Semangatnya tidak hanya di situ saja. Dia juga terus belajar di semua aplikasi digital seperti YouTube dan TikTok. Tak ingin puas dengan satu pencapaian dan satu ilmu atau satu forum saja, Nindita terus belajar untuk mengembangkan usahanya agar tetap eksis.“Saya melihat pandemi ini memang seleksi alam bagi UMKM. Yang bisa bertahan itu, berarti memang mau belajar. Salah satunya memanfaatkan digitalisasi. Apabila hanya bertahan pada konsep konvensial, otomatis akan tertinggal,” tuturnya.
Ia pun kini merasakan manfaatnya. Produk olahannya banyak yang dipesan. Bahkan ada penambahan reseller. Omzetnya pun membaik. Produknya sudah mulai terlihat di berbagai platform media sosial (medsos) seperti Instagram (dapur_sbest_nindita), Facebook (dapur S’Best), dan di Shopee (pempek palembang S’Best).Meski menjadi salah satu pelaku UMKM yang terdampak pandemi, Nindita bersama beberapa rekan UMKM juga terlibat pada kegiatan-kegiatan sosial untuk masyarakat terdampak pandemi Covid-19. Terutama yang terpapar Covid-19. Ia bergabung dengan Posko Solidaritas Covid-19, menyediakan ramuan jamu untuk membantu masyarakat yang sedang melaksanakan isolasi mandiri (isoman).
“Dulu kami bersama salah satu UMKM membagikan ramuan jahe, saat ini kami membuat produk jamu 131 untuk isoman dengan dana dari posko,” ucapnya.Jamu itu berbahan dasar jahe merah, serai, dan lengkuas. “Selain kami bagikan jamu, juga memberi selebaran agar para isoman supaya mereka bisa buat sendiri di rumah. Itu sebagai bentuk kepedulian kami kepada masyarakat yang terpapar,” pungkasnya. (*/ce/ala)