Kamis, November 21, 2024
24.5 C
Palangkaraya

Nekat Bertahan dari Kepungan Banjir, Terjebak Tiga Hari di Rumah

Permukiman penduduk di bantaran Sungai Kahayan tergenang banjir. Kian hari debit air makin tinggi hingga mencapai 1,5 meter. Banjir yang terjadi di Kota Palangka Raya kali ini disebut-sebut yang terparah dalam dua dekade terakhir.

PATHUR RAHMAN, Palangka Raya

ARMADA Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Palangka Raya lalu lalang pergi dan kembali ke pos komando (posko) banjir. Tidak sedikit warga yang terjebak di tengah kepungan banjir. Salah satunya di seputaran kawasan Jalan Mendawai, Kelurahan Palangka, Kecamatan Jekan Raya. Warga yang terjebak, dievakuasi oleh petugas gabungan menggunakan perahu karet. 

Petugas membawa warga menuju posko pengungsian di Jalan Arut. Ketika Kalteng Pos mengunjungi posko kemarin siang, sudah ada sekitar 18 orang warga. Terdiri dari 2 balita, 9 anak, 1 lansia, dan 6 orang dewasa.

Baca Juga :  Laga Penentuan Spanyol dan Argentina

Zaida, seorang lansia yang baru saja dievakuasi petugas, mengaku kesulitan dan bingung beribadah di rumahnya, karena genangan air sudah setinggi pinggang orang dewasa. Sehingga dirinya meminta bantuan kepada keponakannya untuk menghubungi petugas posko Jalan Arut untuk proses evakuasi, karena dirinya sendiri bingung mau menggunakan apa berangkat menuju posko.

“Banjir ini adalah yang paling parah dalam dua dekade terakhir, mendawai memang langganan banjir, tapi kali ini yang paling parah dan paling besar,” ucap Zaidah.

Zaidah mengatakan, dirinya mau dievakuasi lantaran untuk mendapatkan tempat beribadah yang aman dan nyaman. “Saya ingin berdoa kepada Allah Swt supaya air cepat surut dan kami bisa cepat kembali ke rumah,” ucapnya sambil sesekali mengelap kakinya dengan handuk.

Baca Juga :  Sugianto Gelorakan Semangat Menanam Pohon
PENGUNGSIAN: Warga yang rumahnya terdampak banjir memilih mengungsi ke posko pengungsian di kompleks Pasar Kahayan, Selasa (16/11). FOTO: DENAR/KALTENG POS

Di tempat yang sama, seorang warga Jalan Mendawai, Upik mengungkapkan bahwa dirinya bersama istri dan anak sudah tiga hari terjebak di rumah akibat banjir. Berharap banjir segera surut, justru yang terjadi malah terus meninggi.

“Kami tiga hari terjebak banjir di rumah, untuk makan pun seadanya saja apa yang ada di rumah, melihat air di jalan depan rumah sudah setinggi dada orang dewasa dan terus meninggi, akhirnya kami putuskan mengungsi,” tuturnya sambil menggendong putri kecilnya.

Permukiman penduduk di bantaran Sungai Kahayan tergenang banjir. Kian hari debit air makin tinggi hingga mencapai 1,5 meter. Banjir yang terjadi di Kota Palangka Raya kali ini disebut-sebut yang terparah dalam dua dekade terakhir.

PATHUR RAHMAN, Palangka Raya

ARMADA Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Palangka Raya lalu lalang pergi dan kembali ke pos komando (posko) banjir. Tidak sedikit warga yang terjebak di tengah kepungan banjir. Salah satunya di seputaran kawasan Jalan Mendawai, Kelurahan Palangka, Kecamatan Jekan Raya. Warga yang terjebak, dievakuasi oleh petugas gabungan menggunakan perahu karet. 

Petugas membawa warga menuju posko pengungsian di Jalan Arut. Ketika Kalteng Pos mengunjungi posko kemarin siang, sudah ada sekitar 18 orang warga. Terdiri dari 2 balita, 9 anak, 1 lansia, dan 6 orang dewasa.

Baca Juga :  Laga Penentuan Spanyol dan Argentina

Zaida, seorang lansia yang baru saja dievakuasi petugas, mengaku kesulitan dan bingung beribadah di rumahnya, karena genangan air sudah setinggi pinggang orang dewasa. Sehingga dirinya meminta bantuan kepada keponakannya untuk menghubungi petugas posko Jalan Arut untuk proses evakuasi, karena dirinya sendiri bingung mau menggunakan apa berangkat menuju posko.

“Banjir ini adalah yang paling parah dalam dua dekade terakhir, mendawai memang langganan banjir, tapi kali ini yang paling parah dan paling besar,” ucap Zaidah.

Zaidah mengatakan, dirinya mau dievakuasi lantaran untuk mendapatkan tempat beribadah yang aman dan nyaman. “Saya ingin berdoa kepada Allah Swt supaya air cepat surut dan kami bisa cepat kembali ke rumah,” ucapnya sambil sesekali mengelap kakinya dengan handuk.

Baca Juga :  Sugianto Gelorakan Semangat Menanam Pohon
PENGUNGSIAN: Warga yang rumahnya terdampak banjir memilih mengungsi ke posko pengungsian di kompleks Pasar Kahayan, Selasa (16/11). FOTO: DENAR/KALTENG POS

Di tempat yang sama, seorang warga Jalan Mendawai, Upik mengungkapkan bahwa dirinya bersama istri dan anak sudah tiga hari terjebak di rumah akibat banjir. Berharap banjir segera surut, justru yang terjadi malah terus meninggi.

“Kami tiga hari terjebak banjir di rumah, untuk makan pun seadanya saja apa yang ada di rumah, melihat air di jalan depan rumah sudah setinggi dada orang dewasa dan terus meninggi, akhirnya kami putuskan mengungsi,” tuturnya sambil menggendong putri kecilnya.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/