“Pantauan kami, arus lalu lintas cukup padat di akhir pekan, kami juga mengimbau kepada pengemudi mobil berukuran kecil seperti jenis sedan, Agya, hingga Mobilio agar jangan paksa untuk melintas, karena rawan mogok saat melewati genangan air yang cukup dalam, nantinya berimbas pada kemacetan lalu lintas,” bebernya.
Demi kelancaran arus lalu lintas, pihak Satlantas Polres Pulpis juga menyiagakan personel di titik lokasi banjir, guna melakukan pengaturan lalu lintas dengan sistem buka tutup, agar tidak terjadi penumpukan kendaraan dan menyebabkan kemacetan panjang.
“Kami beri imbauan kepada pengendara supaya berhati-hati saat melintas dan tidak memaksakan kendaraan, karena ada banyak yang terjebak saat melintas,” tuturnya.
Sementara itu, tak sedikit warga di sekitar lokasi banjir mewarkan jasa untuk menyeberangkan kendaraan roda dua, menggunakan perahu tradisional yang dimodifikasi agar bisa mengangkut hingga 3 kendaraan sekali berangkat. Pengendara roda dua harus mengeluarkan biaya tambahan mulai dari Rp15 ribu hingga Rp30 ribu rupiah.
Sedangkan untuk pengemudi mobil yang ragu-ragu menerobos banjir, ditawarkan jasa menarik kendaraan supaya tak hanyut saat melintas. Ongkosnya sekitar Rp30 ribu. Sedangkan untuk sewa jasa angkut derek dikenakan tarif hingga Rp300 ribu rupiah. Walau lebih mahal biayanya, tapi kendaraan dipastikan aman.
Banjir Belum Surut, Harga Pangan Mulai Mahal
Bencana banjir berdampak pada aktivitas ekonomi masyarakat. Terlebih ketika akses yang menghubungkan Kalteng dan Kalsel,tepatnya Desa Tumbang Nusa ikut terdampak banjir kiriman. Distribusi barang-barang pun jadi tersendat. Alhasil, harga kebutuhan sehari-hari merangkat naik atau lebih mahal dari biasanya. Berdasarkan pantauan Kalteng Pos pada pasar tradisional di Kota Palangka Raya, Minggu (21/11), harga sejumlah kebutuhan pokok mulai naik. Kenaikan paling tinggi pada sayuran.
“Melonjak pak, mahal semua,” kata Mama Noor, salah satu pedagang sayur di Pasar Besar Palangka Raya.
Menurut Mama Noor, harga yang paling mahal saat ini pada komoditas terung dan sayur manis. “Biasanya sayur manis itu paling mahal Rp7 ribu atau Rp8 ribu, sekarang ini sampai Rp25 ribu satu ikatnya,” ujar perempuan yang mengaku sudah lebih 25 tahun berjualan sayuran di kompleks Pasar Besar.
Dikatakannya lagi, harga terung dan kacang panjang juga mengalami kenaikan. Saat ini dijual Rp25 ribu seikat. “Harga sayuran lainnya juga mahal, seperti bawang prei sekarang Rp50 ribu satu kilogram, daun sop Rp60 ribu seikat,” tambahnya.
Menurutnya, penyebab utama naiknya harga jual sayuran karena sulitnya mendapatkan pasokan. Banjir menjadi salah satu penyebab utamanya. “Jadi orang enggak bisa nanam, tanaman pada mati semua,” ungkapnya.
Pedagang sayur di Palangka Raya umumnya menerima pasokan dari wilayah Banjarmasin. Namun saat ini tersendat karena banjir di jalur trans Kalimantan. “Kalaupun ada yang datang, harganya mahal,” ujar warga Kereng Bangkirai ini.