“Jadi dengan adanya telaahan dan analisis dari pihak BNPB ini menjadi bahan evaluasi kami soal apa saja yang perlu dibenahi agar tidak terjadi lagi bencana banjir,” ungkapnya, beberapa waktu lalu.
Menurut Fairid, berdasarkan hasil rapat koordinasi (rakor) dengan pihak provinsi yang dipimpin oleh Kepala BNPB Mayjen TNI suharyanto, ada tiga tahapan dalam upaya pencegahan banjir. Yakni rencana jangka pendek, menengah, dan jangka panjang. Untuk aksi jangka pendek, Pemerintah Kota (Pemko) Palangka Raya diminta untuk melakukan upaya-upaya penanganan pascamusibah banjir. Untuk program jangka menengah, bisa dilakukan dengan meminimalkan kejadian musibah banjir. Sementara program panjang pencegahan banjir, di dalamnya termasuk rencana untuk relokasi warga ke permukiman baru yang aman dari bencana banjir.
Wacana merelokasi warga dari permukiman langganan banjir di kompleks Flamboyan Bawah, Kelurahan Langkai, Kecamatan Pahandut, Kota Palangka Raya bukanlan hal yang baru. Menurut mereka, rencana ini sudah lama disampaikan oleh pemerintah. Namun masih adanya tarik ulur menyebabkan rencana ini tidak pernah terealisasi.
Menurut Ketua RT 05/VIII Syafruddin, rencana relokasi warga Flamboyan Bawah sudah pernah dibahas sejak bertahun-tahun yang lalu. Namun sampai sekarang pembahasan itu tidak ada kejelasan. “Terakhir kabarnya warga mau direlokasi ke wilayah sekitar Pahandut ujung, akan tetapi tidak ada kejelasan untuk realisasinya,” kata Syafruddin kepada Kalteng Pos, Selasa (23/11).
Padahal ketika banjir melanda, kata Syafruddin, tidak sedikit warga yang terserang berbagai penyakit, seperti diare dan penyakit kulit (gatal-gatal). “Yang jelas ini (penyakit, red) karena pengaruh air yang tercemar karena banjir,” ujar pria yang akrab disapa Udin ini.
Terpisah, Ketua RT 06/VIII Ali Apriyandi mengatakan, akibat banjir yang melanda wilayahnya, sejumlah fasilitas umum mengalami kerusakan. “Banyak jalan dan jembatan titian di sini yang rusak, bangunan majelis taqlim di sini juga rusak lantainya,” kata Ali.
Disinggung soal relokasi warga, Ali berpendapat bahwa hal itu tergantung kesepakatan antara warga dengan pemerintah, dalam hal ini Pemko Palangka Raya. “Kalau kami sih tidak bisa berbicara banyak, karena itu tergantung warga sendiri apakah bersedia dipindahkan atau tidak,” ucap Ali.
Senada dengan Syafruddin, Ali mengaku bahwa pembicaraan terkait relokasi warga sudah pernah ada bertahun tahun yang lalu. “Tetapi sampai sekarang belum ada kejelasannya lagi,” ucapnya.
Ali mengakui bahwa ada beberapa rumah di wilayahnya yang sempat dipindahkan beberapa waktu lalu. “Tetapi cuman beberapa rumah saja yang digeser untuk normalisasi pinggir sungai dan jalan masuk ke Flamboyan Bawah,” tuturnya.
Salah seorang warga yang tinggal di lingkungan tersebut, Mama Lusi mengaku bersedia dipindahkan jika ada program relokasi. Namun, perempuan yang mengaku sudah menetap lebih dua puluh tahun di Flamboyan Bawah itu berharap agar rumah baru yang disediakan bagi warga, sepadan dengan tempat tinggal saat ini. “Kalau memang nilainya sesuai, ya kami mau-mau saja,” ujarnya. (sja/ahm/ce/ala)