Jumat, September 20, 2024
22.8 C
Palangkaraya

Melihat Karya Seni String Art SLBN 2 Pangkalan Bun

Anak-anak disabilitas di Kalimantan Tengah (Kalteng) kini makin dikenal berkat kebolehan mereka yang luar biasa. Meski punya keterbatasan fisik, generasi penerus dari kalangan disabilitas mampu menunjukkan bakat di berbagai bidang, termasuk kesenian.

ANISA B WAHDAH, Palangka Raya

TIDAK semua orang memiliki jiwa seni. Namun ada banyak anak penyandang disabilitas yang difasilitasi penuh oleh para guru untuk mengembangkan bakat di bidang seni. Pendampingan itu jadi pelecut semangat mereka untuk tidak minder. Bakat yang mereka miliki tak kalah dari orang-orang normal.Salah satunya siswa SLBN 2 Pangkalan Bun bernama Anugerah Faturrohman. Meski memiliki keterbatasan fisik, khususnya dalam hal pendengaran (tunarungu), tapi otak dan tangannya memiliki kelebihan.

Faturrohman memang terkenal dengan kemampuannya di bidang seni kriya, termasuk membuat lukisan seni string art.Jika sebagian besar orang melukis bermediakan kanvas, kuas, dan cat, tapi seni string art yang dibuat Faturrohman yakni seni yang mirip lukisan namun dengan teknik yang jauh berbeda dengan melukis. String Art merupakan kesenian unik yang terbuat dari paku-paku dan benang yang dibentuk sesuai pola dengan media papan kayu.

Baca Juga :  Kecamatan Katingan Tengah Bagikan Bantuan Sembako untuk Korban Banjir

Tak sulit bagi Faturrohman meminkan tangannya menyilangkan benang-benang itu pada susunan paku sesuai polanya. Guru pembimbingnya, Waldianto mengatakan, untuk membuat pajangan dinding string art ini, terlebih dahulu harus menyiapkan pola.“Selama ini kami masih menggunakan pola-pola yang mudah, karena masih baru dilakukan oleh anak-anak, pola yang kami gunakan masih berupa hewan atau tumbuhan,” katanya saat dibincangi di Aquarius Hotel Palangka Raya, belum lama ini.

.Setelahh pola digambar, kemudian dipotong dan tempelkan di atas papan kayu yang bahannya tidak keras. Papan kayu yang dipilih harus mudah untuk dipaku dan tidak rusak saat paku tertancap. Pengerjaannya pun harus hati-hati. Jika salah memaku, maka papan akan rusak.“Setelah pola ditempel di atas papan, kemudian memalu paku pada papan sesuai dengan pola, setelah semua paku tertancap pada papan, perlahan gampar pola yang ditempel dilepas secara hat-hati. Langkah selanjutnya, mulai merajut benang pada paku-paku yang sudah dipasang merata sesuai pola,” kata Waldianto kepada Kalteng Pos.

Baca Juga :  Airlangga: Kualitas Pekerja Migran Dilindungi dan Ditingkatkan

Anak-anak disabilitas di Kalimantan Tengah (Kalteng) kini makin dikenal berkat kebolehan mereka yang luar biasa. Meski punya keterbatasan fisik, generasi penerus dari kalangan disabilitas mampu menunjukkan bakat di berbagai bidang, termasuk kesenian.

ANISA B WAHDAH, Palangka Raya

TIDAK semua orang memiliki jiwa seni. Namun ada banyak anak penyandang disabilitas yang difasilitasi penuh oleh para guru untuk mengembangkan bakat di bidang seni. Pendampingan itu jadi pelecut semangat mereka untuk tidak minder. Bakat yang mereka miliki tak kalah dari orang-orang normal.Salah satunya siswa SLBN 2 Pangkalan Bun bernama Anugerah Faturrohman. Meski memiliki keterbatasan fisik, khususnya dalam hal pendengaran (tunarungu), tapi otak dan tangannya memiliki kelebihan.

Faturrohman memang terkenal dengan kemampuannya di bidang seni kriya, termasuk membuat lukisan seni string art.Jika sebagian besar orang melukis bermediakan kanvas, kuas, dan cat, tapi seni string art yang dibuat Faturrohman yakni seni yang mirip lukisan namun dengan teknik yang jauh berbeda dengan melukis. String Art merupakan kesenian unik yang terbuat dari paku-paku dan benang yang dibentuk sesuai pola dengan media papan kayu.

Baca Juga :  Kecamatan Katingan Tengah Bagikan Bantuan Sembako untuk Korban Banjir

Tak sulit bagi Faturrohman meminkan tangannya menyilangkan benang-benang itu pada susunan paku sesuai polanya. Guru pembimbingnya, Waldianto mengatakan, untuk membuat pajangan dinding string art ini, terlebih dahulu harus menyiapkan pola.“Selama ini kami masih menggunakan pola-pola yang mudah, karena masih baru dilakukan oleh anak-anak, pola yang kami gunakan masih berupa hewan atau tumbuhan,” katanya saat dibincangi di Aquarius Hotel Palangka Raya, belum lama ini.

.Setelahh pola digambar, kemudian dipotong dan tempelkan di atas papan kayu yang bahannya tidak keras. Papan kayu yang dipilih harus mudah untuk dipaku dan tidak rusak saat paku tertancap. Pengerjaannya pun harus hati-hati. Jika salah memaku, maka papan akan rusak.“Setelah pola ditempel di atas papan, kemudian memalu paku pada papan sesuai dengan pola, setelah semua paku tertancap pada papan, perlahan gampar pola yang ditempel dilepas secara hat-hati. Langkah selanjutnya, mulai merajut benang pada paku-paku yang sudah dipasang merata sesuai pola,” kata Waldianto kepada Kalteng Pos.

Baca Juga :  Airlangga: Kualitas Pekerja Migran Dilindungi dan Ditingkatkan

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/