Minggu, September 8, 2024
24.4 C
Palangkaraya

Sehari Siapkan Belasan Peti Mati

PALANGKA RAYA-Masih tingginya angka kematian pasien Covid-19 di Palangka Raya, membuat pemilik usaha pembuatan peti mati atau peti jenazah bekerja ekstra. Selain melayani masyarakat umum, tempat pembuatan peti mati ini juga menerima pesanan dari rumah sakit. Selama pandemi ini, minimal harus ada 15 peti yang disiapkan dalam sehari.

Salah satu pelaku usaha pembuatan peti mati ini adalah UD Uci Tabitha. Selama pandemi melanda, para pekerja membuat lebih banyak peti mati setiap harinya. Seperti yang terlihat pada Rabu (11/8). Empat orang pekerja sibuk menyelesaikan pembuatan peti mati. Ada yang khusus di bagian pengamplasan dan memelitur peti mati. Pekerja lainnya menyiapkan lapisan alumunium foil untuk diletakkan dalam peti mati.

Yosi selaku pemilik UD Uci Tabitha memperhatikan karyawannya yang bekerja. Kadang ia harus turun tangan ikut membantu pengerjaan. “Ini pesanan peti mati dari rumah sakit untuk  pasien Covid-19 yang meninggal dunia,” kata Yosi kepada Kalteng Pos di kantor UD Uci  Tabitha, Jalan Argopuro No 24, Palangka Raya, kemarin.

Baca Juga :  Sinergisme Program Antarlembaga Terkait Terus Ditingkatkan

Usaha pembuatan peti mati yang dikenal dengan sebutan Tabitha ini merupakan salah satu usaha dagang yang secara khusus melayani jasa pembuatan peti dan perlengkapan pemakaman bagi warga yang meninggal dunia. Menurut Yosi, selama pendemi, terutama beberapa minggu terakhir ini, pihaknya disibukkan dengan pembuatan peti mati untuk pasien Covid-19 yang meninggal dunia.

Minimal harus membuat 15 peti mati dalam sehari. Semua peti mati itu dikerjakan para pekerja di berbagai tempat, yakni di Jalan Argopuro, work shop di Jalan Temanggung Tilung, Jalan Beliang, dan di wilayah Tangkiling.

“Di bengkel tempat saya ini sendiri, minimal harus menyelesaikan pembuatan lima peti mati dalam sehari,” kata Yosi sembari menunjuk ke arah karyawannya yang sedang menyelesaikan pembuatan peti mati.

Baca Juga :  Pasar Ramadan Ramai Diserbu Pengunjung

Yosi mengatakan, bahan pembuatan peti mati pesanan dari rumah sakit diperolehnya dari bandsaw yang berada sekitar Jalan Garuda. Jenis kayu yang dipilih Yosi untuk membuat peti mati adalah kayu alau. “Ini termasuk jenis kayu yang baik dan tahan lama,” ujar pria yang akrab dipanggil Uci ini.

Ia menambahkan, pembuatan satu peti mati berukuran standar (60 cm x 2 m) biasanya membutuhkan waktu sekitar dua jam. Sehingga rata-rata setiap satu pekerja menyelesaikan pembuatan tiga peti mati.

Dikatakan Yosi, saat ini ia mempekerjakan 14 orang karyawan. Terdiri atas 10 orang tukang yang membuat peti mati dan 4 orang pembantu tukang yang bertugas pada bagian finishing (penyelesaian akhir) .

“Kebanyakan bagian finishing diselesaikan di sini,” kata Yosi lagi.

PALANGKA RAYA-Masih tingginya angka kematian pasien Covid-19 di Palangka Raya, membuat pemilik usaha pembuatan peti mati atau peti jenazah bekerja ekstra. Selain melayani masyarakat umum, tempat pembuatan peti mati ini juga menerima pesanan dari rumah sakit. Selama pandemi ini, minimal harus ada 15 peti yang disiapkan dalam sehari.

Salah satu pelaku usaha pembuatan peti mati ini adalah UD Uci Tabitha. Selama pandemi melanda, para pekerja membuat lebih banyak peti mati setiap harinya. Seperti yang terlihat pada Rabu (11/8). Empat orang pekerja sibuk menyelesaikan pembuatan peti mati. Ada yang khusus di bagian pengamplasan dan memelitur peti mati. Pekerja lainnya menyiapkan lapisan alumunium foil untuk diletakkan dalam peti mati.

Yosi selaku pemilik UD Uci Tabitha memperhatikan karyawannya yang bekerja. Kadang ia harus turun tangan ikut membantu pengerjaan. “Ini pesanan peti mati dari rumah sakit untuk  pasien Covid-19 yang meninggal dunia,” kata Yosi kepada Kalteng Pos di kantor UD Uci  Tabitha, Jalan Argopuro No 24, Palangka Raya, kemarin.

Baca Juga :  Sinergisme Program Antarlembaga Terkait Terus Ditingkatkan

Usaha pembuatan peti mati yang dikenal dengan sebutan Tabitha ini merupakan salah satu usaha dagang yang secara khusus melayani jasa pembuatan peti dan perlengkapan pemakaman bagi warga yang meninggal dunia. Menurut Yosi, selama pendemi, terutama beberapa minggu terakhir ini, pihaknya disibukkan dengan pembuatan peti mati untuk pasien Covid-19 yang meninggal dunia.

Minimal harus membuat 15 peti mati dalam sehari. Semua peti mati itu dikerjakan para pekerja di berbagai tempat, yakni di Jalan Argopuro, work shop di Jalan Temanggung Tilung, Jalan Beliang, dan di wilayah Tangkiling.

“Di bengkel tempat saya ini sendiri, minimal harus menyelesaikan pembuatan lima peti mati dalam sehari,” kata Yosi sembari menunjuk ke arah karyawannya yang sedang menyelesaikan pembuatan peti mati.

Baca Juga :  Pasar Ramadan Ramai Diserbu Pengunjung

Yosi mengatakan, bahan pembuatan peti mati pesanan dari rumah sakit diperolehnya dari bandsaw yang berada sekitar Jalan Garuda. Jenis kayu yang dipilih Yosi untuk membuat peti mati adalah kayu alau. “Ini termasuk jenis kayu yang baik dan tahan lama,” ujar pria yang akrab dipanggil Uci ini.

Ia menambahkan, pembuatan satu peti mati berukuran standar (60 cm x 2 m) biasanya membutuhkan waktu sekitar dua jam. Sehingga rata-rata setiap satu pekerja menyelesaikan pembuatan tiga peti mati.

Dikatakan Yosi, saat ini ia mempekerjakan 14 orang karyawan. Terdiri atas 10 orang tukang yang membuat peti mati dan 4 orang pembantu tukang yang bertugas pada bagian finishing (penyelesaian akhir) .

“Kebanyakan bagian finishing diselesaikan di sini,” kata Yosi lagi.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/