Selasa, September 17, 2024
24.2 C
Palangkaraya

Sehari Siapkan Belasan Peti Mati

Yosi menuturkan, ia membuka usaha ini sekitar 2010 lalu. Dengan modal yang kecil, pria lulusan sarjana elektro Universitas 17 Agustus Surabaya ini berani memulai usaha jasa pembuatan peti mati.

“Tidak ada pengalaman membuat peti mati, hanya karena sering melihat dan modal berani saja,” kata bapak dari tiga orang anak ini.

Berkat ketekunan dan kesabaran, usahanya yang dijalankannya pelan-pelan berkembang hingga seperti sekarang ini. Dikatakan Yosi bahwa saat ini pihaknya menyediakan layanan jasa pengantaran peti mati untuk semua lapisan masyarakat dari berbagai agama, khususnya di wilayah Kota Palangka Raya. Juga  melayani pembuatan peti mati untuk warga yang meninggal dunia di berbagai rumah sakit yang ada di kota ini.

Baca Juga :  Sinergisme Program Antarlembaga Terkait Terus Ditingkatkan

Selain melayani pembuatan peti mati, UD Tabitha juga menyediakan jasa pengantaran jenazah ke tempat pemakaman. “Kami sering dihubungi pihak rumah sakit dari RS Doris, RS Bhayangkara, dan Siloam Hospital,” bebernya.

Yosi menjelaskan, harga jual satu peti mati berkisar Rp2-5 juta, tergantung jenis kayu yang digunakan untuk pembuatan peti mati.

Pembuatan peti mati bagi warga meninggal dunia normal (bukan karena terpapar Covid-19) biasanya menggunakan kayu jenis benuas yang harganya cukup mahal. “Ini kayu yang kuat dan bagus, memang berat saat mengangkatnya,” kata Yosi sembari tersenyum.

Dia menyebut, berat peti mati berbahan kayu benuas bisa mencapai 150 kg. Ia menambahkan, sebelum pendemi terjadi, pihaknya selalu menyiapkan 150 peti mati untuk stok jangka panjang dan disimpan di gudang.

Baca Juga :  Pasar Ramadan Ramai Diserbu Pengunjung

Yosi menjelaskan, stok itu sengaja disiapkan untuk digunakan sewaktu-waktu di saat darurat seperti peristiwa kecelakaan atau bencana alam yang merenggut banyak korban jiwa.

“Itu memang ready stoknya, disiapkan kalau tiba-tiba ada bencana seperti ada pesawat jatuh atau kejadian bencana alam,” terangnya.

Namun sejak pandemi melanda Kota Cantik, banyak permintaan dari rumah sakit untuk menyiapkan peti mati bagi pasien Covid-19 yang meninggal dunia. Dengan melonjaknya korban Covid-19, stok peti mati di gudang sempat ditingkatkan menjadi 200 peti.

“Tapi jumlah peti mati sekarang sudah berkurang, yang ada cuman 15 peti,” ungkapnya.

Yosi menuturkan, ia membuka usaha ini sekitar 2010 lalu. Dengan modal yang kecil, pria lulusan sarjana elektro Universitas 17 Agustus Surabaya ini berani memulai usaha jasa pembuatan peti mati.

“Tidak ada pengalaman membuat peti mati, hanya karena sering melihat dan modal berani saja,” kata bapak dari tiga orang anak ini.

Berkat ketekunan dan kesabaran, usahanya yang dijalankannya pelan-pelan berkembang hingga seperti sekarang ini. Dikatakan Yosi bahwa saat ini pihaknya menyediakan layanan jasa pengantaran peti mati untuk semua lapisan masyarakat dari berbagai agama, khususnya di wilayah Kota Palangka Raya. Juga  melayani pembuatan peti mati untuk warga yang meninggal dunia di berbagai rumah sakit yang ada di kota ini.

Baca Juga :  Sinergisme Program Antarlembaga Terkait Terus Ditingkatkan

Selain melayani pembuatan peti mati, UD Tabitha juga menyediakan jasa pengantaran jenazah ke tempat pemakaman. “Kami sering dihubungi pihak rumah sakit dari RS Doris, RS Bhayangkara, dan Siloam Hospital,” bebernya.

Yosi menjelaskan, harga jual satu peti mati berkisar Rp2-5 juta, tergantung jenis kayu yang digunakan untuk pembuatan peti mati.

Pembuatan peti mati bagi warga meninggal dunia normal (bukan karena terpapar Covid-19) biasanya menggunakan kayu jenis benuas yang harganya cukup mahal. “Ini kayu yang kuat dan bagus, memang berat saat mengangkatnya,” kata Yosi sembari tersenyum.

Dia menyebut, berat peti mati berbahan kayu benuas bisa mencapai 150 kg. Ia menambahkan, sebelum pendemi terjadi, pihaknya selalu menyiapkan 150 peti mati untuk stok jangka panjang dan disimpan di gudang.

Baca Juga :  Pasar Ramadan Ramai Diserbu Pengunjung

Yosi menjelaskan, stok itu sengaja disiapkan untuk digunakan sewaktu-waktu di saat darurat seperti peristiwa kecelakaan atau bencana alam yang merenggut banyak korban jiwa.

“Itu memang ready stoknya, disiapkan kalau tiba-tiba ada bencana seperti ada pesawat jatuh atau kejadian bencana alam,” terangnya.

Namun sejak pandemi melanda Kota Cantik, banyak permintaan dari rumah sakit untuk menyiapkan peti mati bagi pasien Covid-19 yang meninggal dunia. Dengan melonjaknya korban Covid-19, stok peti mati di gudang sempat ditingkatkan menjadi 200 peti.

“Tapi jumlah peti mati sekarang sudah berkurang, yang ada cuman 15 peti,” ungkapnya.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/