“Kami mengharapkan masyarakat untuk dapat memanfaatkan lahan telantar agar bias ditanami porang sehingga lahan tersebut dapat produktif, apalagi hasil budi daya porang sangat menjanjikan untuk meningkatkan kesejahteraan para petani,” ucapan Halikin.
Ia juga mengatakan tidak hanya mendorong masyarakat, tetapi juga menginginkan pemerintah daerah menyiapkan lahan 1.000 hektare untuk membudidayakan porang. Pengelolaannya nanti bias dilakukan oleh Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) yang sudah ada bekerjasama dengan pihak lain.
“Maka dari itu saya sengaja mengajak pimpinan sejumlah bank untuk hadir dalam panen perdana porang ini dengan harapan perbankan bias membantu para petani yang membutuhkan pinjaman modal untuk membudidayakan porang itu,” kata Halikin.
Selain itu juga dirinya meminta pemerintah desa didorong untuk menyiapkan lahan minimal 10 hektare untuk menanam porang dan untuk pengelolaannya dilakukan oleh pihak desa sehingga ada pemasukan bagi kas pemerintah desa, sehingga masyarakat desa dapat sejahtera.
“Kalau melihat keuntungannya porang ini sangat jauh menguntungkan. Kalau kelapa sawit kalau satu hektar hasilnya hanya sekitar Rp2 juta. Kalau porang masyarakat cukup punya satu hectare kebun porang, hasilnya sudah bias untuk membiayai pendidikan anak, karena satu hectare dengan 30.000 bibit porang menghasilkan sekitar Rp600 juta. Itu belum lagi hasil dari katak (bibit), jauhlebih besar,” tutupnya.(bah/ans/ko).