Bertahan di kondisi pandemi Covid-19 memang tengah dirasakan seluruh masyarakat. Salah satunya pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM). Jika bisa bertahan bahkan bangkit, dialah pemenangnya.
VINSENSIUS GL, Palangka Raya
WAKIL Gubernur Kalimantan Tengah H Edy Pratowo menghadiri Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Pengendalian Inflasi Tahun 2021 secara virtual dari Aula Jayang Tingang, Kantor Gubernur Kalteng, Rabu (25/8). Kegiatan ini mengusung tema “Mendorong Peningkatan Peran UMKM Pangan melalui Optimalisasi Digitalisasi untuk Mendukung Pemulihan Ekonomi dan Stabilitas Harga Pangan”.
Tampaknya tema ini betul-betul dapat membangkitkan perekonomian, khususnya UMKM yang terdampak pandemi Covid-19. Banyak pelaku UMKM terdampak, khususnya mereka yang menjual produk pada gerai-gerai penjualan.Tapi, saat ini pemerintah tengah melakukan pengetatan pengendalian Covid-19. Salah satunya yaitu Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).
Hal itu juga dilakukan di Kalteng hingga 14 kabupaten/kota. Akibatnya, beberapa gerai harus mengikuti ritme PPKM. Tidak dapat beroperasi sepenuhnya.Terobosan-terobosan dengan memanfaatkan kemajuan digitalisasi saat ini sangat perlu.
Sudah banyak ditemukan saat ini pemasaran berbagai macam produk melalui digitalisasi. Memanfaatkan ponsel pintar yang sehari-hari ini tak lepas dari genggaman.Namun, pemahaman dan edukasi kepada masyarakat, khususnya pelaku UMKM diperlukan, agar mereka bisa menjadi pintar memanfaatkan kecanggihan teknologi untuk membangkitkan kembali usahanya.
Seperti halnya Nindita Nareswari. Pemilik UMKM Dapur S’Best yang memproduksi fozen food sejak 2018 lalu. Saat usahanya menginjak dua tahun, pada awal 2020 harus terdampak pandemi Covid-19.“Sampai sekarang memang usaha terus berjalan. Sejak pandemi ini omzet naik turun, bahkan makin sepi saat PPKM diberlakukan,” kata Nindita Nareswari saat diwawancarai, belum lama ini.
Namun, hal itu tidak membuatnya menyerah. Justru dijadikan sebagai motivasi untuk bangkit dan mempertahankan usahanya. Mulai mencari jalan agar produk pempek tenggiri, siomay frozen, dan shrimp roll itu terus diproduksi dan mulai mendapat pasar.“Akhirnya saya mulai belajar memasarkan produk melalui online, meski sebelumnya sudah melalui online, tapi lebih banyak secara offline, dititip ke toko dan kafe, karena saya tidak memiliki toko sendiri dan hanya produksi di rumah saja,” ungkapnya.
Saat diterapkannya pembatasan oleh pemerintah akibat Covid-19, produk-produknya menjadi terdampak. Yang biasanya sebulan dua kali mengirimkan produk, kini hanya bisa mengirim sekali saja. Itupun belum pasti. “Sebulan sekali bisa kirim barang ke kafe dan kedai sudah bersyukur sekali,” akuinya.Pemasaran online menjadi pilihan terbaik saat ini. Ia pun terus belajar dan meningkatkan pemasaran secara digital. Belajar melalui pembinaan dari Rumah BUMN Pertamina.
“Di forum ini kami diajari pelatihan pemasaran online, bagaimana cara membuat foto produk yang menarik, bahkan juga diajari mencari target pasar, dan hal lainnya,” ujarnya.
Semangatnya tidak hanya di situ saja. Dia juga terus belajar di semua aplikasi digital seperti YouTube dan TikTok. Tak ingin puas dengan satu pencapaian dan satu ilmu atau satu forum saja, Nindita terus belajar untuk mengembangkan usahanya agar tetap eksis.“Saya melihat pandemi ini memang seleksi alam bagi UMKM. Yang bisa bertahan itu, berarti memang mau belajar. Salah satunya memanfaatkan digitalisasi. Apabila hanya bertahan pada konsep konvensial, otomatis akan tertinggal,” tuturnya.
Ia pun kini merasakan manfaatnya. Produk olahannya banyak yang dipesan. Bahkan ada penambahan reseller. Omzetnya pun membaik. Produknya sudah mulai terlihat di berbagai platform media sosial (medsos) seperti Instagram (dapur_sbest_nindita), Facebook (dapur S’Best), dan di Shopee (pempek palembang S’Best).Meski menjadi salah satu pelaku UMKM yang terdampak pandemi, Nindita bersama beberapa rekan UMKM juga terlibat pada kegiatan-kegiatan sosial untuk masyarakat terdampak pandemi Covid-19. Terutama yang terpapar Covid-19. Ia bergabung dengan Posko Solidaritas Covid-19, menyediakan ramuan jamu untuk membantu masyarakat yang sedang melaksanakan isolasi mandiri (isoman).
“Dulu kami bersama salah satu UMKM membagikan ramuan jahe, saat ini kami membuat produk jamu 131 untuk isoman dengan dana dari posko,” ucapnya.Jamu itu berbahan dasar jahe merah, serai, dan lengkuas. “Selain kami bagikan jamu, juga memberi selebaran agar para isoman supaya mereka bisa buat sendiri di rumah. Itu sebagai bentuk kepedulian kami kepada masyarakat yang terpapar,” pungkasnya. (*/ce/ala)