PALANGKA RAYA-Kondisi keterisian tempat tidur atau bed occupancy rate (BOR) menjadi salah satu indikasi untuk mengukur naik turunnya kasus Covid-19. Namun, kondisi keterisian tempat tidur sebagai tanda peningkatan status perlu dilihat lebih detail. Apakah karena kenaikan kasus atau tingginya tracking di lapangan.
Berdasarkan data per Jumat (18/6), tercatat tingkat keterisian tempat tidur di rumah sakit (RS) se-Kalteng ini berada di angka 42,3 persen. Atau dari 1.196 jumlah keseluruhan tempat tidur disiapkan, yang sudah terisi sebanyak 506.
Ketua Pelaksana Harian Satgas Covid-19 Erli Hardi mengatakan, pada dasarnya angka keterisian tempat tidur di Kalteng ini masih berada di bawah angka nasional. “Keterisian tempat tidur di Kalteng ini berada di bawah 50 persen,” katanya saat diwawancarai di Aula Jayang Tingang, Kantor Gubernur Kalteng, Kamis (17/6).
Diungkapkannya, beberapa hari ini memang ada penurunan reproduksi efektif atau RT. Pihaknya berharap akan terus menurun ke depannya. Memang kenaikan kasus yang terjadi juga dikarenakan adanya upaya tracking yang dilakukan secara masif.
“Dengan lebih cepatnya dilakukan tracking, maka lebih cepat pula masyarakat yang diberi treatment, seperti yang dilakukan di Kota Palangka Raya yang sempat naik angka kasusnya karena dilakukan giat tracking, tapi setelah itu angka kasus justru menurun,” ungkapnya.
Bahkan, pihaknya menyebut makin banyak orang yang di-tracking, maka makin baik pula dampaknya. Dengan demikian penularan kasus di lapangan bisa diketahui dan segera ditangani.
“Tidak ada standar dari satu orang terpapar harus berapa yang di-tracking, karena makin banyak yang di-tracking justru makin bagus,” tegasnya.
Pihaknya berharap adanya kerja sama dari masyarakat yang terpapar covid-19 untuk memberikan informasi yang benar dan lengkap. Lantaran virus ini tidak terlihat oleh mata telanjang. Kapan dan di mana penularannya pun sulit diketahui.
“Sehingga kejujuran pasien sangat diperlukan, dengan demikian mempermudah petugas melakukan pelacakan sehingga dapat terdeteksi semua yang pernah berkontak dengan pasien,” pungkasnya.
Terpisah, Direktur Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Palangka Raya dr Abram Sidi Winasis melalui Kepala Bidang Humas dan Instalasi Gawat Darurat (IGD) Kota Palangka Raya Hendra Panguntaun menyampaikan, saat ini ada 46 tempat tidur yang tersedia di RSUD Kota, termasuk rumah sakit perluasan.
Dibeberkannya, total pasien yang dirawat di RSUD Kota Palangka Raya sebanyak 32 orang. RSUD kota memiliki 50 tempat tidur yang disiapkan untuk penanganan pasien. Ada sekitar 18 tempat tidur yang kosong saat ini.
Sedangkan di RS Perluasan Hotel Batu Suli, ada 92 orang pasien yang sedang dirawat. Kapasitas dari RS perluasan mampu menampung sekitar 120 orang. Saat ini masih menyisakan 28 tempat tidur yang kosong.
Berdasarkan data tersebut, dapat disimpulkan bahwa RSUD Kota Palangka Raya beserta RS perluasan statusnya tidak overload. Persentase pasien yang dirawat di RSUD Kota kurang lebih 60 persen, sedangkan di RS perluasan 75 persen.
Pihaknya tak ingin ke depannya muncul lagi klaster baru maupun lonjakan kasus Covid-19. Sebaliknya berharap agar kasus Covid-19 terus melandai atau menurun seiring bergantinya hari.
“Pandemi belum berakhir teman-teman, ayo tetap jaga pola hidup bersih dan sehat dengan menerapkan protokol kesehatan secara ketat, serta tetap mengonsumsi buah-buahan dan sayur,” ucapnya.
Sementara itu, Kepala Tim Tracking Covid-19 Kota Palangka Raya Irma serta Fransiska selaku koordinator tim mengaku sedang sibuk mengikuti pertemuan sehingga belum bisa memberikan komentar saat dihubungi Kalteng Pos. (abw/ahm/ce/ala)