Jumat, November 22, 2024
23.5 C
Palangkaraya

Bencana Pengaruhi Musim Tanam Okmar di Food Estate

PALANGKA RAYA-Bencana banjir yang melanda beberapa kabupaten/kota di Kalimantan Tengah (Kalteng) juga merendam lahan food estate. Bahkan Kabupaten Pulang Pisau (Pulpis) dan Kabupaten Kapuas sebagai lokasi pengembangan food estate sudah menetapkan status tanggap darurat bencana banjir. Dampaknya, musim tanam padi yang seharusnya dilaksanakan pada Oktober-Maret (Okmar) terpaksa diundur.

Kepala Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Peternakan (TPHP) Kalteng Sunarti mengatakan, pengunduran masa tanam ini akibat lahan-lahan terendam air. Jika dipaksakan penanaman, maka akan banyak padi yang mati.

“Jadi yang masih belum tanam ini sebetulnya belum begitu terdampak, justru yang terdampak itu pada lahan-lahan yang sudah ditanam,” kata Sunarti saat diwawancarai, Selasa (23/11).

Baca Juga :  Tim Seni Budaya Barsel Mengharumkan Indonesia, Juara 2 di India

Diungkapkannya, Dinas TPHP Kalteng memiliki balai untuk proteksi hama penyakit, termasuk berfungsi untuk pengamatan fenomena dampak iklim dan bencana banjir ini. Pihaknya terus mendata titik-titik lahan dan tanaman yang terdampak bencana banjir kali ini.
“Saat ini memang tanam Okmar masih diundur, tetapi kapan akan dimulai penanaman, lihat dulu situasi hujan dan banjir ke depan,” tegasnya.

Ia menyebut, banjir yang menggenang lahan food estate lantaran dinas terkait belum selesai melaksanakan normalisasi, karena masih dalam proses pengerjaan. Ke depannya persoalan ini diyakini sudah bisa ditangani. Namun, untuk lahan food estate yang sudah ditanami padi, khususnya di Belanti Siam, kabupaten Pulpis, sejauh ini aman dari banjir.
“Untuk di Dadahup, Kabupaten Kapuas, padi yang ditanam pada lahan seluas 1,5 hektare berusia 7 hingga 14 hari dapat diselamatkan,” sebutnya.

Baca Juga :  SOHIB Membuka Keterisolasian, Wujudkan Pemerataan Pembangunan

Dengan demikian, musim hujan ini hanya berdampak pada penanaman ekstensi karena tergenang itu. Berdasarkan prediksi BMKG, puncak musim hujan terjadi akhir tahun ini (Desember 2021) hingga Januari 2022. Diharapankan lahan food estate tetap aman.

“Sebetulnya memang lokasi food estate ini terpengaruh dari pasang surut air laut, kalau dari air sungai, mungkin yang terdampak besar itu di Dadahup,” pungkasnya. (abw/ce/ala)

PALANGKA RAYA-Bencana banjir yang melanda beberapa kabupaten/kota di Kalimantan Tengah (Kalteng) juga merendam lahan food estate. Bahkan Kabupaten Pulang Pisau (Pulpis) dan Kabupaten Kapuas sebagai lokasi pengembangan food estate sudah menetapkan status tanggap darurat bencana banjir. Dampaknya, musim tanam padi yang seharusnya dilaksanakan pada Oktober-Maret (Okmar) terpaksa diundur.

Kepala Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Peternakan (TPHP) Kalteng Sunarti mengatakan, pengunduran masa tanam ini akibat lahan-lahan terendam air. Jika dipaksakan penanaman, maka akan banyak padi yang mati.

“Jadi yang masih belum tanam ini sebetulnya belum begitu terdampak, justru yang terdampak itu pada lahan-lahan yang sudah ditanam,” kata Sunarti saat diwawancarai, Selasa (23/11).

Baca Juga :  Tim Seni Budaya Barsel Mengharumkan Indonesia, Juara 2 di India

Diungkapkannya, Dinas TPHP Kalteng memiliki balai untuk proteksi hama penyakit, termasuk berfungsi untuk pengamatan fenomena dampak iklim dan bencana banjir ini. Pihaknya terus mendata titik-titik lahan dan tanaman yang terdampak bencana banjir kali ini.
“Saat ini memang tanam Okmar masih diundur, tetapi kapan akan dimulai penanaman, lihat dulu situasi hujan dan banjir ke depan,” tegasnya.

Ia menyebut, banjir yang menggenang lahan food estate lantaran dinas terkait belum selesai melaksanakan normalisasi, karena masih dalam proses pengerjaan. Ke depannya persoalan ini diyakini sudah bisa ditangani. Namun, untuk lahan food estate yang sudah ditanami padi, khususnya di Belanti Siam, kabupaten Pulpis, sejauh ini aman dari banjir.
“Untuk di Dadahup, Kabupaten Kapuas, padi yang ditanam pada lahan seluas 1,5 hektare berusia 7 hingga 14 hari dapat diselamatkan,” sebutnya.

Baca Juga :  SOHIB Membuka Keterisolasian, Wujudkan Pemerataan Pembangunan

Dengan demikian, musim hujan ini hanya berdampak pada penanaman ekstensi karena tergenang itu. Berdasarkan prediksi BMKG, puncak musim hujan terjadi akhir tahun ini (Desember 2021) hingga Januari 2022. Diharapankan lahan food estate tetap aman.

“Sebetulnya memang lokasi food estate ini terpengaruh dari pasang surut air laut, kalau dari air sungai, mungkin yang terdampak besar itu di Dadahup,” pungkasnya. (abw/ce/ala)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/