Tak hanya kelelahan, petugas juga mengalami kekurangan waktu istirahat, bahkan sampai lupa makan. Apalagi beberapa waktu terakhir ini kasus kematian di Kota Palangka Raya sangat tinggi. Dalam sehari bisa sepuluh jenazah pasien Covid-19 yang ditangani.
“Di sisi lain kami juga punya tanggung jawab kepada keluarga dan anak-anak kami di rumah, saya pribadi berterima kasih kepada pihak sekolah yang memberikan kelonggaran kepada saya yang sering telat mengumpulkan tugas anak-anak karena kelelahan kerja di ruang jenazah ini,” kisahnya.
“Bahkan pernah saya bersama tim tiga hari tiga malam tidak pulang rumah. Tergeletak di beberapa sudut ruangan akibat kelelahan,” tambahnya.
Sementara itu, Kepala Unit Ambulans RSDS Palangka Raya Suryanto mengatakan, saat ini pihaknya memiliki delapan orang sopir yang juga bertugas memakamkan jenazah pasien Covid-19. Petugas pemakaman terdiri dari satu sopir dan tiga orang pengangkat peti.
“Sebenarnya semua mereka itu sopir, tapi sekarang juga bertugas memakamkan jenazah Covid-19,” ujar Suryanto.
Kedelapan sopir ini sudah pernah terpapar Covid-19. Saat ini satu orang masih dalam perawatan karena terkonfirmasi positif Covid-19. “Sudah menjadi tugas mereka, jadi selepas sembuh dari terpapar Covid-19, mereka bekerja kembali seperti biasa,” katanya.
Delapan orang ini dibagi dalam dua tim. Satu tim beranggotakan empat orang. Sistem kerja bergantian. Namun karena saat ini angka kematian pasien tinggi, kedua tim diturunkan bersamaan.
“Terlebih saat harus memakamkan jenazah di tengah terik matahari sembari mengenakan APD lengkap, panasnya luar biasa, mereka sangat kelelahan,” pungkasnya. (abw/ce/ala)