Jumat, November 22, 2024
31.2 C
Palangkaraya

Dilarang Membakar Lahan, Petani Beralih dari Padi ke Sawit

Dahulu sebagian petani di wilayah Kecamatan Pandih Batu menanam padi. Sebelum bercocok tanam, mereka terlebih dahulu membuka lahan dengan cara membakar. Metode itu dinilai efektif dan ekonomis. Namun setelah ada larangan membakar lahan, para petani mencari jalan lain untuk memenuhi kebutuhan hiudup mereka. Salah satunya dengan beralih menanam kelapa sawit.

SUHARTOYO, Pulang Pisau

EKSISTENSI pertanian padi di wilayah Desa Kantan Atas, Talio Muara, dan Talio Hulu, Kecamatan Pandih Batu saat ini bisa dikatakan mengalami penurunan drastis. Petani di wilayah tersebut sudah ramai-ramai beralih ke pengembangan perkebunan kelapa sawit.

Larangan membuka lahan dengan cara membakar menjadi salah satu penyebab. “Dahulu membuka lahan dengan cara membakar, total potensi lahan yang bisa ditanami padi mencapai 1.500 hektare,” kata Sekretaris Desa Talio Hulu, Widodo.

Baca Juga :  Fairid: Prokes Jangan Kendor, Baik PPKM Level Tiga maupun Level Empat

Saat ini warga di desa tersebut telah mengurangi pembakaran lahan, karena sebagian besar lahan sudah dijadikan kebun kelapa sawit. “Namun petani tetap menanam padi sambil menunggu sawitnya produksi. Sawit ditanam di baluran, padi ditanam di sela-sela baluran,” kata dia.

Apa yang menjadi alasan petani lebih banyak beralih ke tanaman sawit? Menurut dia, kelapa sawit dianggap lebih ekonomis dan omzetnya menjanjikan. “Kelapa sawit sebulan dua kali panen, apalagi harga kelapa sawit saat ini sangat menjanjikan, di atas Rp2000 per kilogram,” ucapnya.

Lalu bagaimana nasib pertanian padi? Beberapa tahun terakhir ini, di Desa Talio Hulu dilakukan pengembangan padi pada lahan gambut yang dilakukan BRG. “Untuk pengembangan padi lahan gambut ada 250 hektare. Produksinya saat ini 2,5 ton sampai 4 ton per hektare,” ungkap dia.

Baca Juga :  Buntut PHK Karyawan, CU Betang Asi Digugat Rp100 Miliar

Peralihan tanaman padi ke sektor perkebunan juga dilakukan secara masif oleh petani di Desa Talio Muara. “Dari data kami, saat ini hanya ada 15 hektare saja lahan yang ditanami padi unggul. Hampir semua petani beralih ke berkebun,” kata Kepala Desa Talio Muara, Marzuki.

Dia mengaku, dengan adanya peralihan itu, secara otomatis lahan petani akan terjaga dan terpelihara. “Insyaallah tidak ada kebakaran lahan di wilayah kami. Namun kami juga selalu memastikan sarana dan prasarana penanggulangan karhutla berfungsi dengan baik,” ungkap dia.

Dahulu sebagian petani di wilayah Kecamatan Pandih Batu menanam padi. Sebelum bercocok tanam, mereka terlebih dahulu membuka lahan dengan cara membakar. Metode itu dinilai efektif dan ekonomis. Namun setelah ada larangan membakar lahan, para petani mencari jalan lain untuk memenuhi kebutuhan hiudup mereka. Salah satunya dengan beralih menanam kelapa sawit.

SUHARTOYO, Pulang Pisau

EKSISTENSI pertanian padi di wilayah Desa Kantan Atas, Talio Muara, dan Talio Hulu, Kecamatan Pandih Batu saat ini bisa dikatakan mengalami penurunan drastis. Petani di wilayah tersebut sudah ramai-ramai beralih ke pengembangan perkebunan kelapa sawit.

Larangan membuka lahan dengan cara membakar menjadi salah satu penyebab. “Dahulu membuka lahan dengan cara membakar, total potensi lahan yang bisa ditanami padi mencapai 1.500 hektare,” kata Sekretaris Desa Talio Hulu, Widodo.

Baca Juga :  Fairid: Prokes Jangan Kendor, Baik PPKM Level Tiga maupun Level Empat

Saat ini warga di desa tersebut telah mengurangi pembakaran lahan, karena sebagian besar lahan sudah dijadikan kebun kelapa sawit. “Namun petani tetap menanam padi sambil menunggu sawitnya produksi. Sawit ditanam di baluran, padi ditanam di sela-sela baluran,” kata dia.

Apa yang menjadi alasan petani lebih banyak beralih ke tanaman sawit? Menurut dia, kelapa sawit dianggap lebih ekonomis dan omzetnya menjanjikan. “Kelapa sawit sebulan dua kali panen, apalagi harga kelapa sawit saat ini sangat menjanjikan, di atas Rp2000 per kilogram,” ucapnya.

Lalu bagaimana nasib pertanian padi? Beberapa tahun terakhir ini, di Desa Talio Hulu dilakukan pengembangan padi pada lahan gambut yang dilakukan BRG. “Untuk pengembangan padi lahan gambut ada 250 hektare. Produksinya saat ini 2,5 ton sampai 4 ton per hektare,” ungkap dia.

Baca Juga :  Buntut PHK Karyawan, CU Betang Asi Digugat Rp100 Miliar

Peralihan tanaman padi ke sektor perkebunan juga dilakukan secara masif oleh petani di Desa Talio Muara. “Dari data kami, saat ini hanya ada 15 hektare saja lahan yang ditanami padi unggul. Hampir semua petani beralih ke berkebun,” kata Kepala Desa Talio Muara, Marzuki.

Dia mengaku, dengan adanya peralihan itu, secara otomatis lahan petani akan terjaga dan terpelihara. “Insyaallah tidak ada kebakaran lahan di wilayah kami. Namun kami juga selalu memastikan sarana dan prasarana penanggulangan karhutla berfungsi dengan baik,” ungkap dia.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/