Sabtu, November 23, 2024
23.7 C
Palangkaraya

Bripka Rio Desenatalianto Makota dan Perannya Memerangi Anak Putus Sekolah

“Ya, kami berdua bisa menyisihkan Rp1-2 juta per bulan. Dulu kan enggak ada donator tetap,” ungkap anak pertama dari pasangan Lambak Makota dan Miskarnawati ini.Seiring berjalannya waktu, muncul pandangan positif masyarakat terkait visi, misi, dan sepak terjang yayasan. Donatur pun makin banyak. Mulai dari teman-teman seprofesi, Bupati Mura, Kapolres Mura, ibu-ibu bhayangkari, hingga para dermawan yang peduli akan pendidikan.Tahun ini, yayasan dibagi menjadi dua. Yayasan yang terbaru diberi nama Yayasan Generasi Muda Murung Raya.

Bergerak di bidang yang sama. Yayasan punya misi membangkitkan dan memunculkan generasi penuntas yang kreatif, cerdas, dan inovatif di semua bidang. Membangun karakter yang mandiri dan tahan uji. Tangguh seperti rajawali. Mencetak generasi muda yang rendah hati dan takut akan Tuhan.Suatu kebanggaan tersendiri jika mereka sudah mencapai itu.

Baca Juga :  Masyarakat Diminta Manfaatkan Lahan Pekarangan

“Saya selalu sampaikan ke anak-anak, kalau kalian berhasil, saya enggak minta uang. Sudah cukup bagi saya melihat kalian sukses, berguna bagi keluarga dan orang tua. Pulanglah ke desa dan membangun desamu,” terangnya. Fasilitas yang tersedia di yayasan, selain alat-alat penunjang belajar, juga ada peternakan itik, peternakan ayam petelur dan pedaging, peternakan babi, dan warung. Yang mengelola itu adalah para anak yayasan. Mereka benar-benar diajarkan soal kemandirian dan kejujuran.Dari 50 anak yang ikut dengannya sejak 2017 silam, saat ini sudah ada yang melanjutkan kuliah. Ada juga yang masih kursus di bidang yang mereka minati. Sebagian lagi sudah bekerja.

Ada yang menjadi honorer di Pemkab Mura dan di perusahaan. “Yang tersisa masih ada 14 anak yang duduk di bangku SMP dan SMA. Sedangkan yang kuliah, ada beberapa yang kuliah keguruan agama Kristen di Manado, Jakarta, dan Majalengka,”sebut bintara angkatan 23 atau lulusan gelombang 2 tahun 2003 ini. Rio pernah terenyuh saat mendengar pandangan dari masyarakat, jika anak didiknya berperilaku baik selama bekerja. Contohnya, pujian dari pimpinan beberapa anak didik yang sudah jadi honorer, maupun yang bekerja di perusahaan. “Pak Rio, anak yayasan kerjanya bagus,” ucap Rio menirukan lagi.Banyak hal yang didapat dari kegiatan sosial ini. Pertama, secara kedinasan di wilayah tugas, tingkat kepercayaan masyarakat cukup luar biasa saat kami mengambil anak-anak desa untuk dididik dan disekolahkan.

Baca Juga :  Mangaruhi, Paduan Nilai Budaya, Sosial, Ketahanan Pangan dan Konservasi Alam

“Ya, kami berdua bisa menyisihkan Rp1-2 juta per bulan. Dulu kan enggak ada donator tetap,” ungkap anak pertama dari pasangan Lambak Makota dan Miskarnawati ini.Seiring berjalannya waktu, muncul pandangan positif masyarakat terkait visi, misi, dan sepak terjang yayasan. Donatur pun makin banyak. Mulai dari teman-teman seprofesi, Bupati Mura, Kapolres Mura, ibu-ibu bhayangkari, hingga para dermawan yang peduli akan pendidikan.Tahun ini, yayasan dibagi menjadi dua. Yayasan yang terbaru diberi nama Yayasan Generasi Muda Murung Raya.

Bergerak di bidang yang sama. Yayasan punya misi membangkitkan dan memunculkan generasi penuntas yang kreatif, cerdas, dan inovatif di semua bidang. Membangun karakter yang mandiri dan tahan uji. Tangguh seperti rajawali. Mencetak generasi muda yang rendah hati dan takut akan Tuhan.Suatu kebanggaan tersendiri jika mereka sudah mencapai itu.

Baca Juga :  Masyarakat Diminta Manfaatkan Lahan Pekarangan

“Saya selalu sampaikan ke anak-anak, kalau kalian berhasil, saya enggak minta uang. Sudah cukup bagi saya melihat kalian sukses, berguna bagi keluarga dan orang tua. Pulanglah ke desa dan membangun desamu,” terangnya. Fasilitas yang tersedia di yayasan, selain alat-alat penunjang belajar, juga ada peternakan itik, peternakan ayam petelur dan pedaging, peternakan babi, dan warung. Yang mengelola itu adalah para anak yayasan. Mereka benar-benar diajarkan soal kemandirian dan kejujuran.Dari 50 anak yang ikut dengannya sejak 2017 silam, saat ini sudah ada yang melanjutkan kuliah. Ada juga yang masih kursus di bidang yang mereka minati. Sebagian lagi sudah bekerja.

Ada yang menjadi honorer di Pemkab Mura dan di perusahaan. “Yang tersisa masih ada 14 anak yang duduk di bangku SMP dan SMA. Sedangkan yang kuliah, ada beberapa yang kuliah keguruan agama Kristen di Manado, Jakarta, dan Majalengka,”sebut bintara angkatan 23 atau lulusan gelombang 2 tahun 2003 ini. Rio pernah terenyuh saat mendengar pandangan dari masyarakat, jika anak didiknya berperilaku baik selama bekerja. Contohnya, pujian dari pimpinan beberapa anak didik yang sudah jadi honorer, maupun yang bekerja di perusahaan. “Pak Rio, anak yayasan kerjanya bagus,” ucap Rio menirukan lagi.Banyak hal yang didapat dari kegiatan sosial ini. Pertama, secara kedinasan di wilayah tugas, tingkat kepercayaan masyarakat cukup luar biasa saat kami mengambil anak-anak desa untuk dididik dan disekolahkan.

Baca Juga :  Mangaruhi, Paduan Nilai Budaya, Sosial, Ketahanan Pangan dan Konservasi Alam

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/