Faridawaty Kunker ke Perkampungan Betaw
PALANGKA RAYA-Wakil Ketua III DPRD Kalteng, Hj Faridawaty Darland Atjeh, memberikan apresiasi atas sambutan yang diberikan kepadanya saat melaksanakan kunjungan kerja –(koreksi; bukan reses perseorangan seperti berita yang diterbitkan edisi Jumat 23 April lalu)– ke perkampungan Betawi Setu Babakan, Jakarta Selatan. Perkampungan tersebut memiliki lahan seluas 289 hektare dan disulap menjadi perkampungan modern namun tetap dengan nuansa Betaw. Hal tersebut bertujuan menjadikan warga Betawi sebagai warga utama di Provinsi DKI Jakarta.
“Namun tetap dalam komposisi yang heterogen sebagai bagian dari masyarakat ibu kota negara. Tentunya hal ini menjadi pembelajaran yang positif bagi kita dan untuk budaya Kalteng,” jelas Faridawaty, Kamis (22/4) lalu.
Dijelaskannya, meski perkampungan Betawi belum ditetapkan sebagai cagar budaya, pihaknya diberikan gambaran jelas tentang pembagian zona-zona dinamis dan statis. Di mana zona tersebut dibagi menjadi beberapa bagian, seperti zona budaya, zona kuliner, dan zona pengembangan.
“Meski perkampungan, di sana juga terdapat tempat ibadah, koperasi, contoh rumah Betawi Pesisir, Betawi Tengah, dan Betawi Pinggir. Selain itu juga terdapat beberapa empang yang berisikan ikan-ikan khas Jakarta, ada juga wisata edukasi, seperti pertanian, dan perikanan,” ujar Faridawaty.
Tidak hanya itu, sambungnya, di Perkampungan Betawi terdapat budaya mengaji, workshop kebudayaan seperti membuat batik, souvenir, tarian betawi, kuliner dan lain sebagainya. “Di kawasan tersebut, juga dibangun Museum Betawi yang menjadi destinasi wisata buatan dan disebut dengan Kampung Betawi Situ Babakan,”ucapnya.
Diterangkannya, masyarakat umum boleh memanfaatkan fasilitas yang ada di area tersebut untuk penyelenggaraan event-event tertentu. Dengan syarat harus mencirikan kesenian dan berkebudayan betawi. Seperti di dalam pemanfaatan kuliner dan penampilan tarian betawi. Bahkan sambungnya, untuk lokasinya memiliki area theater terbuka. Didukung dengan alam yang asri, ditanami tanaman khas Betawi seperti rambutan rafeah, lukem, petai, kecapi, kesemek, mundu, alpuket dan lainya.
Dia mengagumi upaya pemerintah dan mayarakat dalam menjaga dan memelihara peradaban Betawi untuk tidak hilang ditengah tekanan arus urban yang luar biasa. “Seandainya Kalteng memiliki kawasan seperti ini, saya yakin akan menjadi tempat yang bisa menjadi tujuan wisata unggulan. Di samping menguatkan upaya kita menjadikan Dayak yang beragam tetap menjadi warga utama di daerahnya sendiri,”pungkasnya. (pra/uni/ko)