata – rata penghasilan per bulannya ada pada Rp 5 juta, karena rata – rata panen sekitar 50 kilogram,” tuturnya.

Menurutnya perawatan jangkrik ini sangat mudah, dan juga binatang jangkrik ini banyak disepelekan orang. Padahal jangkrik ini merupakan sumber pakan ikan dan juga sumber pakan dari burung, bahkan sering digunakan untuk memancing.

Jenis jangkrik sendiri yang dibudidayakan arif ada tiga. Yang pertama jangkrik madu, kedua jangkrik kalung dan ketiga jangkrik alam. “Makan dan bertelur jangkrik ini bisa di bilang mandiri, mereka bertelur di pasir, yang terpenting jaga kebersihan kandang,” jelasnya.

Melihat hal tersebut, lurah Panarung Evi Kahayanti mengapresiasi warganya yang melakukan budidaya jangkrik yang menghasilkan pundi – pundi rupiah atau ekonomi bagi dirinya maupun keluarganya. Terlebih upaya masyarakat ini sudah sesuai dengan visi misi kelurahan, yaitu menjadikan masyarakat yang mandiri. Di mana pihak kelurahan siap membantu dan memfasilitasi para wirausahawan yang berhasil berdiri secara mandiri.

“Saya harap ilmu yang seperti ini bisa di tularkan ke orang lain, agar di kelurahan Panarung ini semakin banyak wirausahawan dan bapak arif pun siap berkolaborasi dengan pihak kelurahan untuk memberikan pelatihan budidaya jangkrik,” pungkasnya. (*/uni)

Budi daya jangkrik ternyata menguntungkan. Per bulan omzetnya hampir Rp10 juta. Serangga kecil yang kebanyakan berbentuk silindris ini memang sudah lama dibudidayakan untuk pakan ikan atau burung peliharaan.

PATHUR RAHMAN, Palangka Raya

UNTUK menuju rumah pembudidaya jangkrik di Jalan Kecipir, Kelurahan Panarung, Kecamatan Pahandut, Kota Palangka Raya, penulis bersama LurahPanarung Evi Kahayanti bersama perangkat harus melewat jalan yang bergelombang tak beraspal ini. Mobil Honda Brio merah yang ditumpangi lurah pun harus kendarai secara perlahan agar tak masuk lubang-lubang besar di jalan yang masih tanah terserbut. Namun hal ini tak menyurutkan niat Lurah Panarung menyambangi tempat budi daya jangkrik milik Muhammad Zaenul Arifin.

Sesampainya di sana, Evi langsung disambut oleh Muhammad Zaenul Arifin dan dipersilakan untuk melihat-lihat tempat budi daya. Pria yang disapa Arif sendiri ini mengaku telah lima tahun membudidayakan jangkrik.

“Awalnya saya budi daya jangkrik ini karena untuk pakan burung peliharaan saya, karena saya lihat agak sulit mencari jangkrik, eh akhirnya saya malah jadi pembudidaya jangkrik,” ungkap Arifin kepada Kalteng Pos.

Dikatakannya, pada awalnya telur jangkrik sendiri disuplai dari daerah Jawa. Namun karena jangkrik yang dibudidayakan terus menerus bertelur, dirinya pun menghentikan suplai telur jangkrik dari daerah Jawa. Karena selain memakan waktu yang cukup lama, hasil telur jangkrik yang dari jawa pun dirasa merugi. Karena saat pada masa penetasan telur hanya 30 persen saja telur jangkrik yang menetas dari total keseluruhan. Berbeda dengan telur jangkrik lokal, rata – rata di atas 90 persen telur nya menetas. Tidak sempurnanya penetasan telur jangkrik dari daerah Jawa ini dikarenakan hasil packing barang yang tidak sesuai dan menyebabkan telur kepanasan dan rusak. Selain itu dalam pembawaan paketnya harus berhati – hati.

Baca Juga :  PT KS Lolos Jeratan Pidana Karhutla

Arifin menjelaskan, perawatan jangkrik dibilang sangat mudah, hanya perlu membersihkan kandangnya secara rutin agar tidak terserang virus. Untuk pemberian pakan juga terbilang mudah di cari, karena jangkrik hanya makan daun pisang dan BR atau pelet ayam. Usia dari telur dari awal di keluarka hingga menetas sendiri memakan waktu selama 15 hari.

Sedangkan untuk masa panen sendiri pertiga puluh hari atau satu bulan, jangkrik sudah siap di pasarkan. Pemasaran sendiri mulai dari sekitar daerah kecamatan pahandut hingga ke luar kota seperti Kota Buntok dan Muara Teweh. Untuk harga sendiri, Arif mematok Rp100 ribu per kilogram. Salam sebulannya dia bisa memanen mulai dari 40 Kilogram hingga 80 kilogram. Rata – rata panen per bulannya kurang lebihnya sekitar 50 kilogramnya.

Baca Juga :  Airlangga: Kebijakan PPKM Skala Mikro Terbukti Efektif

“Alhamdulillah untuk penghasilan sendiri mulai dari Rp 4 juta sampai Rp 8 juta. Untuk rata – rata penghasilan per bulannya ada pada Rp 5 juta, karena rata – rata panen sekitar 50 kilogram,” tuturnya.

Menurutnya perawatan jangkrik ini sangat mudah, dan juga binatang jangkrik ini banyak disepelekan orang. Padahal jangkrik ini merupakan sumber pakan ikan dan juga sumber pakan dari burung, bahkan sering digunakan untuk memancing.

Jenis jangkrik sendiri yang dibudidayakan arif ada tiga. Yang pertama jangkrik madu, kedua jangkrik kalung dan ketiga jangkrik alam. “Makan dan bertelur jangkrik ini bisa di bilang mandiri, mereka bertelur di pasir, yang terpenting jaga kebersihan kandang,” jelasnya.

Melihat hal tersebut, lurah Panarung Evi Kahayanti mengapresiasi warganya yang melakukan budidaya jangkrik yang menghasilkan pundi – pundi rupiah atau ekonomi bagi dirinya maupun keluarganya. Terlebih upaya masyarakat ini sudah sesuai dengan visi misi kelurahan, yaitu menjadikan masyarakat yang mandiri. Di mana pihak kelurahan siap membantu dan memfasilitasi para wirausahawan yang berhasil berdiri secara mandiri.

“Saya harap ilmu yang seperti ini bisa di tularkan ke orang lain, agar di kelurahan Panarung ini semakin banyak wirausahawan dan bapak arif pun siap berkolaborasi dengan pihak kelurahan untuk memberikan pelatihan budidaya jangkrik,” pungkasnya. (*/uni)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/