Jumat, November 22, 2024
30.8 C
Palangkaraya

Suroso, Petani Sukses yang Mengubah Lahan Gambut Jadi Agrowisata


Ia pun ingin agar yang dilakukananya ini memotivasi generasi muda Bumi Tambun Bungai ini agar tergerak untuk bergelut di bidang pertanian. Jangan sampai menganggap petani itu sebagai profesi rendahan atau pekerjaan kelas bawah. “Generasi muda harus mengubah pola pikir, makmurnya sebuah negara itu pangkal tolaknya dari para petani,” tegasnya.
Kini pihaknya sudah bermitra dengan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Palangka Raya agar kebun buahnya menjadi agrowisata unggulan di Kota Palangka Raya. Melalui agrowisata buah ini pihaknya ingin mengedukasi generasi muda di Kalteng tentang tanaman buah, yang bisa digunakan untuk pembelajaran anak-anak sekolah.
“Konsepnya nanti dari pintu gerbang wisata ini akan disediakan kereta dan anak-anak sekolah akan berkeliling melihat dan mempelajari setiap spot,” beber pria kelahiran 1 Agustus ini.

Banyak varian buah dengan berbagai macam jenis yang ditanam di wisata ini. Mulai dari jambu dengan berbagai jenis, pepaya, markisa, anggur, lemun, jeruk, alpukat, kelengkeng, pisang, dan lainnya. Saat ini memang sedang panen raya buah jambu kristal. Pohon jambu ditanamnya dengan jumlah banyak. Akan terus dipanen setiap hari, karena sudah dilakukan pemetaan penanaman buah jambu.

Baca Juga :  SMAN 2 Siap Laksanakan PTM

“Semua buah memang sudah panen, tapi ada yang sesuai musim, sedangkan untuk jambu selalu ada, kami sudah menanam empat ribu pohon jambu, sekitar dua ribu pohon sudah panen,” ucapnya.

Mengingat fasilitas belum memadai, ia membuka kebun wisata buah itu untuk umum tanpa menarik biaya dari pengunjung yang datang. Pengunjung dipersilakan memetik buah sesuai keinginan.

“Boleh petik sendiri, boleh mencicipi di tempat, tidak perlu bayar, memang untuk masuk ke wisata ini sementara ini belum dipungut biaya, pengunjung hanya membayar buah yang ia petik dan yang mau dibawa pulang,” ujar Suroso.

Tapi ada beberapa buah yang harus ada pendampingan saat pemetikan, karena perlakuan memanen buah juga berbeda. Misalnya memanen jambu kristal, tidak perlu memencet buah, hanya dilihat dari warna dan kondisi buah sudah bisa dipanen, atau seperti kelengkeng yang susah dibedakan antara yang mentah dan matang.

Baca Juga :  Awasi Peredaran Mamin Kedaluwarsa

“Fasilitas yang kami siapkan ada gazebo, bisa untuk berbagai macam acara, ada karaoke, ada juga kedai yang bisa dipakai pengunjung untuk memasak sendiri di lokasi,” sebutnya.
Wisata buah ini memang dibuka di tengah kondisi pandemi. Justru masyarakat antusias mengonsumsi buah. Namun saat diberlakukan PPKM, pihaknya membuat pembatasan untuk kegiatan-kegiatan keramaian seperti hiburan. “Minat pembeli juga berkurang saat pemerintah menerapkan PPKM,” ujarnya.


Ia pun ingin agar yang dilakukananya ini memotivasi generasi muda Bumi Tambun Bungai ini agar tergerak untuk bergelut di bidang pertanian. Jangan sampai menganggap petani itu sebagai profesi rendahan atau pekerjaan kelas bawah. “Generasi muda harus mengubah pola pikir, makmurnya sebuah negara itu pangkal tolaknya dari para petani,” tegasnya.
Kini pihaknya sudah bermitra dengan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Palangka Raya agar kebun buahnya menjadi agrowisata unggulan di Kota Palangka Raya. Melalui agrowisata buah ini pihaknya ingin mengedukasi generasi muda di Kalteng tentang tanaman buah, yang bisa digunakan untuk pembelajaran anak-anak sekolah.
“Konsepnya nanti dari pintu gerbang wisata ini akan disediakan kereta dan anak-anak sekolah akan berkeliling melihat dan mempelajari setiap spot,” beber pria kelahiran 1 Agustus ini.

Banyak varian buah dengan berbagai macam jenis yang ditanam di wisata ini. Mulai dari jambu dengan berbagai jenis, pepaya, markisa, anggur, lemun, jeruk, alpukat, kelengkeng, pisang, dan lainnya. Saat ini memang sedang panen raya buah jambu kristal. Pohon jambu ditanamnya dengan jumlah banyak. Akan terus dipanen setiap hari, karena sudah dilakukan pemetaan penanaman buah jambu.

Baca Juga :  SMAN 2 Siap Laksanakan PTM

“Semua buah memang sudah panen, tapi ada yang sesuai musim, sedangkan untuk jambu selalu ada, kami sudah menanam empat ribu pohon jambu, sekitar dua ribu pohon sudah panen,” ucapnya.

Mengingat fasilitas belum memadai, ia membuka kebun wisata buah itu untuk umum tanpa menarik biaya dari pengunjung yang datang. Pengunjung dipersilakan memetik buah sesuai keinginan.

“Boleh petik sendiri, boleh mencicipi di tempat, tidak perlu bayar, memang untuk masuk ke wisata ini sementara ini belum dipungut biaya, pengunjung hanya membayar buah yang ia petik dan yang mau dibawa pulang,” ujar Suroso.

Tapi ada beberapa buah yang harus ada pendampingan saat pemetikan, karena perlakuan memanen buah juga berbeda. Misalnya memanen jambu kristal, tidak perlu memencet buah, hanya dilihat dari warna dan kondisi buah sudah bisa dipanen, atau seperti kelengkeng yang susah dibedakan antara yang mentah dan matang.

Baca Juga :  Awasi Peredaran Mamin Kedaluwarsa

“Fasilitas yang kami siapkan ada gazebo, bisa untuk berbagai macam acara, ada karaoke, ada juga kedai yang bisa dipakai pengunjung untuk memasak sendiri di lokasi,” sebutnya.
Wisata buah ini memang dibuka di tengah kondisi pandemi. Justru masyarakat antusias mengonsumsi buah. Namun saat diberlakukan PPKM, pihaknya membuat pembatasan untuk kegiatan-kegiatan keramaian seperti hiburan. “Minat pembeli juga berkurang saat pemerintah menerapkan PPKM,” ujarnya.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/