Lebih lanjut dijelaskannya, strategi pengembangan penanganan penyakit jantung dan pembuluh darah ini berdasarkan kompetensi RS yang ada. Saat ini RS masih berada di grup berwarna ungu, sedangkan yang dikejar adalah grup berwarna merah agar bisa melakukan bedah jantung terbuka secara mandiri. Yayu mengaku pihaknya masih mengalami keterbatasan jumlah SDM spesialis bedah jantung terbuka dan spesialis pendamping.
“Pada 2021 ini kami sudah menyusun perencanaan roadmap, 2022-2023 nanti melakukan peningkatan kualitas dan kuantitas kompetensi SDM bidang jantung dan pembuluh darah serta sarana pendukung lainnya,” tuturnya.
Dengan demikian, diharapankan pada 2024 nanti RSDS sudah bisa melaksanakan bedah jantung terbuka, kemudian pada 2025 dapat melakukan peningkatan jejaring dalam rangka peningkatan mutu pelayanan jantung dan pembuluh darah. Selain itu, RSDS dapat menjadi pusat penelitian penyakit jantung dan pembuluh darah untuk wilayah Kalteng.
“SDM dalam operasi bedah jantung terbuka ini dibutuhkan 12 kompetensi lagi, rencananya tahun ini berkolaborasi dengan Kementerian Kesehatan dan RS Harapan Kita untuk melaksanan program beasiswa, setelah itu mereka (penerima beasiswa, red) kembali ke Kalteng untuk meperkuat tim bedah jantung di RSDS,” bebernya.
Kegiatan yang dilaksanakan kemarin itu juga dirangkai dengan launching logo baru dan peresmian gedung hemodialisis RSDS serta penyerahan hibah generator oksigen dari Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN) Kalteng. (*/ce/ala)