Meski bisnis peternakan kelinci ini menjanjikan, tapi Doni pernah mengalami masa sulit kala awal memulai usaha ini. Saat itu sekitar 20 bayi kelinci mati karena diserang tikus. Ya, karena tikus merupakan salah satu musuh atau hama bagi kelinci.
“Karena itu, harus rutin membersihkan kandang kelinci ya, agar tikus-tikus tidak berani datang dan menyerang bayi-bayi kelinci,” ujar Doni.
Belajar dari pengalamannya itu, Doni memutuskan untuk memelihara kurang lebih lima ekor marmut sebagai cleaning service yang bertugas membersihkan sisa-sisa kotoran kelinci.
Setelah dua tahun beternak kelinci, Doni menyimpulkan bahwa perawatan kelinci cukuplah mudah. Asalkan selalu menjaga kebersihan kandang. Selain itu, pakan kelinci pun dipastikan selalu tersedia.
Pakan yang digunakan Doni adalah rumput odot, yang merupakan rumput khusus untuk pakan kelinci. Rumput odot ini tidak dibelinya, karena ia membudidayakan rumput itu di halaman depan rumah.
Rumput odot dipilih sebagai pakan kelinci karena memiliki kandungan gizi yang baik dan cukup kompleks untuk perkembangbiakan kelinci. Dengan begitu, kelinci-kelinci yang dirawat Doni tak membutuhkan perawatan tambahan seperti pemberian vitamin.
Saat ini, untuk anak kelinci berusia dua bulanan tidak lagi dijual Rp60.000 per ekor, tapi naik menjadi Rp100.000 per ekor. Doni mengaku bahwa pemasaran kelinci tidak hanya di dalam Kota Palangka Raya, tapi juga menjangkau hingga luar kota, seperti Kapuas, Mentangai, Tumbang Talaken, Pangkoh, Kurun, Sampit, dan bahkan sampai wilayah Barito Kuala.
“Alhamdulillah meskipun di tengah situasi dan kondisi pandemi Covid-19, penjualan kelinci tidak berpengaruh, tetap lancar, pemasaran pun lumayan, bahkan sampai ke luar kota,” terangnya.
Pada momen yang sama, Doni juga mengutarakan harapannya agar pemerintah juga memberi perhatian kepada para peternak kelinci di Palangka Raya. Tidak hanya kepada peternak kambing, sapi, dan lainnya.