Goniarto mengaku bahwa kerampilan membuat patung sudah dimilikinya sejak duduk di bangku sekolah menengah pertama (SMP). Diakuinya bahwa memang sejak SMP ia sudah tertarik dengan dunia seni ukir-ukiran. Kala itu Goniarto masih tinggal di kampung halamannya di Yogyakarta.
“Saya mulanya belajar ukir-ukiran khusus ukiran jepara, karena kebetulan saya dekat dengan guru saya yang merupakan orang Jepara, terus waktu mau masuk di SMA, saya juga mulai membuat patung,” ujar Goniarto yang mengaku sudah sering ikut pameran patung dan ukiran sejak duduk di bangku SMA.
“Bahkan itu jadi pengalaman pertama saya mendapat penghasilan sendiri. Ya, dari menjual patung dan ukiran. Kebetulan patung pak tani buatan saya habis diborong saat pameran,” kata Goniarto.
Ia mengaku saat ini sedang menggarap dan menyelesaikan beberapa pesanan pembuatan patung.
“Ini ada patung kuda dan macan pesanan perorangan, sedang saya selesaikan,” katanya sembari menunjuk ke arah patung yang dimaksud.
Selain sebagai seniman patung, Goniarto juga dikenal sebagai perajin berbagai kerajinan tangan. Bersama sang istri Diah Purwati MJ ST MSi yang merupakan pegawai di lingkup Pemprov Kalteng sering diminta memberi pelatihan kerajinan.
Goniarto menuturkan, sejak dilanda pandemi Covid-19, kehidupan para seniman patung di Kota Cantik ini sangat terdampak. Sebab, daya beli masyarakat menurun seiring kemunduran ekonomi di masa pandemi.
“Terlebih lagi saat ini ke mana-mana dibatasi, ngumpul juga dilarang, jadi orang pada jarang jalan-jalan untuk melihat patung yang dibuat perajin patung,” ucapnya.
Goniarto berharap agar pemerintah daerah melalui dinas terkait memberi perhatian kepada para seniman atau perajin patung yang ada di Kalteng ini.
“Kami berharap segera ada perhatian dari pemerintah, mungkin bantuan dari pemerintah untuk para perajin secara umum sudah ada, tetapi kalau khusus untuk seniman patung belum ada sampai sekarang,” pungkasnya. (*/ce/ala)