Rabu, Juli 3, 2024
24 C
Palangkaraya

Bahan Pokok di Pasaran Terus dipantau

BUNTOK – Pemerintah Kabupaten Barito Selatan melalui Dinas Perdagangan, Koperasi  dan Usaha Kecil Menengah (Disdakop UKM) setempat terus memantau ketersediaan bahan pokok di pasaran. Pemantauan itu perlu dilakukan rutin untuk mengantisipasi jangan sampai terjadi krisis hingga berujung pada lonjakan harga

“Kita akan terus melakukan pemantauan, dan pengawasan terhadap bahan pokok yang dijual di pasaran,” kata Kepala Disdagkop dan UKM Barsel Swita Minarsih di ruang kerjanya, Kamis (16/7).

Hal itu, lanjut dia, dilakukan agar tidak terjadi penimbunan bahan pokok seiring dengan mewabahnya Corona Virus Disease 19 (Covid-19) di daerah setempat.

Menurut dia, berdasarkan hasil pemantauan petugas di lapangan, ketersediaan bahan pokok yang dijual di pasaran masih tersedia, dan dinyatakan cukup.

Baca Juga :  Awasi HET secara Ketat

“Hanya yang menjadi permasalahan terkait dengan gula yang mengalami kelangkaan, dan meskipun ada harganya, tapi sudah mahal, antara Rp 16 ribu hingga Rp 18 ribu per kilogramnya,” akuinya.

Berdasarkan hasil koordinasi dengan Dinas Perdagangan seluruh Indonesia, langka dan mahalnya harga gula tersebut bukan hanya terjadi di Barito Selatan, tetapi terjadi di daerah lainnya di seluruh Indonesia.

Hal itu dikarenakan pasokan gula yang terbatas. Berdasarkan informasi dari Kementerian Perdagangan, sekitar beberapa minggu ke depan pasokan gula akan masuk. “Dengan masuknya pasokan gula itu, maka harga gula bisa stabil kembali,” ungkapnya.

Ia menyampaikan, pihaknya juga akan terus melakukan operasi pasar dengan tim terpadu untuk memantau dan pengawasan bahan pokok. “Kita juga sebelumnya telah melaksanakan operasi pasar memantau bersama dengan tim terpadu dan juga bersama dengan satgas pangan,” tegasnya.

Baca Juga :  Aktivitas Warga di Kapuas dan Kobar Dibatasi, Warga Diharapkan Tetap di Rumah

Minarsih berharap kepada masyarakat agar jangan menimbun barang, dan beli secukupnya saja. Apabila bahan pokok terjadi kelangkaan, maka harganya akan mahal, dan tentunya itu merugikan masyarakat. (ner/ens)

BUNTOK – Pemerintah Kabupaten Barito Selatan melalui Dinas Perdagangan, Koperasi  dan Usaha Kecil Menengah (Disdakop UKM) setempat terus memantau ketersediaan bahan pokok di pasaran. Pemantauan itu perlu dilakukan rutin untuk mengantisipasi jangan sampai terjadi krisis hingga berujung pada lonjakan harga

“Kita akan terus melakukan pemantauan, dan pengawasan terhadap bahan pokok yang dijual di pasaran,” kata Kepala Disdagkop dan UKM Barsel Swita Minarsih di ruang kerjanya, Kamis (16/7).

Hal itu, lanjut dia, dilakukan agar tidak terjadi penimbunan bahan pokok seiring dengan mewabahnya Corona Virus Disease 19 (Covid-19) di daerah setempat.

Menurut dia, berdasarkan hasil pemantauan petugas di lapangan, ketersediaan bahan pokok yang dijual di pasaran masih tersedia, dan dinyatakan cukup.

Baca Juga :  Awasi HET secara Ketat

“Hanya yang menjadi permasalahan terkait dengan gula yang mengalami kelangkaan, dan meskipun ada harganya, tapi sudah mahal, antara Rp 16 ribu hingga Rp 18 ribu per kilogramnya,” akuinya.

Berdasarkan hasil koordinasi dengan Dinas Perdagangan seluruh Indonesia, langka dan mahalnya harga gula tersebut bukan hanya terjadi di Barito Selatan, tetapi terjadi di daerah lainnya di seluruh Indonesia.

Hal itu dikarenakan pasokan gula yang terbatas. Berdasarkan informasi dari Kementerian Perdagangan, sekitar beberapa minggu ke depan pasokan gula akan masuk. “Dengan masuknya pasokan gula itu, maka harga gula bisa stabil kembali,” ungkapnya.

Ia menyampaikan, pihaknya juga akan terus melakukan operasi pasar dengan tim terpadu untuk memantau dan pengawasan bahan pokok. “Kita juga sebelumnya telah melaksanakan operasi pasar memantau bersama dengan tim terpadu dan juga bersama dengan satgas pangan,” tegasnya.

Baca Juga :  Aktivitas Warga di Kapuas dan Kobar Dibatasi, Warga Diharapkan Tetap di Rumah

Minarsih berharap kepada masyarakat agar jangan menimbun barang, dan beli secukupnya saja. Apabila bahan pokok terjadi kelangkaan, maka harganya akan mahal, dan tentunya itu merugikan masyarakat. (ner/ens)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/