Sabtu, September 21, 2024
23.7 C
Palangkaraya

Ketersediaan Pangan di Kalteng Mesti Dijaga

Luhing Simon

PALANGKA RAYA – Ketua Komisi II DPRD Provinsi Kalteng Bidang Perekonomian dan Sumber Daya Alam (SDA) Luhing Simon berharap kenaikan harga kedelai tidak memberi dampak yang besar dan berkepanjangan bagi masyarakat Kalteng.

Politikus PDI Perjuangan ini mengatakan, naiknya harga bahan dasar pembuatan tahu/tempe tersebut, otomatis akan memberikan dampak negatif kepada masyarakat khususnya para pengolah/pengrajin tahu/tempe di Kalteng.

“Maka dari itu kami mendorong kepada pemerintah khususnya dinas terkait, apapun untuk ketersediaan pangan baik itu jagung, kedelai, padi dan sebagainya harus diupayakan dalam waktu ke depan. Sehingga tidak terjadi kelangkaan-kelangkaan yang berdampak pada kenaikan harga kebutuhan bahan pokok tersebut,” ucap Lohing Simon saat dibincangi Kalteng Pos, Minggu (10/1).

Baca Juga :  Bupati ApresiasiLetkol Inf Ary Bayu Saputro

Dengan adanya program ketahanan pangan lanjutnya, yaitu food estate diharapkan dapat menjadi program yang bermanfaat untuk provinsi Kalteng secara menyeluruh. Selain itu juga, melalui program foos estate, DPRD Kalteng berharap, bahan pokok seperti jagung, padi, singkong dan kedelai dapat dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan seluruh warga Kalteng.

“Secara umum, saya menilai, Kalteng memang belum siap untuk mengembangkan tanaman kedelai. Mengingat bahan dasar pembuatan tahu/tempe tersebut sampai saat ini masih mendatangkan dari luar pulau. Kami harap ini dapat menjadi perhatian pemerintah kedepannya,” ujar Luhing Simon.

Sedangkan untuk harga cabai yang turut mengalami kenaikan, Simon menilai di tengah pandemi Covid-19 seperti sekarang ini seharusnya masyarakat harus lebih kreatif. Memanfaatkan pekarangan rumah untuk membudidayakannya. Jadi tidak terpaku dengan kenaikan harga dipasaran.

Baca Juga :  KNPI Kalteng Bersiap Gelar Rapimpurda

“Jika harga eceran tahu mengalami kenaikan di pasaran dari Rp.5000 menjadi Rp.6000 per 10 bijinya. Saya rasa pengrajin tahu maupun tempe memiliki alasan. Kedelai sendiri saat ini dihargai Rp.9.550 per kg, di mana sebelumnya hanya Rp.7.300 per kg. Belum lagi mereka dikenakan biaya beberapa kali biaya pengiriman. Namun jika semua kembali normal, kami yakin para pengrajin juga akan ikut menurunkan harga ecerannya,”tutup Luhing Simon. (pra/uni)

Luhing Simon

PALANGKA RAYA – Ketua Komisi II DPRD Provinsi Kalteng Bidang Perekonomian dan Sumber Daya Alam (SDA) Luhing Simon berharap kenaikan harga kedelai tidak memberi dampak yang besar dan berkepanjangan bagi masyarakat Kalteng.

Politikus PDI Perjuangan ini mengatakan, naiknya harga bahan dasar pembuatan tahu/tempe tersebut, otomatis akan memberikan dampak negatif kepada masyarakat khususnya para pengolah/pengrajin tahu/tempe di Kalteng.

“Maka dari itu kami mendorong kepada pemerintah khususnya dinas terkait, apapun untuk ketersediaan pangan baik itu jagung, kedelai, padi dan sebagainya harus diupayakan dalam waktu ke depan. Sehingga tidak terjadi kelangkaan-kelangkaan yang berdampak pada kenaikan harga kebutuhan bahan pokok tersebut,” ucap Lohing Simon saat dibincangi Kalteng Pos, Minggu (10/1).

Baca Juga :  Bupati ApresiasiLetkol Inf Ary Bayu Saputro

Dengan adanya program ketahanan pangan lanjutnya, yaitu food estate diharapkan dapat menjadi program yang bermanfaat untuk provinsi Kalteng secara menyeluruh. Selain itu juga, melalui program foos estate, DPRD Kalteng berharap, bahan pokok seperti jagung, padi, singkong dan kedelai dapat dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan seluruh warga Kalteng.

“Secara umum, saya menilai, Kalteng memang belum siap untuk mengembangkan tanaman kedelai. Mengingat bahan dasar pembuatan tahu/tempe tersebut sampai saat ini masih mendatangkan dari luar pulau. Kami harap ini dapat menjadi perhatian pemerintah kedepannya,” ujar Luhing Simon.

Sedangkan untuk harga cabai yang turut mengalami kenaikan, Simon menilai di tengah pandemi Covid-19 seperti sekarang ini seharusnya masyarakat harus lebih kreatif. Memanfaatkan pekarangan rumah untuk membudidayakannya. Jadi tidak terpaku dengan kenaikan harga dipasaran.

Baca Juga :  KNPI Kalteng Bersiap Gelar Rapimpurda

“Jika harga eceran tahu mengalami kenaikan di pasaran dari Rp.5000 menjadi Rp.6000 per 10 bijinya. Saya rasa pengrajin tahu maupun tempe memiliki alasan. Kedelai sendiri saat ini dihargai Rp.9.550 per kg, di mana sebelumnya hanya Rp.7.300 per kg. Belum lagi mereka dikenakan biaya beberapa kali biaya pengiriman. Namun jika semua kembali normal, kami yakin para pengrajin juga akan ikut menurunkan harga ecerannya,”tutup Luhing Simon. (pra/uni)

Artikel Terkait

Serap Aspirasi, PT BGA Gelar Forsimas

Hindari Ujaran Kebencian di Media Sosial

Program Bantuan Bapok Harus Tepat Sasaran

Fokuskan Pembangunan di Pinggiran

Terpopuler

Artikel Terbaru

/