Sigit Ari Wibowo awalnya tidak memiliki minat menjadi abdi negara. Berawal dari coba-coba mendaftar, tak disangka pria 41 tahun itu justru berhasil melewati serangkaian seleksi. Kini ia menjabat sebagai Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Badan Kepegawaian Negara (BKN) Palangka Raya.
ANISA B WAHDAH, Palangka Raya
SIAPA sih yang tidak mengidam-idamkan menjadi seorang pegawai negeri sipil (PNS). Mungkin ada sebagian orang yang demikian. Namun, banyaknya peserta yang mendaftar pada penerimaan calon pegawai negeri sipil (CPNS) tiap tahun membuktikan bahwa profesi sebagai abdi negara jadi incaran banyak orang.
Ada yang memang betul-betul serius dan punya keinginan besar jadi abdi negara. Namun ada pula yang sekadar iseng mendaftar, tapi akhirnya lolos juga. Salah satunya Kepala Unit Pelaksana Tugas (UPT) Badan Kepegawaian Negara (BKN) Palangka Raya Sigit Ari Wibowo.
Tidak pernah terbayangkan sebelumnya oleh pria yang lahir di ibu kota negara, Jakarta, akan mengabdi pada negara dengan status sebagai pegawai negeri sipil (PNS). Tidak pula terbayangkan kehidupannya di Jakarta harus ditinggalkan, untuk memulai perjalanan baru di Kalimantan.
Menjadi abdi negara memang bukan cita-citanya. Bahkan status PNS yang melekat padanya saat ini bukanlah pekerjaan yang ia idam-idamkan. Ia lolos seleksi CPNS 2008 lalu hanya karena tak sengaja mendaftar.
Ketika peserta lain berlomba-lomba dan belajar dengan giat untuk lolos seleksi, tidak dengan Sigit. Kala itu ia hanya mengantar kakaknya untuk mendaftar penerimaan CPNS. Saat melihat ada formasi yang sesuai dengan latar belakang pendidikannya, ia pun tidak sengaja mendaftar untuk pertama kalinya.
Tak disangka ia lolos berbagai tahapan seleksi dan sah menjadi seorang abdi negara. Penempatan pertamanya di Kantor Regional 8 BKN Banjarmasin dengan status golongan IIIa.
Sigit mengisahkan, sebelum ia mengikuti tes penerimaan, terlebih dahulu ia meminta restu dari orang tua. Saat itu ia sudah punya firasat bahwa ia akan lolos dan ditempatkan di wilayah Kalimantan.
“Setelah lolos tahap administrasi, saya minta restu dan bertanya kepada orang tua, apakah mereka mengizinkan jika saat saya lolos seleksi CPNS dan ditempatkan di Kalimantan? Kebetulan saat itu orang tua saya mengizinkan,” katanya saat diwawancarai di UPT BKN Palangka Raya, belum lama ini.
Karena ia punya keyakininan akan lolos dan ditugaskan di tempat yang jauh dari keluarga, ia pun memerlukan restu dan saran orang tua untuk jalan hidupnya ke depan.
“Saat itu pendaftaran terpusat di BKN, kami tidak tahu di mana penempatannya, karena yang mengatur adalah Biro Kepegawaian BKN, berbeda dengan seleksi CPNS saat ini, karena peserta sudah tahu di mana penempatan nantiya jika lolos,” ucapnya saat dibincangi Kalteng Pos.
Ketika pindah ke Banjarmasin, ia mulai menjalani kehidupan yang jauh berbeda dari kehidupannya di Jakarta. Kemacetan lalu lintas di ibu kota tidak ia temukan lagi di Banjarmasin.
“Dua tahun menjadi PNS di Banjarmasin, saya akhirnya menikah. Setelah menikah, saya justru lebih banyak meluangkan waktu untuk keluarga,” tutur pria sudah bergolongan IIId saat ini.
Pria lulusan UPN Veteran Jogjakarta ini memiliki basic pendidikan sarjana komputer. Jabatan yang ia tempati pertama kali saat diangkat menjadi PNS yakni operator komputer. Selanjutnya jabatan fungsional pranata komputer, lalu menjadi Kasi Pemanfaatan Teknologi Informasi. Dan jabatan terakhir di BKN regional adalah sebagai Kasi Pengolahan Data. Ia mengabdi di Banjarmasin selama 12 tahun hingga pertengahan 2020.
“Lalu saya dapat amanah baru sebagai Kepala UPT BKN Palangka Raya pada Juni 2020 lalu,” sebut pria yang berulang tahun setiap 28 Agustus itu.
Karena tugas dan kewajiban, ia pun harus rela berpisah dengan keluarga (istri dan dua anaknya) karena ia harus menetap di Kota Palangka Raya. Apalagi saat itu ibu kota Kalteng ini sedang dilanda pandemi Covid-19.
“Memang berat harus terpisah dengan anak dan istri, tapi karena tugas, maka mau tak mau harus dijalankan, terlebih dalam kondisi pandemi ini, aktivitas sangat dibatasi, jadi tidak bisa bolak-balik Banjarmasin-Palangka Raya dalam waktu yang dekat,” ucapnya.
Sigit memutuskan untuk tidak membawa serta keluarganya ke Palangka Raya, karena sangat mungkin akan ada lagi rotasi jabatan. Namun sebelum pelaksanaan SKD di UPT Palangka Raya pada 2 Oktober lalu, istri dan kedua anaknya didatangkannya ke Kota Cantik ini.
“Dengan adanya SKD ini, maka selama tiga puluh hari penuh saya harus berada di tempat (UPT BKN, red), dari pagi hingga sore,” ujar pria kelahiran 1980.
Mengenai obsesi masyarakat yang tinggi terhadap profesi PNS, Sigit menyebut bahwa pada dasarnya saat ini tuntutan sebagai PNS makin tinggi. Semua PNS harus profesional. Juga ada banyak aturan serta ketentuan yang harus dipatuhi. PNS zaman sekarang dituntut harus berkompetensi.
“Menurut saya, PNS tidak segalanya. Jika tertolak CPNS ini, bisa jadi pengalaman dan peluang untuk dapat pekerjaan yang lebih baik. Mungkin budaya orang dahulu yang mengatakan bahwa PNS dengan gaji sedikit tapi bisa mencukupi, ini mungkin yang memengaruhi mental seseorang,” ujarnya sembari menambahkan bahwa terkadang profesi sebagai PNS itu dianggap menjanjikan, tapi pekerjaan swasta juga tak kalah bagus, karena seseorang lebih leluasa untuk bisa berkarya. (*/ce/ala)