PALANGKA RAYA-Seiring dengan melonjaknya kasus Covid-19 di kabupaten/kota se-Kalteng, kebutuhan akan oksigen di fasilitas kesehatan (faskes) yang menangani pasien terpapar Covid-19 sangat tinggi. Dalam proses penyembuhan (treatment), pasien yang bergejala ringan, sedang, hingga berat sangat memerlukan bantuan oksigen. Bahkan dalam sehari, jumlah oksigen yang digunakan untuk pelayanan kepada pasien mencapai delapan ton atau 8.000 liter.
Kondisi ini membuat pemerintah provinsi (pemprov) sangat sigap menjaga stok oksigen. Karena selain obat-obatan, oksigen juga harus tersedia dalam penanganan pasien Covid-19.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kalteng Suyuti Syamsul mengatakan, pada dasarnya kebutuhan oksigen di Kalteng masih fluktuatif. Sebelumnya keperluan oksigen se-Kalteng mencapai sepuluh ton per hari, tapi saat ini sudah turun menjadi sekitar tujuh hingga delapan ton per hari.
“Dengan penurunan ini, ketersediaan oksigen di Kalteng diyakini bisa lebih panjang,” katanya saat diwawancarai di halaman Kantor Gubernur Kalteng, Jumat (20/8).
Suyuti menyebut, persediaan oksigen di tiap rumah sakit (RS) berbeda-beda. RS yang memiliki tangki cair, bisa bertahan hingga delapan hari. Namun RS yang menggunakan tabung, daya tampung hanya sekitar dua hingga tiga hari saja.
“Tapi saat ini oksigen konsentrator yang kami bagikan juga bisa membantu cukup banyak, karena analisis kami oksigen konsentrator itu bisa menghemat hingga sepuluh persen,” tuturnya kepada awak media.
Suyuti menambahkan, penurunan penggunaan oksigen ini tentu beriringan dengan menurunya angka kasus terkonfirmasi Covid-19 di Kalteng, sehingga jumlah pasien yang dirawat menurun. Hal ini, lanjut dia, karena pemerintah sudah menyediakan isolasi terpusat, sehingga berdampak pada berkurangnya pasien-pasien yang bergejala berat.
“Efisiensi keperluan oksigen yang biasanya diberikan 40 liter per menit, sekarang hanya 5 hingga 10 liter per menit,” bebernya.