Hampir tidak ada perbedaan layanan antara PAUD reguler dan PAUD Gratis. Keduanya memberikan catatan evaluasi belajar untuk anak didiknya. Hanya saja dalam PAUD reguler SMM dengan biaya per bulan Rp 200 ribu, anak didiknya punya kesempatan belajar langsung dengan guru. Anak-anak yang memilih ikut PAUD Gratis hanya bisa menonton rekaman. Selain itu, anak-anak PAUD reguler punya sesi datang ke sekolah ketika nanti sudah mendapatkan lampu hijau dari pemerintah di tengah pandemi Covid-19. Sementara, untuk anak-anak PAUD Gratis, pembelajaran 100 persen dilakukan secara online. Perbedaan lainnya adalah anak-anak PAUD reguler mendapatkan kiriman tool kit dua bulan sekali. Salah satu tool kit adalah alat penunjang pembelajaran.
Ridha Hany, salah satu orang tua murid PAUD Gratis, ikut terlibat dalam jalannya pengembangan kurikulum PAUD Gratis. Selain itu, dengan sistem pembelajaran online, jarak antara anak didik, orang tua, dan guru tidak terpisahkan. ”Materi belajar yang disiapkan mampu mendekatkan satu sama lainnya. Pihak sekolah juga terbuka dengan masukan dari orang tua anak didik,” katanya.
Untuk pembelajaran sehari-hari, PAUD SMM bekerja sama dengan aplikasi belajar Sekolah.mu. Materi-materi belajar bisa disimak dalam aplikasi tersebut. Materi bahan ajarnya sangat beragam dengan judul-judul yang menarik. Contohnya adalah Belajar Seru di Bulan Ramadan. Ada pula materi bimbingan membaca Al-Qur’an untuk anak-anak PAUD.
Kepala SMM Laksmi Mayesti W menuturkan, melalui Sekolah PAUD Gratis, pihaknya ingin ikut berkontribusi menciptakan layanan pendidikan usia dini terbaik. Dengan metode yang berfokus pada penyesuaian tumbuh kembang anak-anak di Indonesia. Sekolah PAUD Gratis memiliki misi untuk memberikan mutu layanan pendidikan yang terintegrasi secara digital dan terpersonalisasi.
Kurikulum yang mereka susun menekankan proses belajar yang berfokus pada sembilan kompetensi masa depan. Yaitu, kompetensi yang berorientasi pada tindakan, inovatif, cerdas, reflektif, mandiri, dan berkomitmen. ”Juga menumbuhkan jiwa berprinsip, komunikatif, dan kerja sama pada anak didik,” tuturnya. (*/c14/ttg/ce/jpg)