Agung, pria kelahiran Malang, Jawa Timur itu mengaku termotivasi melakukan aksi ini, lantaran khawatir dengan kondisi anjing dan kucing selama bencana banjir. Sudah pasti, akan terbatas suplai makannya. “Bisa dilihat sendiri tadi, mereka begitu lapar,” ucapnya.
Langkah ini juga sejalan dengan visi dan misi RSAT, yang murni karena kecintaan terhadap hewan. Melihat hewan yang telantar atau kehilangan rumah, merasa tergerak untuk membantu merawat.
“Kami tadi juga menyelipkan edukasi kepada warga yang memiliki hewan peliharaan, agar mereka tahu cara pemeliharaan yang baik. Harapan kami, tidak ada lagi hewan telantar akibat ketidaktahuan pemiliknya,” ungkap pria berusia 33 tahun ini.
Deny, salah satu relawan yang turut ikut membagikan makanan untuk hewan-hewan piaraan warga, mengaku sangat senang bisa membantu. Ia tergerak lantaran peduli dengan hewan peliharaan warga di saat kondisi sedang banjir. Sudah tiga kali ia ikut berkeliling ke permukiman penduduk, mencari keberadaan anjing dan kucing yang membutuhkan makan.
“Pastinya saya senang sekali bisa turut serta dalam aksi sosial ini,” katanya.
RSAT berdiri tahun 2016. Kenapa mendirikan itu? Awalnya, ia menampung hewan-hewan tersesat untuk dicarikan rumah baru atau adopter baru. Maka dari itu disebut rumah singgah, dengan harapan mereka hanya singgah sebelum mendapatkan keluarga baru yang lebih bahagia. “Bukan menetap selamanya bersama kami,” celetuknya.
Kegiatan sehari-hari saat ini, tidak lagi menampung hewan-hewan telantar saja, tetapi lebih kepada edukasi.
Ia juga sebagai vaksinator atau relawan vaksinasi rabies, diminta membantu Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Palangka Raya untuk menjadi salah satu kader vaksinasi, dengan memberikan vaksinasi rabies secara gratis untuk hewan-hewan peliharaan secara door to door.
“Kegiatan ini juga menjadi sarana kami untuk mengobrol dan mengedukasi para pemilik hewan peliharaan mengenai kesehatan dan kesejahteraan hewan peliharaannya,” beber bapak satu anak ini.
Membantu hewan-hewan yang membutuhkan pertolongan juga menjadi rutinitasnya. Jika ada laporan mengenai hewan yang butuh pertolongan, akan dilempar pertanyaan kepada pelapor, apakah bisa ikut bertanggung jawab dengan laporannya dan menjadi adopter bagi hewan tersebut.
“Jika pelapor bersedia menjadi adopter, maka kami akan bantu memberikan pertolongan yang dibutuhkan. Misalnya diperlukan pengobatan, akan kami bantu pengobatannya, sehingga setelah sembuh akan kami kembalikan lagi ke pihak pelapor. Ini juga merupakan cara kami agar masyarakat yang melapor tidak hanya lempar tanggung jawab, tetapi bisa bersama-sama bertindak untuk kesejahteraan hewan,” tutupnya. (ce)