“Sebagai bagian keluarga besar Betang Tumbang Apat, panggilan jiwa dan rohani tetap melestarikan budaya leluhur. Kiat yang saya lakukan sampai detik ini yakni terus melestarikan kesenian tari, musik, tradisi, maupun yang bersifat marginal. Generasi muda ambil bagian sebagai pelaku seni budaya, bukan penonton,” ungkap Jivy.
Pemuda yang juga abdi negara di Diskominfo Murung Raya itu menilai, budaya tidak boleh hilang karena jati diri dan identitas manusia. Belajar dari pesan leluhur dan orang tua, dengan bukti rumah betang, upaya sebagai pewaris tentu saja tidak akan membiarkan modernisasi menggerus adat istiadat Dayak.
Untuk itu, ia membentuk komunitas, sanggar, kelompok kecil, hingga kumpulan bernama Geng Kapak yang beranggotakan pemuda pelestari seni budaya dan adat istiadat, khususnya Dayak Siang.
“Kami bentuk kelompok kecil yang memberikan dampak positif. Mengarahkan ke hal positif, tidak berbaur budaya yang merusak generasi penerus, karena berangkat dari seni, kita dapat membentuk karakter pemuda yang terus melestarikan dan mengembangkan seni budaya berbagai cara, sistem, dan pola,” ucapnya.
Dalam pengembangan seni, ia menegaskan, tidak membatasi keinginan pemuda dengam cara masing-masing. Asal, tujuannya melestarikan seni budaya, menghormati adat istiadat leluhur Dayak sebagai bagian dari Bumi Tambun Bungai dan NKRI. (*/ce/bersambung)