“Kami sebagai anak melihat beliau sebagai sosok yang adil bagi seluruh anak dan cucu, hampir seluruh anggota keluarga dibantu,” katanya saat dibincangi Kalteng Pos, beberapa waktu lalu.
Hal itu karena melihat dari kehidupan ayahnya yang berangkat dari nol. Menjadi motivasi untuk empati kepada sesama yang membutuhkan. Pria yang akrab disapa Rizky Badjuri itu mengakui bahwa kekuatan ayahnya selama ini yakni memperkuat silaturahmi.
“Saya mendapat amanah dari ayah menjadi anak laki-laki yang bisa meneruskan dan bertanggung jawab terhadap keluarga,” katanya.
Pesan itu merupakan amanah yang harus dijalankan. Menjaga silaturahmi dan memenuhi amanah sang ayah untuk bisa bertanggungjawab terhadap keluarga. Sebelum mengembuskan napas terakhir, sang ayah berpesan untuk dimakamkan di Wonosobo, tempat tinggal kakak perempuannya saat ini.
“Kami dua bersaudara, saya punya kakak perempuan yang sudah menikah dan saat ini tinggal di Wonosobo, Jawa Tengah, untuk menjaga silaturahmi dengan kakak agar tidak terputus, karena sudah tidak tinggal di Kalteng lagi, maka dengan memakamkan ayah saya di Wonosobo, maka akan terus terjalin silaturahmi dengan kakaknya,” beber Rizky.
Sebelum berpulang, ayahnya sempat menyebut soal kecintaannya terhadap Bumi Tambun Bungai. Merasa senang apabila ada yang bisa mengharumkan nama Kalteng melalui prestasi di luar Kalteng.
“Bahkan ayah saya berpesan agar saya bisa lebih daripada beliau, karena keinginan orang tua tentu anaknya harus lebih baik dari orang tua,” tegasnya.
Karakter, sifat, serta semangat sang ayah menjadi bekal Rizky Badjuri untuk berusaha mewujudkan keinginan ayahnya. Apalagi, perjuangan ayahnya tidaklah mudah. Meniti karier dari jabatan dan golongan rendah saat itu I/d hingga bergolongan IV/e.
“Perjuangan beliau memang dari titik rendah hingga menjadi putra daerah yang berkareir di pusat (Jakarta, red), apalagi nama beliau lengket dengan nama saya, maka saya akan berusaha untuk meneladani beliau,” pungkasnya. (*/ce/ala)