“Jadi yang perlu diperhatikan adalah mengatasi penyakitnya terlebih dahulu, kemudian meningkatkan status gizi,” katanya saat dibincangi Kalteng Pos.
Berkenaan anak yang biasanya susah makan, lanjutnya, bukan berarti kemudian menjadi gizi buruk. Tentu ada penyebab lain. Untuk mengatasi anak-anak yang susah makan, ada banyak trik dan tips yang bisa dilakukan oleh ibu-ibu.
“Misal saja dengan membuat variasi menu makanan dan menciptakan suasana menyenangkan bagi anak, agar mereka mau makan dan terhindar dari permasalahan gizi ke depannya,” tegasnya.
Persagi yang sudah memiliki kepengurusan DPD dan DPC kabupaten/kota se-Kalteng, bersinergi dengan program-program dinas kesehatan (dinkes) provinsi maupun kabupaten/kota.
“Kami sangat mendukung program mereka, kami sebagai ahli gizi bisa melakukan pengabdian kepada mayarakat dengan memberi konseling gizi kepada remaja-remaja yang mengalami obesitas serta konseling gizi kepada ibu hamil soal pemenuhan kebutuhan gizi selama masa kehamilan,” ucapnya.
Langkah tersebut bertujuan agar ibu hamil dapat melahirkan anak yang tidak berisiko stunting, seperti berat badan rendah. “Hari Gizi Nasional kali ini diisi dengan aksi bersama mencegah stunting dan obesitas, dan kami terus bersinergi dengan pemerintah,” ujarnya.
Sementara itu, Pj Sekda Kalteng Nuryakin melalui Asisten Administrasi Umum Setda Kalteng Lies Fahimah saat membuka kegiatan peringatan Hari Gizi Nasional di Poltekkes Kemenkes Palangka Raya mengatakan, arah pembangunan kesehatan dititikberatkan pada upaya promotif preventif, karena dapat memberikan dampak yang lebih luas dan lebih efisien dari sisi ekonomi.
Diungkapkannya, permasalahan kesehatan dan gizi remaja akan memengaruhi kualitas hidup pada usia produktif dan usia selanjutnya. Saat ini, Indonesia masih dihadapkan pada beban ganda masalah gizi. Yaitu masih tingginya prevalensi stunting dan wasting atau obesitas serta kekurangan zat gizi mikro.
“Permasalahan tersebut dapat dipengaruhi oleh kebiasaan asupan gizi yang tidak optimal, infeksi berulang, pelayanan kesehatan yang tidak memadai, dan kurangnya aktivitas fisik,” ungkapnya.