PANGKALAN BUN-Meski lahir secara caesar pada 4 Januari 2020 lalu, balita kembar siam bernama Muhammad Abdullah dan Muhammad Ibrahim tetap tumbuh sehat. Setelah satu tahun lebih menjalani perawatan di Rumah Sakit Sultan Imanuddin (RSSI) Pangkalan Bun, akhirnya waktu untuk operasi pemisahan anak dari Istiharoh (31) telah tiba. Hari ini (25/8), anak dari warga Desa Sidomulyo, Kecamatan Pangkalan Banteng ini akan dirujuk ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusomo (RSCM) Jakarta untuk operasi pemisahan.
Sehari sebelum diterbangkan ke Jakarta, Bupati Kobar Hj Nurhidayah menjenguk Muhammad Abdullah dan Muhammad Ibrahim di ruang VIP Nomor 207 RSSI Pangkalan Bun. Bupati perempuan pertama di Kalimantan Tengah (Kalteng) ini menyerahkan bantuan.
“Mohon doanya untuk ananda Ibrahim dan Abdullah, semoga rencana operasi pemisahannya berjalan lancar dan mendapatkan hasil terbaik. Mari kita doakan bersama semoga operasi pemisahan keduanya dengan selamat. Kami juga mengetuk hati para donatur agar bisa ikut memberikan sumbangsih,” kata Hj Nurhidayah.
“Semoga keluarga tercinta juga senantiasa diberi ketabahan, kami masyarakat Kotawaringin Barat senantiasa mendoakan yang terbaik,” tambahnya.
Menurut bupati, apa yang dilakukannya itu sebagai bentuk kepedulian dan perhatian pemerintah dan pribadi. Mengingat Abdulah dan Ibrahim juga merupakan warga Kobar yang sangat membutuhkan perhatian. Apalagi perekonomian orang tua keduanya pas-pasan, sementara biaya operasi cukup besar. Dengan doa dan dukungan seluruh masyarakat diharapkan bisa membantu kelancaran proses operasi pemisahan.
“Perlu diketahui bahwa biaya operasi pemisahan tidak hanya dari donatur saja, tapi juga diupayakan ada bantuan dari pemerintah daerah melalui BPJS,” ucapnya.
Sementara itu, ketua tim dokter yang selama ini menangani balita kembar siam itu, dr Binsar menuturkan, nantinya pihak RSCM langsung melakukan upaya penanganan. Sampai saat ini kondisi orang tua dan bayi sehat. Operasi baru akan dilakukan minggu depan. Tim dokter yang menangani operasi telah siap. Mulai dari dokter bedah anak, bedah torak, bedah plastik, hingga spesialis jantung. Total sekitar 30 dokter yang akan terlibat dalam operasi nanti.
“Yang akan dioperasi adalah hati yang menyatu. Semoga arteri dan pembuluh darah venanya aman, kemungkinan pasca operasi nantinya, karena ada proses pemisahan hati, rongga dadanya akan lebih besar,” tegasnya.
Terpisah, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kalteng dr Suyuti Syamsul mengatakan bahwa kasus bayi lahir kembar siam ini merupakan yang pertama terjadi di Kalteng.
“Ini pasti sudah kasus lama yaitu bayi yang berasal dari Kota Pangkalan Bun. Kalau dilihat, bisa jadi sudah berusia satu tahun,” katanya kepada Kalteng Pos via telepon, Selasa (24/8).
Dijelaskannya bahwa kasus bayi lahir kembar siam, berdasarkan data yang ada, baru terjadi di Pangkalan Bun. Namun pihaknya tidak melakukan pendataan secara khusus.
“Pada umumnya kembar siam potensinya ada yang selamat dan ada juga yang tidak selamat, seperti yang terjadi di beberapa daerah di Indonesia, bahkan dunia,” tambahnya.
Dijelaskannya bahwa kembar siam disebabkan karena pembelahan sel pada saat fase embrio tidak terjadi secara sempurna.
“Biasanya kalau kembar itu berasal dari satu sel telur yang sama, terus membelah sempurna dan membentuk bayi, tapi ada yang membelah kurang sempurna, sehingga menempel pada daerah atau bagian tubuh tertentu,” tambahnya.
Solusi untuk memisahkan kembar siam tidak selalu dengan melakukan operasi. Operasi dilakukan untuk yang secara teknis bisa melalui operasi.
“Kalau melakukan operasi, kan ada dua nyawa yang dihadapi. Kalau dipisahkan dengan risiko keduanya meninggal, maka sudah pasti tidak akan dilakukan operasi itu, ada pertimbangan medisnya, jad tidak semua mesti dioperasi,” tegasnya. (son/nue/ce/ala)