Dan apabila semua dokumen yang disebutkan telah lengkap, baru calon jamaah umrah bertolak ke Bandara Soekarno Hatta untuk diberangkatkan ke Jeddah, Saudi Arabia. Dokumen lainnya yang tak kalah penting yang perlu disiapkan calon jamaah, mulai dari paspor, boarding pass, dan tanda pengenal pendukung lainnya.
Nantinya Di Bandara King Abdul Aziz Jeddah, semua dokumen yang disebutkan tadi diperiksa kembali oleh petugas bandara, termasuk PCR yang sudah ditranslate Bahasa Arab. Untuk proses pemeriksaan berlangsung cepat, jamaah kemudian diarahkan menuju hotel dengan menggunakan bus untuk menjalani karantina mandiri selama lima hari. Kapasitas bus juga hanya diperbolehkan diisi 50 persen dari jumlah kursi penumpang.
Setibanya jamaah di hotel, satu kamar hotel karantina hanya boleh diisi satu orang. Karantina ini berlaku untuk semua jenis vaksin yang didapatkan warga Indonesia, baik Sinovac, Astrazeneca, Pfizer, Moderna, Sinopharm dan lain-lain.
“Jadi sebelum beribadah ke Makkah dan Madinah, jamaah dari Indonesia dikarantina dulu selama 5 hari di hotel yang ada di Jeddah. Untuk biayanya ditanggung masing-masing oleh jamaah,” terang dia.
Ia menambahkan, keikutsertaannya dalam simulasi umrah perdana ini terasa spesial. Sebab dari 1.540 biro travel haji dan umroh se-Indonesia hanya 37 penyelenggara perjalanan ibadah umrah (PPIU) yang terpilih, salah satunya PT Najah Hurrahman Pangkalan Bun.
“Harapannya dengan simulasi ini, PT Najah Hurrahman bisa mempelajari seluk-beluk perjalanan umrah di masa new normal atau kebiasaan baru,” ujarnya. (son)