Selasa, Oktober 1, 2024
26.1 C
Palangkaraya

Ribuan Cerita di Museum Balanga

Sapundu biasanya ditaruh di tempat terbuka saat acara tiwah berlangsung. Nantinya sapundu tersebut di gunakan untuk tempat mengikat hewan korban yang digunakan untuk acara tiwah.

“Sapundu itu tempat mengikat kerbau atau sapi waktu acara tiwah,” ujar Gauri.

Bahan untuk membuat sapundu sendiri adalah kayu ulin. Ini dikarenakan Sapundu merupakan monumen untuk mengingat para leluhur secara turun temurun, sehingga harus bahan yang kuat.

“Karena yang dicari itu adalah keawetannya,” terang Gauri sambil menegaskan bahwa hal yang menyebabkan semestinya kayu ulin juga harus dilestarikan.

Kunjungan ke Museum

Terpisah, Kepala UPT Museum Balanga Hasanuddin mengatakan, kunjungan warga ke Museum Balanga cukup banyak. “Apalagi sebelum masa pandemi beberapa waktu lalu,” ucapnya.

Baca Juga :  Pemerintah Buka Rekrutmen 500 Ribu Guru

Pada tahun 2019, pengunjung yang memakai karcis atau tiket masuk sebanyak 5.948 orang. Jumlah itu terdiri dari TK/SD sederajat 1.073 orang, SLTP/SLTA sederajat 1.622 orang, mahasiswa dari perguruan tinggi 2.067 orang, dewasa umum 298 orang, pejabat pusat dan daerah 254  orang, turis asing/ wisman 99 orang. Untuk pengunjug yang tidak menggunakan tiket sebanyak 3.300 orang (tamu, peneliti, guru, dosen, seniman, peserta lomba, komunitas sanggar, anak magang SMA/SMK sederajat dan lain-lain).

Sementara pada tahun 2020 atau selama pandemi Covid-19, tiket masuk terpakai 3.436 orang, terdiri dari TK/SD sederajat 961 orang, SMP/SMA sederajat 1.218 orang, perguruan tinggi 956 orang, dewasa umum 185 orang, pejabat pusat dan daerah 21 orang, turis asing 12 orang. Pengunjung tanpa tiket sebanyak 2.470 orang (tamu, peneliti, guru, dosen, seniman, peserta lomba, komunitas sanggar, anak magang SMA/SMK sederajat dan lainnya).

Baca Juga :  Ablasi Mengancam, Berbahaya jika Warga Bertahan

Sementara, Januari sampai Mei 2021, jumlah pengunjung adalah 241 orang.

Terancam Kekurangan SDM

Terpisah, Kepala Seksi Koleksi dan Konservasi Museum Balanga Lilik Margiatsih menyebut,  salah satu beban  yang sekarang dihadapi oleh pihaknya adalah kurang tenaga yang dimiliki  pihak musium untuk memelihara dan merawat seluruh koleksi yang ada di museum tersebut. Hal itu dikarenakan tidak ada lagi pegawai muda yang terampil yang mau bertugas. Jumlah pegawai saat ini berjumlah 18 orang.

Sapundu biasanya ditaruh di tempat terbuka saat acara tiwah berlangsung. Nantinya sapundu tersebut di gunakan untuk tempat mengikat hewan korban yang digunakan untuk acara tiwah.

“Sapundu itu tempat mengikat kerbau atau sapi waktu acara tiwah,” ujar Gauri.

Bahan untuk membuat sapundu sendiri adalah kayu ulin. Ini dikarenakan Sapundu merupakan monumen untuk mengingat para leluhur secara turun temurun, sehingga harus bahan yang kuat.

“Karena yang dicari itu adalah keawetannya,” terang Gauri sambil menegaskan bahwa hal yang menyebabkan semestinya kayu ulin juga harus dilestarikan.

Kunjungan ke Museum

Terpisah, Kepala UPT Museum Balanga Hasanuddin mengatakan, kunjungan warga ke Museum Balanga cukup banyak. “Apalagi sebelum masa pandemi beberapa waktu lalu,” ucapnya.

Baca Juga :  Pemerintah Buka Rekrutmen 500 Ribu Guru

Pada tahun 2019, pengunjung yang memakai karcis atau tiket masuk sebanyak 5.948 orang. Jumlah itu terdiri dari TK/SD sederajat 1.073 orang, SLTP/SLTA sederajat 1.622 orang, mahasiswa dari perguruan tinggi 2.067 orang, dewasa umum 298 orang, pejabat pusat dan daerah 254  orang, turis asing/ wisman 99 orang. Untuk pengunjug yang tidak menggunakan tiket sebanyak 3.300 orang (tamu, peneliti, guru, dosen, seniman, peserta lomba, komunitas sanggar, anak magang SMA/SMK sederajat dan lain-lain).

Sementara pada tahun 2020 atau selama pandemi Covid-19, tiket masuk terpakai 3.436 orang, terdiri dari TK/SD sederajat 961 orang, SMP/SMA sederajat 1.218 orang, perguruan tinggi 956 orang, dewasa umum 185 orang, pejabat pusat dan daerah 21 orang, turis asing 12 orang. Pengunjung tanpa tiket sebanyak 2.470 orang (tamu, peneliti, guru, dosen, seniman, peserta lomba, komunitas sanggar, anak magang SMA/SMK sederajat dan lainnya).

Baca Juga :  Ablasi Mengancam, Berbahaya jika Warga Bertahan

Sementara, Januari sampai Mei 2021, jumlah pengunjung adalah 241 orang.

Terancam Kekurangan SDM

Terpisah, Kepala Seksi Koleksi dan Konservasi Museum Balanga Lilik Margiatsih menyebut,  salah satu beban  yang sekarang dihadapi oleh pihaknya adalah kurang tenaga yang dimiliki  pihak musium untuk memelihara dan merawat seluruh koleksi yang ada di museum tersebut. Hal itu dikarenakan tidak ada lagi pegawai muda yang terampil yang mau bertugas. Jumlah pegawai saat ini berjumlah 18 orang.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/