“Jangan ada politisasi di sepak bola. Jangan sampai ke depan Asprov yang akan mencari klub. Jika semua tim tidak aktif, maka akan kesulitan menggelar sebuah kompetisi seperti Liga 3 ini,” sebutnya.
Sementara itu, Sekretaris Barsel FC Rudianto menjelaskan, kendati timnya tidak hadir dalam Zoom meeting, tapi tetap menunggu keputusan rapat. “Ternyata hanya Silva FC yang siap, padahal kami sudah beberapa hari ada di Muara Teweh, tentunya operasional sudah berjalan, akhirnya kami putuskan untuk tidak ikut Liga 3,” tegasnya.
“Peserta sudah ada, tentu kami sangat kecewa karena penundaan ini, apalagi sudah ada pengeluaran selama ini. Kami harapkan agar Asprov berbenah. Dengan pelaksanaan kongres nanti, diharapkan terpilih orang yang benar-benar mau bekerja untuk kemajuan sepak bola Kalteng, bukan karena ada muatan politiknya,” tutur pria yang juga menjabat Sekum Askab Barsel itu.
Rahmat Kartolo yang menjabat Sekretaris Persemas Jenamas juga menyampaikan kekecewaan. Pihaknya tidak akan melakukan pengunduran diri apabila pelaksanaan kompetisi tetap dilaksanakan di Muara Teweh.
“Namun yang membuat kisruh adalah adanya pembatalan kompetisi. Kami menginginkan pelaksanaan di Muara Teweh dan memang sejak awal ditentukan di sana. Makanya kami sangat kecewa. Niat untuk memajukan sepak bola dibatalkan dengan tidak adanya solusi atau jalan keluar,” ungkapnya.
Pihaknya menginginkan ganti rugi pengeluaran tim selama ini, jika kompetisi digelar di Palangka Raya. Namun hal itu tidak mendapat jawaban baik dari Asprov maupun panitia penyelenggara di Palangka Raya. (cah/nue/ce/ala)