Site icon KaltengPos

Mengenal Muhamad Ridwan, Dokter yang Rutin Berbagi Berkah

dr Muhamad Ridwan ketika memeriksa kesehatan warga di salah satu puskesmas di Palangka Raya sebelum pandemi Covid-19.

Sekali dalam sepekan Muhamad Ridwan rutin menebar kebaikan. Dokter muda lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Palangka Raya (UPR) ini rutin membagikan paket makanan siap saji. Tiap Jumat puluhan bungkus makanan tersebut diberikan kepada warga yang membutuhkan.

DENAR, Palangka Raya

EMPAT tahun terakhir atau sejak 2017 lalu, Muhamad Ridwan mulai melakukan aksi sosial berbagi makanan. Tiap Jumat ia mengendarai kuda besinya menyusuri jalanan Kota Cantik- julukan Palangka Raya. Tukang parkir, petugas kebersihan, pemulung, pengamen, hingga badut disinggahinya. Kepada mereka, Muhamad Ridwan yang kala itu baru saja memulai studinya di Fakultas Kedokteran UPR langsung membagikan makanan satu per satu.

Awal mula menjalani kegiatan sosial yang dinamainya Jumat Berbagi Berkah, Muhamad Ridwan membagikan lima paket makanan siap saji. Saat itu, pria kelahiran Muara Teweh, Kabupaten Barito Utara (Batara) 4 Oktober 1994 juga merintis usaha makanan ayam geprek. Hasil usahanya tersebut ia sisihkan untuk dibagikan kepada warga kurang mampu.

Seiring berjalannya waktu, kerabat, teman dekat, relawan, maupun donatur mulai tergerak hati ikut berbagi berkah tiap Jumat. Alhasil paket makanan yang awalnya hanya bisa dihitung dengan jari, kini bisa mencapai puluhan paket sekali dibagikan. Sasarannya tak hanya warga yang ditemui di jalanan, tapi sebagiannya juga disalurkan kepada panti asuhan yang ada di Palangka Raya. “Rasa peduli ini muncul dan sudah melekat dalam diri saya. Dengan terus berbagi, ada saja rezeki yang datang,” ungkap Muhamad Ridwan kepada Kalteng Pos yang menemuinya saat berbagi dengan warga di Jalan Yos Sudarso, Jumat pagi (20/8).

Makanan siap saji tersebut, kata Muhamad Ridwan, dibeli menggunakan uang dari hasil usahanya dan sumbangan dari sahabat, teman, dan donatur. “Saya merasa bersyukur karena masih banyak orang yang punya hati untuk berbagi, apalagi di tengah pandemi seperti ini,” ucap pria yang menamatkan pendidikan SD dan SMP di Muara Teweh.

Dana sumbangan yang terkumpulkan dari para sahabat dan donatur digunakan untuk membeli nasi bungkus dari pedagang kecil atau pedagang makanan yang memiliki usaha skala kecil. “Kalau kebetulan sumbangannya banyak, bisa diborong jualan tersebut. Jadi sekalian membantu para pedagang kecil, kemudian saya berkeliling membagikan kepada warga yang membutuhkan,” ujar pria yang menyelesaikan pendidikan SMA di Kabupaten Jombang, Jawa Timur (Jatim).

Muhamad Ridwan menceritakan, tak setiap Jumat ada donatur maupun relawan yang menyumbangkan uang ataupun makanan siap saji untuk berbagi. Karena itu ia tidak selalu bergantung dengan sumbangan para donatur. Sebab sejak memulai aksi sosial ini, ia sudah terbiasa menyisihkan uang hasil usahanya. Bahkan jika uang yang terkumpul belum mencukupi, Muhamad Ridwan yang memiliki keahlian memasak ini langsung mengolah sendiri makanan.

“Makanan yang diberikan kepada warga tidak selalu beli dari para pedagang. Saja juga bisa masak sendiri makanannya, kemudian dibungkus untuk dibagikan,” ucap pria murah senyum ini.

Ketika pandemi Covid-19 melanda, usaha Muhamad Ridwan ikut terdampak. Usaha yang dibukanya di Jalan Pangeran Samudera, Palangka Raya terpaksa ditutup. Meski demikian, pria 27 tahun ini tak putus asa. Ia tetap berbisnis dengan memanfaatkan kemajuan dunia digital. Produk makanan yang diolahnya dipasarkan secara online. Bisnis tetap jalan, aksi sosial berbagi makanan tetap dilakukan.”

“Meskipun pernah bangkrut, tapi berkah itu tetap ada untuk saya. Kadang-kadang saya bisa dapat orderan cukup banyak dan uangnya saya sisihkan, ada juga yang order sekaligus meminta sekian bungkus untuk saya bisa berbagi, itulah mengapa saya memilih hari Jumat untuk berbagi,” ungkap Muhamad Ridwan yang mengaku kini berjualan sambal botolan secara online.

Berwirausaha dan melakukan aksi sosial tidak sedikit pun mengganggu studinya di Fakultas Kedokteran. Tahun ini, putra ketiga dari pasangan Kaslan dan Sulik ini resmi menyandang gelar dokter. Muhamad Ridwan bahagia bisa membanggakan orang tuanya yang berprofesi sebagai petani dan penjual rempeyek. Meskipun sudah menyelesaikan studi kedokteran, Muhamad Ridwan terus melanjutkan kegiatan sosial berbagi makanan tiap Jumat. Putra ketiga dari empat bersaudara ini tidak minder dan malu. Aksi sosial yang dilakukannya bertahun-tahun tersebut telah jadi kebiasaan.

H

ari Jumat, bagi Muhamad Ridwan merupakan hari yang spesial dan penuh berkah untuk berbagi. Di tengah kesibukannya menjalankan usaha jualan online dan berbagi setiap sepekan sekali, Muhamad Ridwan menunggu program Internship dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI. Program Internship merupakan program untuk memperoleh surat tanda registrasi (STR). Selama masa Internship, ia masih didampingi oleh seorang dokter senior. Seperti diketahui program Internship tersebut dilaksanakan selama setahun untuk mendapat STR dengan nomor paten berlaku seumur hidup, sehingga nantinya bisa mengurus surat izin praktik (SIP). “Kalau menurut informasi dari Menteri Kesehatan, wahana buka di Kalteng bulan November nanti di RSUD dr Doris Sylvanus, Puruk Cahu, Kuala Pembuang, dan Pulang Pisau. Jadi (penempatan) tergantung wahana yang dibuka,” tuturnya.

Muhamad Ridwan mengaku masih punya cita-cita untuk melanjutkan studi dokter spesialis. Salah satu yang diidam-idamkannya adalah menjadi seorang dokter forensik. Namun, karena keterbatasan biaya, rencana tersebut masih belum bisa direalisasikan. “Sebenarnya mau lanjut pendidikan jadi dokter spesialis, apalagi saya ingin sekali menuntut ilmu lagi di bidang yang saya suka, yaitu ilmu forensik. Sekarang masih terkendala karena keterbatasan biaya,” pungkasnya sembari menyebut bahwa ia tak akan pernah berhenti berbagi dengan warga tak mampu tiap Jumat. (*/ce/ala)
Exit mobile version