Minggu, Oktober 6, 2024
23.3 C
Palangkaraya

Banjir Makin Menjadi, 33 Kecamatan di 7 Kabupaten Terdampak

Terpisah, Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Kalteng Dimas Novian Hartono menuturkan, saat ini daya tampung dan daya dukung lingkungan menurun karena deforestasi masih terjadi di wilayah Kalteng.
“Itu semua baik yang mengatasnamakan perizinan maupun non-perizinan. Penegakan hukum menjadi sangat penting untuk menekan deforestasi yang terjadi saat ini,” katanya kepada Kalteng Pos, Kamis (2/9).

Dijelaskannya lagi, intensitas hujan saat ini memang cukup tinggi. Namun apabila daya dukung dan daya tampung lingkungannya masih baik, maka tidak bakal terjadi banjir seperti saat ini.
Faktor penyebab bencana ekologis di Kalteng, menurut Dimas, karena sistem pengelolaan sumber daya alam tidak diperbaiki, yang akhirnya menyebabkan terjadinya alih fungsi hutan dan perusakan hutan.
Pemerintah didesak untuk melakukan evaluasi atas izin-izin yang ada di Kalteng. Perlu diperbaiki kembali hutan yang hilang atau rusak. Tidak ada lagi kesempatan untuk memberikan ruang investasi yang berdampak hilangnya tutupan hutan.
“Pemerintah sebaiknya menyelesaikan akar masalah dari penyebab bencana ini, evaluasi izin, audit lingkungan, penegakan hukum, dan memperbaiki langkah yang sebaiknya diambil,” tegasnya.
Sementara itu, berdasarkan penuturan Alfandy selaku prakirawan BMKG Stasiun Tjilik Riwut Palangka Raya, sepekan ke depan sebagian besar wilayah Kalteng masih berpotensi turun hujan dengan intensitas sedang hingga deras yang disertai petir dan angin kencang. Mencakup wilayah Gunung Mas bagian utara, Katingan bagian utara, Seruyan bagian utara, dan wilayah Kotim bagian utara. “Lamandau, Sukamara dan Kobar juga berpotensi terjadi cuaca ekstrem,” ujarnya.

Baca Juga :  Korban Banjir Antusias Terima Bantuan Sembako dari Pemkab Kotim

Dikatakannya, sekarang ini suhu muka laut di wilayah Kalimantan, terutama di Kalteng bagian selatan, berkisar antara 30-32 derajat celsius.
“Ketika suhu muka lautnya hangat, akan menambah pembentukan awan, dipengaruhi dari konvergensi serta labilitas dinamis atmosfer lokal di wilayah Kalteng yang memacu terjadinya pembentukan awan-awan hujan bahkan cuaca ekstrem seperti angin kencang dan petir,” terang Alfandy.
Karena curah hujan yang cukup tinggi ini pula, lanjutnya, tidak tertutup kemungkinan ada daerah di Kalteng yang sama sekali tidak mengalami musim kemarau. (abw/nue/sja/ce/ram)

Terpisah, Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Kalteng Dimas Novian Hartono menuturkan, saat ini daya tampung dan daya dukung lingkungan menurun karena deforestasi masih terjadi di wilayah Kalteng.
“Itu semua baik yang mengatasnamakan perizinan maupun non-perizinan. Penegakan hukum menjadi sangat penting untuk menekan deforestasi yang terjadi saat ini,” katanya kepada Kalteng Pos, Kamis (2/9).

Dijelaskannya lagi, intensitas hujan saat ini memang cukup tinggi. Namun apabila daya dukung dan daya tampung lingkungannya masih baik, maka tidak bakal terjadi banjir seperti saat ini.
Faktor penyebab bencana ekologis di Kalteng, menurut Dimas, karena sistem pengelolaan sumber daya alam tidak diperbaiki, yang akhirnya menyebabkan terjadinya alih fungsi hutan dan perusakan hutan.
Pemerintah didesak untuk melakukan evaluasi atas izin-izin yang ada di Kalteng. Perlu diperbaiki kembali hutan yang hilang atau rusak. Tidak ada lagi kesempatan untuk memberikan ruang investasi yang berdampak hilangnya tutupan hutan.
“Pemerintah sebaiknya menyelesaikan akar masalah dari penyebab bencana ini, evaluasi izin, audit lingkungan, penegakan hukum, dan memperbaiki langkah yang sebaiknya diambil,” tegasnya.
Sementara itu, berdasarkan penuturan Alfandy selaku prakirawan BMKG Stasiun Tjilik Riwut Palangka Raya, sepekan ke depan sebagian besar wilayah Kalteng masih berpotensi turun hujan dengan intensitas sedang hingga deras yang disertai petir dan angin kencang. Mencakup wilayah Gunung Mas bagian utara, Katingan bagian utara, Seruyan bagian utara, dan wilayah Kotim bagian utara. “Lamandau, Sukamara dan Kobar juga berpotensi terjadi cuaca ekstrem,” ujarnya.

Baca Juga :  Korban Banjir Antusias Terima Bantuan Sembako dari Pemkab Kotim

Dikatakannya, sekarang ini suhu muka laut di wilayah Kalimantan, terutama di Kalteng bagian selatan, berkisar antara 30-32 derajat celsius.
“Ketika suhu muka lautnya hangat, akan menambah pembentukan awan, dipengaruhi dari konvergensi serta labilitas dinamis atmosfer lokal di wilayah Kalteng yang memacu terjadinya pembentukan awan-awan hujan bahkan cuaca ekstrem seperti angin kencang dan petir,” terang Alfandy.
Karena curah hujan yang cukup tinggi ini pula, lanjutnya, tidak tertutup kemungkinan ada daerah di Kalteng yang sama sekali tidak mengalami musim kemarau. (abw/nue/sja/ce/ram)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/