“Saya minta penyaluran bansos bisa selesai sebelum minggu ketiga September. Kasihan para KPM itu. Tidak ada yang sulit pak, kalau kita bersungguh-sungguh,” kata Risma dalam rapat itu, kemarin.
Hal yang juga dibahas saat itu adalah proses penyaluran bansos yang menghadapi tantangan geografis. Wilayah Kalteng didominasi lahan gambut, rawa, dan sungai. Untuk mengatasi kendala tersebut, Risma meminta Himbara dan pendamping menyalurkan bantuan sekaligus, yakni dengan menyalurkan langsung kepada KPM PKH dan BPNT.
“Saya minta Himbara mempermudah pemenuhan kebutuhan hak-hak KPM. Kasihan pak, mereka itu orang miskin yang membutuhkan bantuan,” tegas Risma.
Kepada semua pihak terkait, pihaknya meminta untuk berhati-hati dengan data. Misalnya, saat diketahui bahwa bansos tidak sampai sasaran karena alamatnya tidak diketahui, tidak berarti bantuan itu tidak disalurkan.
“Kalau ternyata orangnya meninggal karena kelaparan, dosa kita pak. Jadi mari kita bersungguh-sungguh menjalankan amanah ini,” ucapnya.
Risma meminta agar Bank Himbara mendekatkan pelayanannya ke tempat tinggal KPM. Dalam jangka panjang, pihaknya akan menyiapkan peraturan khusus yang bisa menjadi payung hukum Himbara dalam menyalurkan bansos sekaligus.
“Untuk kawasan dengan banyak tantangan alam seperti di Kalteng ini, memang perlu pendekatan khusus. Saya akan siapkan aturan dalam penyaluran bansos menggunakan pendekatan geografis, bukan sekadar administratif,” ujar dia.
Pihaknya juga mengevaluasi pencairan bantuan sosial di Bumi Tambun Bungai. Mensos meminta pihak bank, pemerintah daerah, dan semua pihak terkait untuk memprioritaskan pelayanan kepada KPM yang kehidupannya makin berat karena terdampak pandemi.
Sementara itu, Wakil Gubernur (Wagub) Kalteng H Edy Pratowo mengatakan, kehadiran Mensos RI Tri Risma Harini di Kalteng merupakan bentuk perhatian pemerintah pusat untuk daerah. “Kita harus memikirkan solusi jangka panjang, kejadian bencana ini jangan sampai terus terulang,” tegasnya.
Sementara itu, koordinator dapur umum di Jalan Mendawai, Hilmi Zulkarnain mengatakan, keberadaan dapur umum menyesuaikan kondisi banjir. Meski kondisi air sudah berangsur surut di wilayah Jalan Mendawai dan sekitarnya, tapi dapur umum masih terus dibuka untuk melayani kebutuhan masyarakat.
“Kami memilih lokasi dapur umum yang letaknya lebih tinggi dan tidak tergenang air,” katanya saat diwawacara usai peninjauan di Jalan Mendawai, Kota Palangka Raya, Kamis (16/9).
Dapur umum ini, lanjut dia, memfasilitasi masyarakat yang memang tidak bisa memasak selama banjir. Makanan dibagikan kepada masyarakat dua kali dalam sehari, yakni siang dan malam.
“Untuk mereka yang terdampak banjir tapi masih bisa memasak, maka kami hanya bantu menyiapkan bahan pangannya saja,” bebernya.
Terpisah, warga bernama Patmah mengatakan, setiap tahun ia selalu menjadi korban banjir. Setiap tahun rumahnya selalu tergenang air.
“Di depan rumah tinggi air selutut, setiap tahun kami mengalami banjir, tidak bisa melakukan aktivitas, karena semua jalan terendam air,” ucapnya.