LIMA tahun menyandang status difabel, atlet para badminton putri Jepang Sarina Satomi punya angan-angan untuk menjadi ratu bulu tangkis kursi roda dunia dengan mengalungkan dua medali emas Paralimpiade Tokyo 2020. Lewat kerja keras dan semangat kompetitif yang membuncah, mimpi besarnya itu berhasil menjadi kenyataan dalam waktu yang relatif sangat singkat.
Sarina Satomi, 23 tahun, mengalungkan medali emas pertamanya usai memenangi laga tunggal putri kategori WH1, Sabtu (4/9), setelah menang dari wakil Thailand Sujirat Pookkham. Lewat laga tiga gim, Satomi menang dengan skor 14-21, 21-19, dan 21-13.
Pada Minggu (5/9) kemarin, Satomi menyempurnakan pencapaiannya di Paralimpiade Tokyo 2020 dengan menjuarai nomor ganda putri kategori WH1-WH2 bersama Yuma Yamazaki.
Tertinggal lebih dulu 16-21 di gim pertama oleh pasangan Tiongkok Liu Yu Tong/Yin Meng Lu, Satomi/Yamazaki bangkit. Mereka balik menggulung pasangan Negeri Tirai Bambu tersebut dan berhak naik ke podium teratas usai menang 21-16 dan 21-13.
Kemenangan ini menjadi semakin spesial bagi Satomi karena ini adalah pertama kalinya bulu tangkis dipertandingkan di Paralimpiade.
Seperti dikutip dari Kyodo, Satomi mengaku sangat bahagia atas pencapaiannya tersebut. “Aku betul-betul bahagia. Ini mimpi yang jadi kenyataan. Aku sudah berlatih dengan sangat keras untuk momen ini. Aku senang bisa mendapatkan medali emas yang memang menjadi targetku,” ujar Satomi.
Bulan Mei 2016 menjadi titik balik hidup Satomi. Dikutip dari laman resmi Paralimpiade, Satomi yang saat itu masih duduk di bangku 3 SMA mengalami kecelakaan mobil yang membuat kedua kakinya terluka parah.
Insiden ini membuat Satomi harus menjalani perawatan selama 9 bulan di rumah sakit sembari belajar menggunakan kursi roda. Melihat masa depan putrinya yang terancam, ayah Satomi menyarankannya untuk bergabung dengan klub bulu tangkis di prefektur Chiba.
Satomi pun mendengarkan nasehat ayahnya. Toh, bulu tangkis bukanlah olahraga baru untuknya. Ia sudah bermain olahraga tepok bulu angsa sejak duduk di bangku SMP.
Namun, bermain bulu tangkis di atas kursi roda tentu menjadi perkara lain. Satomi ingat betul bagaimana itu begitu terkejut dan terkagum-kagum melihat atlet bulu tangkis kursi roda bermain.
“Mereka harus memukul shuttlecock sembari menggerakkan kursi roda mereka. Memukul lagi, bergerak lagi, dan terus begitu. Awalnya aku bingung sekali bagaimana cara mereka melakukan itu semua,” ujar Satomi.
Awal-awal menjalani latihan, Satomi pun mengakui bahwa olahraga yang akhirnya melambungkan namanya ini sangat berat. “Awalnya aku hanya disuruh memukul tanpa bergerak. Namun pelatihku akhirnya memberikan latihan yang lebih sulit. Aku harus bergerak maju dan mundur untuk mengembalikan shuttlecock darinya. Saat itu, rasanya mustahil sekali bagiku untuk melakukannya,” kenang Satomi.
Sulitnya bulu tangkis kursi roda awalnya membuat Satomi hanya ingin menjadikan olahraga tersebut sebagai hobi belaka. Namun, pola pikirnya langsung berubah ketika ia diminta berlaga di turnamen perdananya. Jiwa kompetitifnya seolah-olah langsung mengambil alih kendali hidupnya.
Mengawali turnamen perdananya di Thailand Para Badminton International pada bulan Juli 2018, Satomi yang kala itu bermain di nomor ganda putri bersama Yuma Yamazaki langsung mengalungkan medali perak. Satomi kemudian ikut berlaga di Asian Para Games 2018 di mana ia mengalungkan medali perunggu.
Tahun 2019, Satomi memantapkan namanya sebagai salah satu atlet bulu tangkis kursi roda putri yang patut diperhitungkan. Ia meraih medali emas pertamanya di Kejuaraan Dunia 2019 di nomor tunggal putri. Tak cuma itu, ia juga meraih medali perunggu di nomor ganda putri.
Menjadi juara dunia pun membuat Satomi semakin mantap menatap medali emas di Paralimpiade Tokyo 2020. Yoyogi National Stadium pun menjadi saksi bisu pencapaian Satomi yang sangat membanggakan.
“Para badminton sudah mengubah hidupku. Tanpa olah raga ini, mungkin aku hanya akan menjadi seorang anak berkursi roda yang memilih untuk terus mengurung diri di dalam rumah. Aku sungguh tidak menyangka olahraga ini akan membuka sebuah dunia baru untukku,” tutupnya. (jpc)