Jumat, November 22, 2024
25.1 C
Palangkaraya

Membentuk Kesehatan Generasi Penerus Sejak Dini, Perlu Trik Mengatasi Anak Susah Makan

Perbaikan gizi masyarakat yang difokuskan pada 1.000 hari pertama kehidupan anak dan usia remaja, menjadi komponen utama pembangunan kesehatan berkelanjutan. Upaya ini sebagai investasi dalam pembangunan SDM Indonesia yang berkualitas dan berdaya saing.

ANISA B WAHDAH, Palangka Raya

ADE Nadhira, gadis cilik berusia 15 bulan saat ini tengah mendapat perawatan di RS dr Murjani, Sampit, Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim). Anak bungsu dari empat bersaudara ini didiagnosis menderita gizi buruk saat masuk rumah sakit (RS) pada November dan Desember 2021 lalu.

Kini Ade Nadhira dirawat lagi di RS lantaran mengalami panas, kejang-kejang, dan diare. Gadis cilik yang satu ini memang cukup sulit diajak makan.

“Anaknya memang susah makan, badan kurus. Sebelumnya sakit-sakit biasa dan diobati biasa saja,” kata kolega orang tuanya, Sari saat dihubungi Kalteng Pos dari Palangka Raya, Selasa (25/1).

Baca Juga :  Kalteng Putra vs PSBS Biak: Jangan Lengah Lagi!

Sari pun menggalang dana untuk membantu orang tuanya mencukupi keperluan Ade Nadhira. Meski saat ini pengobatan Ade ditangani BPJS, tapi masih membutuhkan uluran tangan untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari selama proses perawatan.

“Kami perlu bantuan seperti pampers, susu, dan makanan sehat untuk Ade, lantaran ayahnya sudah meninggal dunia, hanya ada ibunya yang mengurusi keempat anak, terlebih anak bungsunya sakit,” katanya saat diwawancarai, Selasa (25/1).

Setelah kepergian sang suami, Yuliatin Ningrum (ibunda Ade Nadhira) mau tak mau menjadi tulang punggung keluarga. Untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari, ia bekerja sebagai asisten rumah tangga dan berjualan. Namun semenjak anak bungsunya sakit, ia tidak bekerja lagi sehingga tidak punya penghasilan.

Baca Juga :  Pascabanjir, Masyarakat Mulai Beraktivitas

“Semenjak anaknya masuk rumah sakit, beliau (Yuliatin, red) tidak kerja lagi karena fokus mengurus anaknya yang dirawat di RS, karena itulah mereka butuh bantuan untuk keperluan anaknya. Bagi yang mau membantu, bisa mengubungi kami di nomor ponsel 087728746645,” beber Sari.

Sementara itu, Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Persatuan Ahli Gizi Indonesia (Persagi) Kalteng Mars Khendra Kusfriyadi mengatakan, beberapa kasus gizi buruk yang terjadi biasanya karena ada penyakit penyerta. Misalnya TBC atau penyakit infeksi lain yang menyebabkan penurunan gizi anak sampai ke tingkat gizi buruk.

Perbaikan gizi masyarakat yang difokuskan pada 1.000 hari pertama kehidupan anak dan usia remaja, menjadi komponen utama pembangunan kesehatan berkelanjutan. Upaya ini sebagai investasi dalam pembangunan SDM Indonesia yang berkualitas dan berdaya saing.

ANISA B WAHDAH, Palangka Raya

ADE Nadhira, gadis cilik berusia 15 bulan saat ini tengah mendapat perawatan di RS dr Murjani, Sampit, Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim). Anak bungsu dari empat bersaudara ini didiagnosis menderita gizi buruk saat masuk rumah sakit (RS) pada November dan Desember 2021 lalu.

Kini Ade Nadhira dirawat lagi di RS lantaran mengalami panas, kejang-kejang, dan diare. Gadis cilik yang satu ini memang cukup sulit diajak makan.

“Anaknya memang susah makan, badan kurus. Sebelumnya sakit-sakit biasa dan diobati biasa saja,” kata kolega orang tuanya, Sari saat dihubungi Kalteng Pos dari Palangka Raya, Selasa (25/1).

Baca Juga :  Kalteng Putra vs PSBS Biak: Jangan Lengah Lagi!

Sari pun menggalang dana untuk membantu orang tuanya mencukupi keperluan Ade Nadhira. Meski saat ini pengobatan Ade ditangani BPJS, tapi masih membutuhkan uluran tangan untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari selama proses perawatan.

“Kami perlu bantuan seperti pampers, susu, dan makanan sehat untuk Ade, lantaran ayahnya sudah meninggal dunia, hanya ada ibunya yang mengurusi keempat anak, terlebih anak bungsunya sakit,” katanya saat diwawancarai, Selasa (25/1).

Setelah kepergian sang suami, Yuliatin Ningrum (ibunda Ade Nadhira) mau tak mau menjadi tulang punggung keluarga. Untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari, ia bekerja sebagai asisten rumah tangga dan berjualan. Namun semenjak anak bungsunya sakit, ia tidak bekerja lagi sehingga tidak punya penghasilan.

Baca Juga :  Pascabanjir, Masyarakat Mulai Beraktivitas

“Semenjak anaknya masuk rumah sakit, beliau (Yuliatin, red) tidak kerja lagi karena fokus mengurus anaknya yang dirawat di RS, karena itulah mereka butuh bantuan untuk keperluan anaknya. Bagi yang mau membantu, bisa mengubungi kami di nomor ponsel 087728746645,” beber Sari.

Sementara itu, Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Persatuan Ahli Gizi Indonesia (Persagi) Kalteng Mars Khendra Kusfriyadi mengatakan, beberapa kasus gizi buruk yang terjadi biasanya karena ada penyakit penyerta. Misalnya TBC atau penyakit infeksi lain yang menyebabkan penurunan gizi anak sampai ke tingkat gizi buruk.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/