Site icon KaltengPos

Minimalkan Dampak Banjir

PALANGKA RAYA-Untuk meminimalkan dampak banjir, masyarakat diminta memahami lima pilar mengelola sungai, agar bersama-sama bisa menjaga sungai-sungai yang ada di wilayah Kalimantan, sehingga potensi banjir dan bencana alam lainnya dapat diminimalkan. 

Kepala Balai Wilayah Sungai (BWS) Kalimantan II Ferry Syahrizal ST MT mengatakan, pilar pertama yang menjadi prinsip pengelolaan sungai adalah konservasi.

“Dalam mengelola sungai, ada lima pilar, yang pertama adalah konservasi, itu terkait dengan keberlanjutan,” terang Ferry, Senin (29/8). 

Ferry mengatakan, sebetulnya sungai memiliki volume tetap. Seperti dalam siklus hidrologi, ada matahari, ada hutan, ada pemukiman, ada sungai, ada danau, lalu kembali lagi ke laut. Intinya akan kembali ke laut. Kemudian ada evaporasi atau penguapan, lalu menjadi hujan.

“Nah nanti hujan itu melalui siklus hidrologi, begitu penghijauannya bagus, dia akan lari ke hutan, air itu akan meresap ke akar, air akan disimpan di dalam tanah, namanya akuifer. Jika hutannya terawat secara bagus, maka airnya akan disimpan dengan baik. Nanti itu kelihatan saat musim hujan, tapi areanya baik, enggak ada banjir berlebihan, karena air hujannya tersimpan dalam tanah,” katanya. 

“Jadi air hujan itu disimpan dengan baik. Manakala musim kemarau tiba, air itu akan mengisi sungai dan danau, itulah pentingnya konservasi, dengan cara itu kita menjaga pola alam,” tambahnya.

Selain konservasi, pilar kedua yang menjadi dasar pertimbangan dalam pengelolaan air sungai adalah daya rusak. Daya rusak akan makin besar ketika sumber daya yang dapat memengaruhi sungai seperti hutan, terganggu keberadaannya.

“Yang kedua adalah daya rusak. Karena konservasi tidak terjaga dengan baik akibat ada perusakan hutan oleh oknum tertentu, makanya kita lihat banyak bancana alam yang terjadi akhir-akhir ini. Itu sebetulnya karena konservasi tidak berjalan, begitu kita tidak menjaga hutan, tidak melakukan konservasi, air akan keluar secara masif, misalkan sajan volume air untuk segelas tapi yang dimasukkan seember, akhirnya rusak, itulah namanya daya rusak. Intinya ada pada konservasi, lakukan konservasi terlebih dahulu,” bebernya. 

Selanjutnya prinsip ketiga adalah daya guna. Sumber daya air ini memberikan manfaat untuk orang banyak, seperti air minum dan irigasi pertanian untuk ketahanan pangan. Tata urut manfaat ini dipertimbangkan untuk kebutuhan hidup terlebih dahulu.

“Manfaat ini banyak, tapi harus diurut dahulu sesuai kebutuhan. Dahulukan untuk kepentingan hidup, seperti air minum dan makan. Contohnya air minum PDAM, izinnya selalu kami percepat. Kemudian ada asas manfaat untuk industri, tetapi ini yang terakhir. Tata urutnya berdasarkan Undang-Undang Nomor 17, karena industri itu keuntungannya untuk sekelompok, tapi kalau untuk hajat hidup orang banyak, itulah yang didahulukan,” terangnya. 

Agar pengelolaan sumber daya air dapat terlaksana secara baik, pihkanya mengajak masyarakat untuk bersama-sama menjaga dan merawat sungai.

“Selanjutnya bagaimana dalam pengelolaan sumber daya air ini, kami mengajak masyarakat ikut berperan, makanya ada Komunitas Peduli Sungai (KPS), komunitas ini melibatkan banyak pihak, mulai dari pemerintah, masyarakat, hingga akademisi, jadi kami mengajak semua pihak ikut bertanggung jawab dalam pengelolaan sungai,” tuturnya.

Ferry menambahkan, KPS dibentuk oleh pihaknya karena menyadari perlunya pelibatan berbagai pihak untuk bersama-sama menjaga sungai.

“Kita lihat saja kebiasaan membuang sampah sembarangan ke sungai, seolah-olah sudah membudaya, bayangkan kalau satu orang membuang sekantong atau dua kantong, sudah berapa banyak kantong, itulah mengapa banjir bisa terjadi, karena itu kami mengajak setiap elemen masyarakat untuk ikut terlibat dalam upaya ini, supaya air yang sebenarnya bermanfaat, bukan malah jadi petaka untuk manusia,” tegasnya. 

Prinsip terakhir dalam pengelolaan sungai adalah sistem informasi. Hal ini berkaitan dengan pelaporan informasi berkala mengenai kondisi dan status sungai-sungai yang ada, agar masyarakat dapat mengetahui. “Namun yang terpenting adalah tigal hal yang disebutkan dahulu, yakni konservasi, soal daya rusak, dan daya guna,” pungkasnya. (*dan/ce/ala/ko)

Exit mobile version