Jumat, September 20, 2024
22.4 C
Palangkaraya

Melihat Karya Seni String Art SLBN 2 Pangkalan Bun

Di SLBN 2 Pangkalan Bun, saat ini hanya ada satu peserta didik yang bisa mengerjakan kesenian ini, yakni Anugerah Faturrohman. Berawal dari Waldianto sebagai guru pembimbing yang mencoba membuat kesenian ini, kemudian diajarkan kepada salah satu peserta didiknya.“Saat ini pengerjaan kesenian ini murni dari peserta didik, kami hanya bantu membuat pola saja,” ucapnya. Untuk mempermudah peserta didik mengerjakan, pola yang dibuat tidak rumit. Ke depan ia berencana mengembangkan pola-pola etnik Kalteng.

“Saat ini karya dari peserta didik ini sudah banyak terjual di luar sekolah, kurang lebih 25 karya, jika ditotal dengan semua karya yang telah dibuat sejak Juli 2021, ada sekitar 30 karya lebih,” bebernya.Pemasaran produk ini dilakukan melalui media sosial Instagram maupun WhatsApp. Ternyata antusiasme masyarakat cukup tinggi. Banyak yang tertarik dengan hasil karya seni ini. Bahkan pemesan ada yang berasal dari Kalimantan Selatan (Kalsel).“Kalau di kalangan SLB, sepertinya tidak banyak yang membuat karya dengan teknik ini,” tuturnya.

Baca Juga :  Kecamatan Katingan Tengah Bagikan Bantuan Sembako untuk Korban Banjir

Mengenai harga jual, saat ini semua karya dibanderol dengan harga yang sama, yakni Rp95 ribu. Jika ke depannya karya ini sudah mulai dikembangkan, maka harga jual akan disesuaikan dengan tingkat kerumitan karya yang dibuat. Saat ini, karya yang dibuat dengan pola hewan dan tumbuhan memerlukan waktu satu hingga dua jam saja.

Sementara itu, Anugerah Faturrohaman saat dibincangi bersama temannya M Dayandra Fauzan mengatakan, tidak ada kesulitan yang dialaminya selama membuat karya seni ini. Ia mengaku masih perlu belajar lebih banyak lagi untuk membuat ragam pola. “Tidak ada kesulitan, cuman perlu banyak belajar membuat pola,” ujarnya. (*/ce/ala)

Di SLBN 2 Pangkalan Bun, saat ini hanya ada satu peserta didik yang bisa mengerjakan kesenian ini, yakni Anugerah Faturrohman. Berawal dari Waldianto sebagai guru pembimbing yang mencoba membuat kesenian ini, kemudian diajarkan kepada salah satu peserta didiknya.“Saat ini pengerjaan kesenian ini murni dari peserta didik, kami hanya bantu membuat pola saja,” ucapnya. Untuk mempermudah peserta didik mengerjakan, pola yang dibuat tidak rumit. Ke depan ia berencana mengembangkan pola-pola etnik Kalteng.

“Saat ini karya dari peserta didik ini sudah banyak terjual di luar sekolah, kurang lebih 25 karya, jika ditotal dengan semua karya yang telah dibuat sejak Juli 2021, ada sekitar 30 karya lebih,” bebernya.Pemasaran produk ini dilakukan melalui media sosial Instagram maupun WhatsApp. Ternyata antusiasme masyarakat cukup tinggi. Banyak yang tertarik dengan hasil karya seni ini. Bahkan pemesan ada yang berasal dari Kalimantan Selatan (Kalsel).“Kalau di kalangan SLB, sepertinya tidak banyak yang membuat karya dengan teknik ini,” tuturnya.

Baca Juga :  Kecamatan Katingan Tengah Bagikan Bantuan Sembako untuk Korban Banjir

Mengenai harga jual, saat ini semua karya dibanderol dengan harga yang sama, yakni Rp95 ribu. Jika ke depannya karya ini sudah mulai dikembangkan, maka harga jual akan disesuaikan dengan tingkat kerumitan karya yang dibuat. Saat ini, karya yang dibuat dengan pola hewan dan tumbuhan memerlukan waktu satu hingga dua jam saja.

Sementara itu, Anugerah Faturrohaman saat dibincangi bersama temannya M Dayandra Fauzan mengatakan, tidak ada kesulitan yang dialaminya selama membuat karya seni ini. Ia mengaku masih perlu belajar lebih banyak lagi untuk membuat ragam pola. “Tidak ada kesulitan, cuman perlu banyak belajar membuat pola,” ujarnya. (*/ce/ala)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/