Sejak senin hingga kemarin, ia masih datang ke pasar untuk mencoba menyelamatkan barang dagangan. Seperti bawang yang terendam dibersihkan, lalu dipilah antara yang rusak dan yang masih bisa diselamatkan. Tiga hari datang ke lapak, ia mengaku pendapatan sangat berkurang dibandingkan hari-hari sebelumnya.”Tentu pendapatan turun, ada saja orang datang belanja, tapi hanya hitungan jari saja,” sebutnya.”Kami hanya setengah hari saja, siang kami pulang, lalu sore kembali lagi untuk cek kondisi air dan barang-barang dagangan,” lanjutnya.
Beruntung, stok barang jualan di gudang sudah diamankan sebelum banjir datang. Minggu siang barang-barang di gudang sudah dinaikkan ke tempat yang tinggi.”Sabtu barang baru saja datang, kami naikkan ke posisi lebih tinggi, Minggu malam pasar sudah terendam,” ujarnya.
Barang-barang pesanan itu tidak semua datang hari itu. Terpaksa, ia harus membatalkan pemesanan barang yang lainnya. “Ada beberapa pesanan stok yang belum diantar, terpaksa kami batalkan,” jawab dia.Dengan kondisi seperti ini, ia tetap mengharapakan ada yang laku terjual meski tak banyak. Untuk menutup pembayaranan dagangan saja, tidak bisa dibayar sepenuhnya, hanya setengah.
“Belum lagi mikir untuk bayar utang, jadi kami hanya bisa membayar utang setengah saja, mau bagaimana lagi, kan tidak ada pemasukan seperti biasa,” ucapnya.
Perempuan berkerudung ini menyebut bahwa selama sepuluh tahun ia mencari rezeki di Pasar Kahayan, tidak pernah terjadi banjir hingga ke bagian dalam area pasar. Walaupun turun hujan air Sungai Kahayan meluap, tidak sampai masuk ke dalam pasar.
“Selama sepuluh tahun jualan di sini, baru kali ini pasar banjir, rumah kontrakan saya di Jalan Mendawai sudah terendam, sekarang malah dagangan juga ikut terendam,” katanya.Salah satu pembeli yang datang mengaku terpaksa harus ke pasar karena harus membeli keperluan makan. Padahal kondisi rumahnya saat ini juga tengah terendam.“Rumah kami di Jalan Pelatuk terendam banjir juga, kami menyewa di sana, bisa tidak bisa harus masuk,” pungkasnya. (*/ce/ala)